Pangeran Yang Dikutuk

Dua Kuburan



Dua Kuburan

0Dalam waktu yang terasa seperti selamanya, akhirnya Emmelyn merasakan ada pergerakan dari luar. Ia tenggelam dalam pikirannya ketika teringat kembali dengan bayinya. Ya Tuhan, betapa rindunya ia kepada Harlow. Ia sungguh berharap putrinya itu baik-baik saja dan aman bersama Lily.     
0

Emmelyn terjaga dari lamunannya ketika peti mati tempatnya berbaring perlahan dipindahkan dan ia juga bisa mendengar suara bisikan dari luar.     

Oh… semoga saja itu Nyonya Adler dan tetangganya.     

"Putri... kau baik-baik saja?"     

Emmelyn ingin melompat kegirangan begitu mendengar suara Nyonya Adler.     

Akhirnya, rencana mereka berhasil!     

Ah, sungguh melegakan. Emmelyn kini tinggal menunggu kemunculan sang penyihir dengan waspada.     

"Ya, ya… aku baik-baik saja, terima kasih!" seru Emmelyn dari dalam. Ia mendongak dan menunggu kebebasannya yang sudah ditunggu-tunggu. Peti matinya kini bergerak lebih keras dan tiba-tiba tutupnya terbuka.     

Emmelyn bisa melihat cahaya bulan dari retakan petinya dan segera menarik napas lega. Tutupnya sekarang terbuka sepenuhnya ke samping dan ia akhirnya bisa merasakan udara segar datang dari luar.     

"Putri baik-baik saja? Ahh, senang melihatmu lagi!" seru Nyonya Adler dengan air mata berlinang. Penyihir itu membantu Emmelyn berdiri dan memeluknya. "Anda bisa berjalan?"     

Emmelyn merasakan anggota tubuhnya dan memeriksa tubuhnya. Sepertinya ia baik-baik saja. Hanya payudaranya yang terasa perih dan bengkak. Ini mungkin karena saat itu ia sedang menyusui tetapi ASI-nya tidak keluar dan tidak ada bayi untuk disusui.     

"Aku baik-baik saja. Ayo pergi," sahut Emmelyn.     

Emmelyn melihat sekeliling dan matanya tertuju kepada tiga penduduk desa yang memegang sekop dan sedang berdiri di dekat kuburan. Wajah mereka juga terlihat lega. Emmelyn memutuskan untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan mendatangi mereka satu per satu dan menjabat tangan mereka.     

"Terima kasih banyak atas bantuan kalian. Aku telah dijebak dan harus melarikan diri supaya bisa bertahan hidup. Tapi kalau suatu saat nanti aku bisa kembali ke sini dan mengambil kembali apa yang menjadi hakku, aku janji akan membalas budi baik kalian semua. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan kalian sedikit pun," ujar Emmelyn dengan suara serak.     

Salah satu pria tua yang berdiri sambil memegang sekop, mengangguk dan tersenyum. Pria tua itu berusia sekitar 50 tahun. Penduduk desa yang miskin biasanya memiliki fisik yang kuat karena mereka harus melakukan banyak pekerjaan kasar dan fisik untuk mencari nafkah.     

"Jangan terlalu dipikirkan, Yang Mulia. Saya hanya membalas kebaikan Anda yang telah Anda tunjukkan pada saudara saya di kastil," sahut lelaki tua itu.     

Emmelyn mengerutkan alisnya. Ia tidak mengenal penduduk desa yang bekerja di istananya. Pelayan mana yang dibicarakan pria ini?     

Pria tua itu melanjutkan dengan mata berkaca-kaca, "Dia adalah salah satu juru masak yang bekerja di dapur. Anda memberinya banyak emas beberapa bulan yang lalu. Anda tidak tahu betapa berartinya itu bagi kami. Istri saya sakit parah saat itu dan tidak mampu membeli obat. Kami harus menjual salah satu putri kami untuk membayar hutang kami... dan dengan uang yang Anda berikan padanya, kami dapat membelinya kembali."     

Emmelyn tercengang saat mendengar penjelasan pria itu. Ia menyadari hidup bisa begitu sulit bagi orang miskin. Itu sebabnya ia selalu berusaha bersikap baik kepada mereka dan memperlakukan mereka dengan baik.     

Ah ... itu mengingatkannya pada kejahatannya dengan Maxim di Atlantea. Mereka sering 'mencuri' dari penguasa jahat yang kaya dan membagikan jarahan mereka kepada orang-orang miskin di sekitar kastil.     

Melihat kegembiraan di wajah orang-orang miskin itu ketika mereka menyadari bahwa mereka dapat membayar hutang dan membeli makanan adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Itu adalah salah satu pengalaman paling berkesan dalam hidup Emmelyn. Dan ia berharap bisa melakukannya lagi. Sayangnya, atau lebih tepatnya, untungnya, ia tidak bisa melakukannya karena menikah dengan putra mahkota.     

Yang bisa ia lakukan adalah, setelah suaminya naik tahta, mendukungnya bekerja keras untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi ketimpangan antara si kaya dan si miskin.     

Sekarang, mimpi itu masih terasa jauh bagi Emmelyn karena ia bahkan tidak yakin apakah ia akan mampu melihat hari ketika suaminya akan naik takhta dan berada di sisinya. Dirinya bahkan masih harus berusaha bertahan hidup saat ini.     

Benar kata orang, tidak akan ada hari esok jika kita tidak hidup untuk hari ini. Jadi sekarang, tentu saja prioritasnya adalah pergi dari ibu kota dan menyelamatkan dirinya sendiri.     

"Oh... jadi kakakmu bekerja di dapur? Aku suka semua juru masak di istana. Mereka hebat," sahut Emmelyn sambil tersenyum. "Yang mana saudaramu? Dorian, Bren, atau Jonah?"     

Pria tua itu terbelalak ketika Emmelyn menyebutkan nama masing-masing juru masak di kastil. Ia tidak menyangka sang putri bahkan sampai mengetahui nama mereka dan juga mengingatnya.     

"B-Bren, Yang Mulia..." katanya terbata-bata.     

"Ah, aku kenal Bren!" seru Emmelyn. "Dia sangat baik. Dia selalu membuatkan hidangan favoritku. Ahh, aku jadi senang bertemu denganmu. Tolong sampaikan salamku kepadanya ya, dan tentu saja kepada seluruh keluargamu juga. Aku senang bahwa bantuan kecil yang pernah kuberikan kepada Bren begitu berarti bagi keluargamu."     

Pria tua itu tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menyeka air matanya yang terjatuh di pipinya. Ia merasa sangat kasihan pada sang putri yang sekarang harus hidup dalam kesengsaraan karena telah dijebak untuk pembunuhan yang tidak dilakukannya.     

"Terima kasih semuanya. Bantuan kalian ini tidak akan pernah aku lupakan," kata Emmelyn lagi. Ia melihat penyihir tua itu sedang memberi kode agar Emmelyn mengikutinya.     

Ada sebuah gerobak tua dengan dua kuda diparkir di dekat kuburan. Emmelyn tahu ini adalah perjalanan mereka untuk meninggalkan ibu kota. Ketiga pria itu membungkuk hormat saat Emmelyn berjalan melewati mereka dan masuk ke gerobak. Ia duduk di gerobak sementara penyihir tua mengambil alih kuda dan memulai perjalanan mereka.     

Sementara itu, ketiga pria itu kembali bekerja. Mereka menutup tutup peti mati dan menurunkannya ke dalam kuburan. Kemudian, mereka menutupinya kembali dengan tanah menggunakan sekop yang mereka bawa.     

Para pria itu terbiasa bekerja keras, jadi mereka menyelesaikan pekerjaan dalam waktu kurang dari satu jam. Menjelang tengah malam, mereka semua meninggalkan tempat itu. Bulan terlihat bersinar redup di atas dua kuburan di hutan kecil dekat kastil putra mahkota.     

Itu adalah kuburan Killian Rosehill dan Emmelyn Rosehill, adik perempuannya.     

Nyonya Adler mengeluarkan sebuah paket kecil dari kursi kusir dan memberikannya kepada Emmelyn yang duduk di belakang. Gerobak tua itu diisi dengan jerami dan keranjang sayuran untuk membantu penyamaran mereka.     

Jika kedua wanita itu dihentikan oleh tentara, atau jika mereka bertemu dengan orang-orang yang usil, Nyonya Adler dan Emmelyn bisa saja mengatakan bahwa mereka adalah petani yang mencoba menjual sayuran mereka ke kota terdekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.