Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

BERSEMBUNYI!



BERSEMBUNYI!

0Utara mendecakkan lidahnya dengan kesal. Dia harus memikirkan sesuatu jika ingin anak buahnya selamat dari musibah ini. Hanya untuk berpikir bahwa mereka kalah jumlah, bertahan dan bertarung, itu bukanlah solusi terbaik meskipun terus berlari juga tidak akan menyelesaikan masalah karena pada akhirnya, dengan kecepatan mereka, mereka akan terkejar.     
0

"Aku punya ide," ucap Senja lirih hampir seperti bisikan.     

"Oh, suaramu kembali!"     

Senja memutar bola matanya tetapi mengabaikan komentar Utara. "Aku punya ide tapi terlalu berisiko"     

"Aku akan menyukainya," ucapnya enteng, karena Senja sudah membantu mereka dengan ledakan, maka idenya pantas didengar.     

"Ayo bersembunyi."     

"Ungu, di mana kau akan menyembunyikan lusinan pria?"     

Senja lalu menunjuk ke atas lalu tanpa sadar Utara pun melirik ke atas pohon cemara lebat di atasnya.     

Rimbunnya pepohonan cemara menutupi langit, mengubah malam menjadi lebih khusyuk dan gelap. Kegelapan hampir menutupi sinar cahaya bulan. Mereka bisa memanfaatkan ini.     

Menyadari maksud Senja, sebuah rencana terlintas di kepala Utara dan tiba-tiba ia mengangkat tangan untuk menghentikan rombongan.     

***     

Sekitar lima ratus penunggang kuda berderap maju. Namun ketika mereka telah dekat, suara-suara itu tampak menyebar ke arah yang berbeda.     

Kapten Bai su mengangkat tangan dan segera semua penunggang kuda berhenti. Dia turun dari kudanya, berjongkok ke tanah lalu menempelkan telinganya lalu memejamkan mata dan merasakan getaran di bumi yang disebabkan oleh puluhan kuda.     

"Mereka berpencar," Dia membuat pernyataan. "Kejar mereka!"     

"Ya kapten!" Jawab mereka, setelah itu Mereka menyebar ke empat penjuru berbeda.     

Kapten Bai su naik kudanya dan mengikuti anak buahnya ke arah lain.     

Tanpa mereka sadari, puluhan pasang mata melihat pemandangan ini. Para pengejar itu mengira bahwa mereka berhasil menipu mereka, sebuah senyum terpampang di bibir mereka.     

Ditutupi oleh lebatnya malam dan pohon cemara, prajurit Azura tersembunyi dengan baik.     

"Pindah," Utara berkata dengan pelan dan pria lainnya menyampaikan pesan tersebut kepada yang lain dengan isyarat tangan.     

Mereka berpindah perlahan dari cabang ke cabang lain, berusaha untuk menghasilkan suara sesedikit mungkin. Mereka terus bergerak seperti itu dalam waktu lama.     

Sedangkan bagi Senja, dalam situasi normal, melompat dari satu pohon ke pohon lainnya tidak menjadi tantangan tersendiri baginya, karena dia telah meloncat dari satu gedung ke gedung lainnya.     

Tapi untuk saat ini, ketika dia merasa kewalahan atas apa yang bisa dia rasakan, dan terlebih lagi adalah perasaan yang dia terima bukanlah perasaan yang normal, tetapi sesuatu yang ekstrim dengan rasa sakit yang menyiksa. Itu benar-benar pukulan bagi mental Senja.     

Dengan pemikiran bahwa Senja adalah gadis kecil yang lembut, Utara dengan murah hati mengulurkan tangan. Dia dengan hati- hati memeluk pinggangnya.     

Saat itu Senja menarik lengan baju Utara dan berbisik ke telinganya. "Seseorang mengikuti kita."     

Saat Senja menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara anak panah menerobos kegelapan dan salah satu anak buahnya jatuh ke tanah dengan ekspresi kesakitan sambil memegang bahu kanannya dimana panah menembus tubuhnya.     

Setelah itu panah lain ditembakkan dari bawah mereka oleh para pemanah.     

Kelompok prajurit Azura tidak lagi bergerak perlahan dan waspada tetapi meningkatkan kecepatan mereka. Satu-satunya keuntungan yang mereka miliki adalah hutan lebat itu sebabnya musuh tidak bisa menunjukkan posisi mereka dan hanya menembak secara acak.     

"Mereka disini!!" Pengejar itu berteriak kepada sesama mereka dan tidak butuh waktu yang lama sampai pengejar lain datang untuk bergabung dalam perburuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.