Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

DIMANA SIAN?



DIMANA SIAN?

0Diam? Mana mungkin…     
0

Senja menarik nafas dalam, dia bergerak dengan hati- hati ke sisi lain dari lemari dimana pria itu telah berjalan melewatinya. Ketika senja melihat pria itu belum menyadari kehadirannya, Senja berjalan dengan sigap di belakangnya dan menepuk bahu sebelah kanan pria itu.     

Pria itu terkejut dan syok atas apa yang Senja telah lakukan, sebelum akhirnya dia berbalik dan menghadapi Senja.     

Karena Senja memimiliki keuntungan atas situasi ini, dia meletakkan tangan kanannya di bahu kiri pria tersebut dengan tekanan yang pas dan sambil menatap lurus ke dalam mata pria itu.     

Bola mata pria itu melebar dan wajahnya berubah dari 'terkejut' menjadi 'membeku'.     

Sebenarnya ekspressi wajahnya tetap seperti itu sampai pria tersebut menjadi tenang.     

Melihat hal ini, Senja tersenyum penuh kemenangan. Pacarnya yang sekarang mengatakan kalau akan lebih mudah menghipnotis seseorang apabila mereka sedang kurang menyadari sekitarnya atau saat mereka sedang terkejut, karena dengan begitu, akan lebih mudah untuk mengatur perhatian mereka dan memotong kesadaran mereka dari realita yang ada.     

Paling tidak, setelah penjelasan panjang yang tidak ada habisnya, fakta inilah yang Senja bisa tangkap.     

"Senja, keluar segera dari sana!" di dalam ruangan yang sunyi senyap itu, suara Lee terdengar dari earpiece yang Senja sudah lepaskan.     

Suara gumaman Zhou juga dapat terdengar dari sana.     

Kesal, Senja mengerutkan alisnya.     

Setelah beberapa detik, mata pria di depan Senja kembali fokus. Kemarahan mengelilingi matanya seraya dia mencengkeram lengan Senja.     

Beruntungnya Senja bergerak dengan lebih cepat! Dia dengan sigap menarik tangannya dan bergerak mundur tiga langkah menjauhi pria tersebut.     

"Sial!" Senja menggerutu dengan pelan.     

'Kenapa mereka tidak memiliki keyakinan sama sekali padaku?!'     

"Senja, hentikan itu semua! Sian akan segera tiba disana! Keluar dari ruangan itu segera!" Lee mendesak Senja lagi.     

Di lain pihak, Senja tiba- tiba berjongkok karena pria tersebut mencoba untuk menendangnya dan Senja harus berguling ke sisi lain untuk menghindari serangannya.     

Terimakasih pada badannya yang flexible, Senja bisa menghindari setiap serangan dari lawannya tanpa terlalu memakan tenaga walaupun Senja bukan tipe petarung, jadi dia hanya bisa menghindar tanpa bisa mengembalikan serangan.     

"Sian dimana kamu!? Pria ini mencoba untuk membunuh adik kecilmu!" Senja merengek ketika dia mencoba menghindari serangan pria ini tapi justru pergelangan kakinya menghantam sebuah meja kecil.     

Barang- barang yang ada di atas meja jatuh ke lantai dengan berisik, sesaat kemudian, Senja melihat scalpel kecil bergulir jatuh ke tanah.     

Tanpa pikir panjang, Senja mengambilnya dan berguling ke depan, melewati betis lawannya dan mengirisnya dengan scalpel di tangannya.     

Darah mengalir dari lukanya dan pria itu berteriak kesakitan.     

Sementara itu, Senja bergerak ke lemari terdekat dan mendorongnya kuat- kuat.     

Lemari itu kemudian jatuh di atas sang pria dan setelah lolongan panjang, pria itu berhenti berteriak dan bergerak. Sepertinya dia sudah pingsan.     

Namun, teriakan terakhirnya menarik perhatian dari kawanannya.     

Dari luar, Senja dapat mendengan suara- suara langkah kaki yang berlari menghampiri ruangan tersebut. Sejauh yang Senja dapat perkirakan, ada tiga orang yang datang.     

'Aku tidak akan sanggup melawan mereka, dimana Sian?'     

Senja tidak menghiraukan rasa sakit di pergelangan kakinya dan berdiri. Sarung tangan hitam yang Senja kenakan, mencengkeram scalpel di tangannya. Bersiap untuk pertarungan selanjutnya.     

Tapi, sebelum orang- orang tersebut bisa masuk ke dalam ruangan, ada suara berisik lain dari luar dan suara sesuatu menabrak tembok.     

Hanya di butuhkan dua menit sebelum akhirnya suara- suara itu mereda.     

Senja kemudian membuka pintu secara perlahan sambil masih menggenggam scalpel di tangannya. Dia memiringkan kepalanya dan melihat Sian berdiri di sana dengan gagah dan tampan sementara tiga orang lainnya sudah bergelimpangan di lantai sambil mengerang kesakitan.     

"Kakakku yang tampan!" Senja berteriak dengan gembira, matanya berbinar dengan bahagia.     

Setelah itu, Senja melompat ke pelukan kakaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.