Pangeran Yang Dikutuk

Beruntungnya Memiliki Harlow



Beruntungnya Memiliki Harlow

0"Tidak... tidak, tolong jangan mengatakan sesuatu yang menakutkan begitu." Lily tersentak dan memohon kepada Emmelyn untuk berhenti berbicara tentang kematian. Ia memandang Harlow kecil yang malang dan membayangkan akan bagaimana hidup bayi itu kelak tanpa kehadiran ibu kandungnya.     
0

"Lily, dengarkan aku," Emmelyn menyela temannya. "Apa kau bisa berjanji kepadaku satu hal... bahwa kau akan melindungi Harlow dengan cara apa pun sampai suamiku kembali nanti? Jika tidak, aku akan mencari orang lain untuk memercayakan putriku kepadanya."     

Kegigihan Emmelyn akhirnya membuat Lily menelan ludah. Belum pernah dilihatnya Emmelyn seserius ini. Temannya ini selalu ramah dan manis, tapi sekarang ia seperti seekor mama beruang yang ingin melindungi anaknya dan tidak akan membiarkan siapa pun mempertanyakan keputusannya.     

"Kenapa kau harus mencari orang lain?" tanya Lily. "Tentu saja aku yang akan melindungi Harlow. Aku hanya—"     

"Aku harus realistis. Situasiku sekarang sangat buruk dan aku juga sudah memikirkan skenario terburuk yang mungkin terjadi. Jika aku tidak mempersiapkan diri untuk Harlow, bisa-bisa dia akan mati bersamaku juga dan aku jelas tidak menginginkan itu." Emmelyn menatap Lily dengan tegas. "Tolong berjanjilah kepadaku kalau kau akan menerima Harlow, supaya aku bisa merasa tenang."     

Lily mengangguk lemah. "Baik. Aku akan menerima Harlow. Kau bisa mengandalkanku. Tapi aku—"     

Lily tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak ingin Emmelyn berpikir ia tidak tulus dengan janjinya untuk melindungi Harlow.     

"Terima kasih." Emmelyn ingin memeluk Lily, tetapi ia tidak bisa melakukannya dengan adanya Harlow di pelukannya. Namun, ia juga tidak ingin menurunkan bayinya meski hanya satu detik. Emmelyn ingin menghargai setiap detik yang ia miliki bersama putrinya. Entah kapan ia akan bisa melihat putrinya lagi.     

Kedua wanita itu terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.     

Satu jam kemudian, ruangan itu akhirnya dibersihkan. Kedua pelayan keluar dengan seprai kotor dan peralatan kebersihan mereka. Dua pelayan lain datang menggantikan mereka, lalu membawakan makanan untuk makan siang.     

Emmelyn, Lily, dan Nyonya Adler makan siang bersama saat Harlow sedang tidur di tempat tidur. Suasana di ruangan itu terasa muram. Mungkin karena Emmelyn berbicara tentang kematian tadi.     

Nyonya Adler dengan tenang meletakkan ramuan itu di mangkuk obat yang ia sajikan kepada Emmelyn setelah wanita itu selesai makan.     

"Putri, sudah waktunya kau minum obat," ujar Nyonya Adler. "Ini akan membantumu pulih setelah melahirkan."     

Emmelyn mengerti dari tatapannya bahwa yang dimaksud penyihir tua dengan obatnya adalah ramuan tidur yang seharusnya diminumnya untuk memalsukan kematiannya. Ya, sudah waktunya.     

"Terima kasih," sahut Emmelyn. Lalu ia mengambil mangkuk itu dan menghabiskannya sekaligus. Rasanya manis. Ia juga kaget karena sebelumnya ia pikir semua ramuan dan obat itu pahit, seperti yang diberikan Pak Vitas.     

Yah ... jika ia berhasil memalsukan kematiannya dengan ramuan ini, itu akan menjadi kematian yang manis baginya.     

"Istirahatlah," ujar Lily. "Kau sudah berusaha sangat keras hari ini."     

"Ya... sepertinya aku memang perlu istirahat. Seluruh tubuhku rasanya remuk," sahut Emmelyn. Ia berjalan lemas ke tempat tidurnya dan berbaring di samping Harlow. Namun, belum sempat ia menutup matanya, tangisan menyedihkan terdengar di dalam ruangan.     

"Oh... dia lapar lagi?" Emmelyn duduk dan menggendong Harlow. "Dia hanya tidur selama dua jam."     

Lily tertawa kecil mendengarnya. "Ya, karena perut bayi itu sangat kecil. Mereka hanya bisa makan sedikit dan cepat lapar. Kita harus memberinya makan lagi."     

"Ah, baiklah," desah Emmelyn. Ia merasa sedih karena tidak bisa merasakan bagaimana rasanya menyusui Harlow. Ia hanya bisa memeras ASI-nya dan memberikannya kepada Harlow dengan sendok.     

Lily menggendong bayi itu dengan lembut, sementara Nyonya Adler membantu Emmelyn memeras ASI-nya. Setelah mereka mendapat semangkuk kecil susu, ia berhenti dan mengambil Harlow lagi. Kemudian, Emmelyn belajar memberi makan Harlow dengan sendok.     

Bayi itu dengan aktifnya menghabiskan semangkuk kecil susu dalam waktu singkat. Ia tidak lagi menangis begitu mencicipi susu di bibirnya.     

"Ups... sepertinya dia barusan buang air besar," komentar Lily sambil tertawa. "Ini, berikan dia padaku. Biar aku saja yang bersihkan supaya kau bisa beristirahat. Nanti kukembalikan kepadamu setelah dia bersih dan popoknya diganti."     

Emmelyn juga mencium bau yang berbeda dari pantat bayinya dan tersenyum kaku. Ia menyadari, memberikan putrinya kepada Lily untuk dirawat berarti ia berutang budi kepada nyonya Greenan itu. Merawat bayi yang baru lahir jelas-jelas bukan tugas yang mudah.     

Tentu, mereka bisa saja membayar pengasuh untuk bayinya, tetapi melihat bagaimana Lily begitu menyayangi Harlow, Emmelyn yakin bahwa bayinya akan diperlakukan seperti putri keluarga Greenan sendiri nantinya.     

"Dia akan sangat cantik." Emmelyn bisa mendengar kata-kata Lily saat temannya itu mengganti popok Harlow. "Aku selalu menginginkan seorang anak perempuan. Aku sudah memiliki tiga anak laki-laki. Aku harap aku akan seberuntung dirimu lain kali."     

Emmelyn menggigit bibirnya dan air mata perlahan menetes ke pipinya. Padahal awalnya ia kesal ketika Harlow lahir dan ia tahu bahwa anaknya bukan laki-laki, tapi Lily bilang ia beruntung punya anak perempuan?     

Betul sekali. Emmelyn beruntung dan seharusnya ia tidak pernah menganggap Harlow kurang dari itu hanya karena ia perempuan. Bukankah Emmelyn sendiri kecewa dengan fakta bahwa orang tuanya tampaknya lebih menyukai saudara laki-lakinya daripada dirinya dan saudara perempuannya?     

Jadi, mengapa ia melakukan hal yang sama pada Harlow bahkan meskipun tidak disengaja?     

Emmelyn merasa seperti ibu yang buruk. Dalam hati, ia merasa bersalah kepada Harlow dan berharap bayinya ini akan tumbuh dengan baik. Emmelyn berjanji ia akan menjadi ibu terbaik yang diharapkan Harlow begitu ia mendapat kesempatan.     

Lily kembali bersama Harlow yang kini tampak segar dan ceria. Lily meletakkan Harlow di dada Emmelyn agar ibu dan putrinya itu dapat melakukan kontak yang lebih intim.     

"Kau sangat cantik, suamimu juga sangat tampan. Aku yakin Harlow akan menghancurkan banyak hati pria dengan kecantikannya yang seperti bidadari ini saat dia sudah dewasa nanti," kata Lily sambil tertawa kecil. "Bisa kubayangkan anak laki-lakiku juga akan menjadi tiga pengagumnya."     

Kata-katanya yang diucapkan dengan nada ringan berhasil membuat Emmelyn tersenyum lebar.     

"Kau lucu sekali." Emmelyn tertawa kecil. Ini pertama kalinya ia merasa bahagia dalam beberapa minggu terakhir.     

Emmelyn menunduk dan menatap bayi kecilnya. Harlow sudah tidak sekeriput beberapa jam yang lalu, tapi wajahnya masih belum terlihat cantik. Sulit untuk melihat kecantikan bayi yang baru saja lahir ini, tetapi Emmelyn memutuskan untuk mempercayai apa kata Lily.     

'Lily benar. Harlow beruntung mewarisi gen yang bagus dari kedua orang tuanya,' pikir Emmelyn.     

Emmelyn harus mengakui bahwa toh ia sendiri tidak jelek. Jadi, memiliki kombinasi gen unggul dari Mars dan dirinya pasti akan menguntungkan Harlow.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.