Pangeran Yang Dikutuk

Dorong Bayinya



Dorong Bayinya

0"Anda tidak perlu khawatir, Tuan Putri." Nyonya Adler berusaha meyakinkan Emmelyn. "Akan kupastikan itu tidak akan terjadi."     
0

"Tapi bagaimana caranya?" Emmelyn penasaran.     

Kemudian, Nyonya Adler berbicara dengannya dengan nada pelan dan memberi tahu Emmelyn tentang rencananya. Sang putri tampak terkesan ketika mendengar apa yang ada dalam pikiran Nyonya Adler. Idenya sangat sederhana tetapi sepertinya akan berhasil.     

Namun, Emmelyn tidak tahu di mana ia akan dimakamkan sebagai tersangka pembunuhan. Keluarga kerajaan memiliki kompleks makam bawah tanah untuk anggota keluarga mereka yang telah meninggal dan di situlah raja dan ratu sebelumnya, bersama dengan keturunan mereka dimakamkan.     

Tempat itu juga merupakan tempat di mana orang-orang memohon kepada raja untuk menguburkan mendiang istrinya, tetapi Raja Jared menolak.     

Sang Raja bersikeras menjaga mayat mendiang ratu agar tetap segar di gua es. Pria itu sudah gila dan tidak mau mendengarkan perkataan semua orang. Akhirnya, semua warga ibukota hanya berharap putra mahkota segera kembali agar bisa berbicara dengan ayahnya.     

Setelah Raja Jared mengeksekusi beberapa orang yang berani menyarankan agar ia menguburkan Ratu Elara, tidak ada seorang pun yang berani mencoba menyarankan lagi. Tidak, terima kasih. Mereka semua ingin menjaga kepala mereka tetap utuh.     

Sekarang, Emmelyn sangat yakin bahwa meskipun ia menikah dengan sang pangeran, ia tidak akan dimakamkan di makam keluarga raja. Jadi, mungkinkah ia bisa membuat permintaan terakhirnya untuk dimakamkan di dekat kakaknya saja?     

Mereka seharus mengabulkannya sebagai keinginan terakhirnya, bukan? Mungkin saja Lily dan Athos bisa memaksa pihak berwenang untuk melakukannya karena ia adalah ibu dari pewaris putra mahkota.     

Pada titik ini, semuanya menjadi pertaruhan bagi Emmelyn. Ia bisa saja memalsukan kematiannya dan bangun kembali tiga hari kemudian untuk meninggalkan ibu kota. Namun, tidak ada jaminan bahwa ia dapat dimakamkan di tempat pilihannya dan Nyonya Adler benar-benar akan datang sambil membawa beberapa orang untuk membantunya.     

Ada banyak risiko yang terlibat, tetapi Emmelyn tidak punya pilihan lain. Satu-satunya pilihan lain adalah eksekusi setelah Harlow lahir.     

Bahkan jika Emmelyn kemudian dibebaskan dari tuduhan pembunuhan ini atau jika suaminya dengan kukuh tetap mempercayainya tidak peduli apa yang ditunjukkan oleh bukti… tapi jika ia sudah mati saat itu, semuanya akan sia-sia saja.     

Ya. Emmelyn harus mengambil pertaruhan ini untuk hidupnya.     

Tunggu ... jika Nyonya Adler akan datang tiga hari kemudian untuk membawanya keluar, bagaimana ia akan membayar orang yang dipekerjakan wanita itu?     

"A-apa kau punya uang?" tanya Emmelyn pada wanita tua itu dengan terbata-bata. Ia memang membawa 500 koin emas ketika meninggalkan kastil untuk menemui para preman, tetapi mereka telah merampok koin itu darinya karena ketika ia terbangun di gerobak, koin emas itu sudah hilang dari dompetnya.     

Emmelyn mengertakkan giginya. Sekarang, ia membayangkan Roshan pasti telah mengambil sisa emas di peti harta di dalam ruang kerja sang pangeran dan Emmelyn mengutuk kepala pelayan itu karena sudah mencuri 500 koin emas miliknya.     

'Suatu hari nanti, aku akan membuatmu membayar perbuatanmu, Roshan,' Emmelyn bersumpah pada dirinya sendiri. "Akan kutagih utangmu lengkap dengan bunganya."     

Nyonya Adler mengangguk sambil tersenyum. "Aku masih punya koin emas yang Anda berikan kepada saya, Tuan Putri. Akan saya gunakan untuk membayar beberapa orang untuk membantu Anda."     

Emmelyn merasa sangat tersentuh ketika mendengar ucapan penyihir tua itu. Ahh.., rupanya kebaikan kecil yang ia tunjukkan pada Nyonya Adler beberapa bulan lalu kini dikembalikan kepadanya.     

"Terima kasih," bisiknya. "Aku berhutang nyawa padamu."     

"Ah.., jangan seperti itu, Tuan Putri. Tidak perlu ada utang budi di antara kita. Anda adalah sahabat baikku," sahut Nyonya Adler sambil tersenyum. Ia juga menyeka matanya yang berkaca-kaca dan berpura-pura tidak ada hal penting yang ia dan Emmelyn bicarakan.     

Namun, dari sudut matanya, Nyonya Adler sudah melihat pelayan itu melihat ke arah mereka. Pelayan itu sepertinya penasaran apa yang mungkin dibicarakan seorang putri dengan penyihir desa. Mereka tampak dekat.     

Sungguh langka melihat seorang wanita bangsawan sudi berbicara begitu ramahnya dengan orang biasa. Pelayan itu sungguh terkesan. Ia juga mulai merasa simpati terhadap Emmelyn.     

Sang pelayan berpikir, 'Wanita ini sepertinya orang yang baik. Apa benar dia yang membunuh ratu? Sepertinya tidak mungkin. Mungkin saja dia benar-benar dijebak?'     

"Terima kasih banyak, Nek," bisik Emmelyn lagi.     

"Setelah kau melahirkan bayimu nanti, aku akan memberimu obat agar kau bisa memulihkan tenagamu saat tidur." Nyonya Adler menambahkan dengan berbisik. "Begitu kau terbangun nanti, kau akan merasa segar dan sehat kembali."     

"Sempurna. Terima kasih banyak."     

***     

Perkiraan Emmelyn benar. Setelah sepanjang malam berlalu, bukaanya hanya naik ke pembukaan enam. Ia menggeliat kesakitan sepanjang malam dengan kontraksi yang muncul setiap setengah jam. Setelah beberapa jam, ia akhirnya mulai terbiasa.     

Itu tidak seburuk sebelumnya. Apalagi sekarang ia sudah memiliki rencana bagaimana caranya untuk melarikan diri, pikirannya kini jauh lebih jernih dan hatinya dipenuhi dengan harapan.     

Emmelyn terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini akan menjadi strateginya, mundur satu langkah untuk maju beberapa langkah. Ya, ini memang perlu dilakukan.     

Begitu ia menjadi wanita yang bebas, ia bisa melakukan banyak hal untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah dan akan mematahkan kutukan yang menimpanya.     

"Bagaimana kemajuannya?" tanya Lily begitu dia bangun pagi-pagi. Wanita itu datang ke tempat tidur dan duduk di samping Emmelyn untuk menanyakan kondisinya. Emmelyn hanya menggeleng.     

"Belum ada," jawab Emmelyn.     

Nyonya Adler mengangguk. "Terakhir kali saya periksa, masih bukaan enam. Kita harus menunggu."     

"Ah, oke. Yah... pengalaman melahirkan yang pertama memang lama," sahut Lily sambil tertawa gugup. Ia mencoba mencairkan suasana agar Emmelyn akan merasa lebih baik. Kemudian ia meminta pelayan untuk keluar dan membawa makanan agar mereka bisa sarapan.     

"Baik, Yang Mulia," kata pelayan itu. Ia bangkit dan membungkuk sedikit sebelum keluar dari ruangan untuk membawa makanan seperti yang diminta oleh Lily.     

"Dengar, kau perlu mengumpulkan energi sebanyak mungkin," ujar Lily sembari menoleh ke arah Emmelyn. "Kalau waktunya sudah tiba, kau akan membutuhkan banyak tenaga untuk mendorong bayimu keluar."     

Emmelyn hanya bisa mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia tahu Lily benar. Setelah mengalami rasa sakit begitu lama, perlahan-lahan ia merasa kehilangan tenaganya dan juga mulai lelah.     

"Setelah sarapan, kau harus istirahat lagi," ujar Lily lagi.     

"Ya, jika sampai jam 10 pagi kita masih belum mendapatkan pembukaan yang baik, saya akan memijat perutnya untuk mendorong bayi secara perlahan agar kontraksinya lebih kuat," sela Nyonya Adler. "Itu harus dilakukan supaya pembukaannya lebih besar. Jika kita menunggu terlalu lama, bayinya mungkin akan keracunan."     

Emmelyn menelan ludah saat mendengarnya. Ia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya ketika perutnya akan dipijat nanti. Namun, ia setuju dengan Nyonya Adler. Rasa sakitnya dimulai lebih dari 18 jam yang lalu. Jika tidak ada kemajuan nyata dalam beberapa jam ke depan, ia mungkin akan kehilangan bayinya.     

"Baiklah, Nek. Kuserahkan kepadamu karena kau yang lebih tahu," jawabnya.     

Kemudian, Tuan Vitas datang bersama dua orang pelayan yang membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk mereka sarapan. Para wanita menyambut lelaki tua itu dan menawarinya untuk sarapan bersama.     

Hari ini akan menjadi hari yang panjang. Mereka semua tahu itu.     

***     

"Aaahhh...!! Sakit!!" Teriakan Emmelyn menggema di udara saat Nyonya Adler menekan perutnya. Sudah bukaan sepuluh dan tidak ada kemajuan signifikan pada bukaannya.     

Jadi, sesuai rencana, Nyonya Adler memijat perut Emmelyn. Baru berjalan satu menit, tiba-tiba Emmelyn merasakan sakit luar biasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Semua rasa sakitnya sebelumnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang ini.     

Emmelyn merasa isi perutnya dicengkeram dan diremas oleh tangan tak terlihat. Rasa sakitnya begitu tak tertahankan sehingga ia terus berteriak sekuat tenaga. Semua orang dalam radius 50 meter dari Menara Abu bisa mendengarnya.     

"Bagus... bagus," gumam Nyonya Adler. Ia mengulurkan tangan ke bawah gaun Emmelyn untuk memeriksa pelebarannya dan senyum cerah muncul di wajahnya. Lalu ia menoleh ke arah Lily dan Tuan Vitas dan berseru. "Ini sudah bukaan 8. Sebentar lagi, Tuan Putri bisa mulai mendorong."     

Lily dan Tuan Vitas menghela napas lega. Sementara Emmelyn terlalu kesakitan untuk memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Ia mencengkeram seprai dengan erat dan terus menangis. Matanya basah oleh air mata dan Lily terus menyeka air mata dari pipi Emmelyn.     

"Astaga... sakit sekali... Ahhhh....!"     

"Sudah bukaan 9!" Nyonya Adler beberapa menit kemudian. "Bayinya akan lahir."     

"Ahhhh..! Sakit.. sakit...!"     

"Ini, coba gigit saja ini." Lily dengan cepat mengeluarkan sapu tangan dari tasnya dan memberikannya kepada Emmelyn. "Gigit ini agar lidahmu tidak tergigit."     

Emmelyn membuka mulutnya dan menerima sapu tangan itu. Ia menggigitnya dan ia mengatupkan rahangnya saat rasa sakit itu menyerang lagi. Kali ini, teriakannya teredam.     

"Jalan lahir sudah terbuka sepenuhnya!" Nyonya Adler mengumumkan tidak lama kemudian. "Sudah bukaan sepuluh. Anda sudah bisa mendorong."     

Lily menekan bibirnya, merasa sangat tersentuh. Akhirnya, saat yang mereka tunggu-tunggu telah tiba. Emmelyn akhirnya siap mendorong bayinya keluar. Segera, Harlow akan datang ke dunia ini.     

"Ayo, dorong sekarang, Emmelyn," ujar Lily kepada temannya.     

Emmelyn tidak mendengarnya dengan jelas. Rasa sakit yang tak tertahankan masih terus menderanya sehingga ia tidak bisa fokus pada hal lain. Lily bahkan harus meremas tangannya dan berbisik ke telinganya bahwa ia harus berusaha mendorong.     

"Mmm… kau bilang apa?" tanya Emmelyn tidak fokus. "Dorong? Dorong apa?"     

"Kau bisa mendorong bayimu keluar sekarang.Tarik napas dalam-dalam, lalu, pada hitungan ketiga, dorong Harlow keluar sekuat tenaga. Mengerti?"     

.     

.     

____________________________     

Catatan Missrealitybites:     

Teman-teman yang baik, terima kasih atas kesabarannya menunggu cerita ini update lagi. Cerita Mars dan Emmelyn akan saya lanjut sampai tamat yaa, mulai hari ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.