Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Mencintai Bayinya



Emmelyn Mencintai Bayinya

0"Lily..." Emmelyn memberikan mangkuk berisi susu kepada Nyonya Adler. Air mata masih mengalir deras dari matanya. "Boleh kupeluk bayiku dulu? Aku ingin memberinya makan."     
0

"Oh, tentu!" Lily dengan cepat memberikan Harlow kepada Emmelyn. Ibu baru itu membawa bayinya dengan susah payah dan menggendong bayi mungil itu di pelukannya.     

Akhirnya… Emmelyn akhirnya bisa melihat Harlow dari dekat. Bayi itu masih menangis tetapi sekarang suaranya menjadi sangat lembut. Si mungil ini pasti lelah karena menangis cukup lama dan kelaparan.     

Emmelyn merasa sangat kasihan pada Harlow. Seandainya saja segalanya bisa berbeda….     

"Biar aku saja yang memberinya makan, Tuan Putri," usul Nyonya Adler dengan sabar. "Kau bisa menepuk-nepuknya pelan dan menenangkannya. Dia perlu tahu bahwa ibunya juga sedang bersamanya."     

"Baiklah," sahut Emmelyn dengan suara nyaris tak terdengar. Ia membelai kepala Harlow dengan penuh kasih sayang dan berusaha keras untuk menahan diri agar tidak menangis, atau air matanya akan jatuh kepada bayinya itu dan jelas ia tidak menginginkannya.     

Meskipun bayi yang kecil ini masih terlihat keriput dan memerah, Emmelyn merasakan rasa cintanya yang mendalam kepada Harlow. Ia telah melihat bayi kakak perempuannya yang baru lahir. Mereka semua terlihat jelek ketika mereka lahir. Dan beberapa bulan kemudian, barulah bayi-bayi itu menunjukkan ciri khas mereka yang sebenarnya.     

Mata Harlow masih berwarna abu-abu seperti kebanyakan bayi yang baru lahir. Emmelyn bertanya-tanya seperti apa rupa bayi ini setelah mendapatkan warna aslinya nanti? Akankah Harlow meniru ayahnya dan memiliki iris emas juga?     

Ah… pasti akan cantik sekali.     

Emmelyn selalu menganggap mata birunya cukup membosankan. Itu sebabnya ia berharap Harlow akan mewarisi keindahan mata Mars. Ia juga membayangkan putri mereka akan tumbuh secantik Ratu Elara.     

Ya Tuhan... betapa cintanya Emmelyn pada bayi ini!     

Sementara itu, Nyonya Adler dengan sabar menyuapi sang bayi dengan susu dari mangkok menggunakan sendok. Awalnya sulit, tetapi setelah Harlow tanpa sengaja membuka mulutnya untuk menangis dan mencicipi susu, ia secara naluriah menjilat susu dari sendok dan memakannya.     

"Wah, dia sangat pintar," komentar penyihir tua itu. "Dan cukup kuat."     

"Apa benar begitu?" Emmelyn berharap Nyonya Adler tidak hanya berusaha membuatnya merasa lebih baik dengan mengucapkan kata-kata itu, namun ia berharap pujian wanita itu untuk bayinya sungguh nyata dan tulus.     

"Aku setuju dengan Nyonya Adler," Lily menimpali. "Aku sudah melahirkan tiga bayi dan tidak satu pun dari mereka yang prematur. Meski lahir prematur, Harlow tampaknya tidak lebih lemah dari anak-anakku saat masih bayi. Jadi, bisa kukatakan bahwa Harlow terlahir sehat dan kuat untuk ukuran bayi prematur. Aku yakin setelah ini dia pasti akan tumbuh dengan baik."     

"Yah, kuharap kau benar ...." Emmelyn menyeka air matanya dan mengusap punggung Harlow. Bayi itu berhenti menangis dan sekarang dengan rakus mengisap susu dari sendok. Tingkah sang bayi membuat Emmelyn ingin tertawa.     

Kira-kira, siapa yang dicontoh Harlow dalam hal ini?     

'Mungkin saja dia meniruku,' pikir Emmelyn. Ia selalu menjadi pecinta kuliner dan sanggup makan banyak.     

Sejenak, suasana di dalam ruangan menjadi khusyuk. Semuanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun, Emmelyn merasa hancur karena ia harus segera meninggalkan Harlow.     

Nyonya Adler sedang memikirkan rencana yang akan dilakukan setelah Emmelyn dinyatakan meninggal. Sementara Lily merasa sangat kasihan melihat Emmelyn dan Harlow mengalami kekejaman seperti itu dan ia mengutuk kegilaan sang raja karena melakukan hal ini kepada menantu dan cucunya sendiri.     

Ketika Harlow akhirnya tertidur di pelukan ibunya, Nyonya Adler menyimpan semangkuk susu dan membersihkan tempat tidur. Ada begitu banyak darah di seprai dan pakaian mereka.     

"Apa kau bisa bangun?" tanya Lily kepada Emmelyn. "Aku akan meminta pelayan untuk membersihkan tempat ini supaya kau bisa beristirahat."     

"Baiklah." Emmelyn mengangguk. Lily mengambil Harlow dari pelukan Emmelyn dan membiarkan Emmelyn berpindah dari tempat tidur ke sofa. Begitu Emmelyn duduk di sofa, Lily mengembalikan Harlow. Emmelyn mengucapkan terima kasih.     

Emmelyn duduk dengan nyaman dengan bersandar di sofa dan menggendong Harlow di pangkuannya. Bayi itu tampak seperti bidadari kecil yang masih keriput. Emmelyn ingin menciumnya berulang kali, tetapi ia juga tidak ingin membangunkannya.     

Sementara kedua pelayan membersihkan kamar, Nyony Adler menyiapkan beberapa ramuan di sudut ruangan. Ia akan mencampur ramuan tidur dan beberapa ramuan tambahan untuk membantu Emmelyn mendapatkan kembali kekuatannya saat sedang tertidur.     

Jika ramuan ini manjur, malam ini mereka akan mengumumkan kematian Emmelyn. Ini akan menjadi saat yang tepat karena Tuan Vitas akan melakukan pemeriksaan kepada ibu dan bayinya.     

Begitu mereka semua mengira Emmelyn telah meninggal, mereka harus menguburkannya besok.     

Jadi, inilah saat yang tepat bagi Emmelyn untuk berbicara dengan Lily dan menyampaikan keinginan terakhirnya kepada wanita itu terkait Harlow dan suaminya.     

"Apa kau mau teh?" tanya Lily pada Emmelyn sambil memegang teko. "Aku akan meminta pelayan untuk membuatkan teh untuk kita jika kamu mau."     

Emmelyn mengangguk. "Terima kasih, Lily."     

"Sama-sama." Lily tersenyum. Lalu ia menoleh ke salah satu pelayan dan memintanya untuk membuat teh di dapur lalu membawanya ke kamar. Pelayan itu membungkuk sedikit, lalu ia mengambil teko dari tangan Lily dan bergegas ke dapur untuk mengambil air panas dan membuat teh.     

Pelayan itu kembali lima belas menit kemudian. Aroma teh langsung tercium di ruangan itu. Rasanya menenangkan dan sesaat, Emmelyn bisa melupakan kesedihannya.     

Lily mengambil teko dari pelayan dan menuangkan teh untuk mereka bertiga. Nyonya Adler mengucapkan terima kasih atas tehnya dan pergi ke sudut yang cukup jauh untuk menikmatinya. Ia tidak ingin mengganggu momen pribadi antara Emmelyn dan Lily.     

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Lily setelah menyeruput tehnya. "Apa masih terasa sakit?"     

Emmelyn menggeleng. "Tidak. Anehnya, semuanya terasa jauh lebih baik sekarang." Ia menurunkan tatapannya ke arah bagian pribadinya dan mendesah. "Tapi aku masih merasakan sakit di bawah sana …."     

Lily tertawa kecil mendengarnya. "Ya... memang begitu. Kau kan baru saja mendorong keluar seorang bayi melalui saluran sekecil itu. Wajar jika organ itu robek atau melebar untuk membuka jalan. Tapi tenanglah, nantinya akan baik-baik saja dan akan sembuh secara alami. Sekarang kau harus banyak beristirahat."     

"Oh ... berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk pulih?" tanya Emmelyn pada Lily. Ia tidak terlalu memperhatikan beberapa hal teknis ketika kakak perempuannya melahirkan anak mereka. Ia hanya ingat awalnya bayi-bayi itu akan terlihat jelek dan semua saudara perempuannya terlihat lemah selama berminggu-minggu dan tidak bisa banyak beraktifitas.     

"Oh... butuh waktu berminggu-minggu," jelas Lily. "Tapi selama kau istirahat dengan baik, kau akan cepat pulih."     

Emmelyn mengira ia tidak punya waktu berminggu-minggu lagi. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia bersembunyi di suatu tempat di ibu kota sambil menunggu suaminya kembali atau langsung pergi ke Atlanta saja?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.