Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

SANGAT BAHAGIA



SANGAT BAHAGIA

0Senja bahkan tidak sadar saat Dokter Lin meninggalkannya, pikirannya terlalu penuh untuk membentuk rencana didalam otak jahatnya. Mengumpulkan kembali ingatan-ingatan masa lalunya dan sedikit informasi dari Yun, memastikan semuanya akan berjalan mulus dan mengilangkan kemungkinan akan gagal.     
0

Senja bersumpah bahwa ia akan membawa karma untuk orang-orang jahat itu.     

Satu-satunya hal yang ia sesali adalah, bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Tetua Dam. Itu membuat suasana hatinya sedikit murung.     

Tidak membutuhkan waktu lama sebelum Dokter Lin kembali dengan seorang pelayan wanita yang membawakannya makanan, bersama dengan mereka Qianru dan Xiao Mugi juga datang.     

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Qianru bertanya dan duduk di sebuah kursi dekat tempat tidur Senja.     

Sementara, Xiao Mugi memanjat tempat tidur Senja dan duduk di tepiannya. Kedua mata besarnya menatap Senja dan Senja merasa seperti Xiao Tianyou sedang menatapnya saat ini.     

Tanpa berpikir panjang, Senja mengulurkan tangannya dan menarik anak itu ke dalam pelukan, Senja memeluk Xiao Mugi dengan erat.     

Ya, jika ayahnya tidak ada disini, maka anaknya juga tidak akan masalah.     

"Lepaskan aku!" Xiao Mugi berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan mematikan Senja, tangan dan kakinya yang pendek memukul-mukul ke segala arah dalam usahanya untuk melepaskan diri dari pelukan istri ayahnya.     

"Kau sangat aneh!" Xiao Mugi terjatuh ke belakang saat ketika ia berhasil menarik dirinya lepas dari Senja dan berlari ke arah Qianru, bersembunyi di belakangnya. Anak kecil yang kasihan itu terlihat berwaspada, takut jika Senja akan menyerangnya lagi.     

"Senja, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Qianru bertanya dengan kekhawatiran yang terdengar jelas di suaranya.     

"Tidak ada apa-apa." Senja tersenyum dan mengangkat bahunya. "Aku hanya merasa bahagia bisa berada disini."     

Saat Senja melihat tatapan khawatir mereka, Senja sadar bahwa ia harus menahan diri.     

Senja menggigit bibirnya untuk menahan senyuman sambil memakan makanannya.     

......…     

Seperti apa yang sudah terjadi sebelumnya.     

Setelah makan malam, Dokter Lin harus pergi ke Kota Q, tapi kali ini Senja tidak menahannya, Senja tahu bahwa Dokter Lin akan sampai dengan selamat dan baik-baik saja.     

Maka, Senja hanya mengucapkan salam perpisahan dan mengatakannya untuk berhati-hati di sepanjang perjalanan.     

Dokter Lin pergi setelah ia memberikan resep obat untuk Senja. sebenarnya, ia seharusnya pergi dari benteng utara ini bersama dengan rombongan Xiao Tianyou ke Kota Q, namun dengan kondisi Senja Xiao Tianyou sangat keras kepala untuk membuatnya tetap tinnggal dan menjaga Senja terlebih dahulu.     

Perintahnya sungguh sangat jelas; Dokter Lin tidak diperbolehkan untuk pergi sebelum Senja sadar.     

Hati Senja terasa hangat ketika Dokter Lin mengatakan hal itu lagi, mengingatkan Senja bahwa perjalanannya dan kesedihannya untuk meninggalkan keluarga untuk berada di sini untuknya benar-benar layak.     

Setelah itu Qianru dan Xiao Mugi menetap di kamar Senja sambil mereka berbicara satu sama lain dan menggoda Xiao Mugi.     

Semuanya berjalan normal seperti yang terjadi sebelumnya.     

Xiao Mugi tertidur dengan pulas, Qianru dan Senja memilih untuk melanjutkan pembicaraan di luar rumah dan sambil mereka duduk di sebuah kursi taman, pembicaraan mereka berjalan seperti apa yang ia ingat.     

Ketika pembicaraan itu sudah sampai ke bagian bayi Qianru, Senja meletakkan tangannya di perut rata Qianru dan berkata dengan tekad yang besar, "Kau akan baik-baiks aja. Aku akan melakukan segalanya untuk melindungi kalian berdua." Senja berkata dengan serius, seakan ia sedang bersumpah.     

Senja tidak bisa tahan untuk memikirkan apa yang akan terjadi kepada Qianru di masa depan jika ia kehilangan bayinya.     

"Terima kasih…" Qianru tersenyum dengan tulus setelah mendengar ucapan Senja, itu sangat berarti untuknya.     

Pada saat ini, Qianru tidak akan tahu bahwa Senja benar-benar akan menyelamatkannya dari mimpi buruk yang sangat menakutkan yang tidak pernah bisa ia bayangkan.     

Setelah sensasi yang ia rasakan karena bisa kembali, Senja menyadari dua hal.     

Pertama, rambutnya masih berwarna ungu dan kedua, ia kehilangan kemampuannya. Senja tidak keberatan pada awalnya tapi keludian itu membuatnya terganggu.     

Rencana awalnya membutuhkannya untuk bisa menggunakan kemampuan itu dan mengalahkan Modama, tapi sekarang karena kemampuan itu sudah menghilang, Senja harus mengatur ulang rencananya.     

Pagi selanjutnya, Senja sudah terbangun bahkan sebelum matahari terbit di garis cakrawala dan berjalan ke ruangan Qianru dengan pakaian sederhana berwarna hitam bersamaan dengan pedang yang berada di pinggangnya.     

Qianru masih tertidur dan bahkan tidak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya, hanya saat Senja menggoyangkan bahunya dan membangunkannya, ia mengerang dan membuka matanya dengan berwaspada.     

"Senja?" Qianru bertanya dengan ekspresi kebingungan. "Apa yang kau lakukan?" Ia menatap ke sekelilingnya, tapi menemukan hal apapun yang mungkin mengancam.     

Senja tidak mengatakan padanya mengenai keberangkatan ini malam tadi, tapi karena ia menyadari mengenai kemampuannya yang telah menghilang, Senja harus berangkat lebih awal dari rencananya untuk mengatur sesuatu.     

"Dengar." Senja menempatkan jari telunjuknya ke hadapan bibir untuk meminta Qianru agar tidak membuat keributan di pagi buta seperti ini. "Aku harus pergi ke Kota Q," Senja memberitahukan tujuannya.     

Senja harus memberitahu Qianru karena Senja tidak ingin Qianru ketakutan ketika ia tidak bisa menemukan dirinya nanti dan membuat keributan yang tidak perlu untuk mencarinya.     

"Senja!" Kedua mara Qianru melebar karena terkejut. "Kota Q sedang tidak aman sekarang, kota pertama yang akan mereka runtuhkan adalah Kota Q!" Qianru memperingati Senja dengan panik karena mendengar rencana Senja.     

Senja sudah mengira sebelumnya bahwa Qianru pasti akan menentang idenya, maka Senja sudah menyiapkan jawaban yang akan membuatnya setuju bagaimana pun juga.     

"Ada pengkhianat di antara orang-orang terpercaya Xiao Jun dan aku memiliki cara untuk menyelidikinya. Jika pengkhianat itu masih disana dan tidak ada yang menyadarinya, Hasil dari perang ini akan berbeda dari harapan kita."     

"Pengkhianat?" Qianru ternyata sangat terkejut dengan berita ini, kedua matanya membesar dengan tidak percaya.     

"Ya, itu lah kenapa aku harus pergi." Senja memengang tangan Qianru dan meremasnya lembut untuk meyakinkan Qianru. "Aku akan baik-baik saja, terlibih lagi aku akan menuju ke tempat mereka."     

Qianru masih merasa gelisah untuk membiarkan Senja pergi sendirian, tapi kalimat Senja sebelumnya mengenai pengkhianat tidak bisa diabaikan juga.     

Dan bagi Senja, ia tidak perlu memiliki kemampuannya yang dulu untuk bisa merasakan kegelisahan dan kekhawatiran di hati Qianru, itu sangat jelas untuk dilihat.     

Akhirnya, setelah merenung untuk beberapa saat, Qianru mengangguk dengan enggan. "Kau harus berhati-hati Senja." Qianru menambahkan.     

"Ya, aku pasti behati-hati." Ucap Senja. "Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."     

"Apa itu?"     

"Pertama, jangan menyebutkan tentang keberangkatanku di dalam suratmu untuk Xiao Jun dan kedua…" Senja mendekatkan dirinya kepada Qianru dan berbisik ke telinganya.     

Kerutan di alis Qianru menunjukkan kebingungannya. "Kenapa aku harus melakukan itu?"     

"Untuk keselamatan semua orang disini." Senja sedikit menggoyangkan tangannya, "Berjanjilah kau akan melakukan itu. Ini sangat penting."     

Qianru ragu, tapi ia tetap mengangguk pada akhirnya. "Aku janji."     

"Tepati janjimu Qianru. Ini mengenai masalah hidup dan mati."     

Qianru mengangguk untuk meyakinkan Senja, menandakan bahwa ia akan melakukan sesuai yang ia katakan. "Aku akan melakukannya."     

"Kalau begitu, sekarang waktuku untuk pergi."     

Mereka berdua saling berpelukan dengan hangat sebelum Senja melangkah keluar dari ruangan. Senja mengenakan topi jeraminya untuk menutupi rambutnya yang berwarna ungu dan pakaian hitam dengan pedang yang menggantung di pinggangnya, ia terlihat seperti seorang pengembara.     

Bahkan penjaga yang melihat Senja memiliki kesulitan untuk mengenalinya jika ia tidak melepaskan topi dan menunjukkan mereka rambut ungunya yang mencolok. Mereka tidak mengizinkan Senja pergi pada awalnya, tapi setelah beberapa ancaman ini dan itu, akhirnya mereka menuruti Senja.     

Ketika Senja hendak menunggangi kudanya keluar dari benteng utara, Xiao Mugi menemui Senja di kandang kuda. Kakinya yang pendek tersandung sementara dadanya naik dan turun, ia sangat terengah-engah.     

"Kemana kau akan pergi?" Ia menatap dengan penasaran, menilai pakaian Senja yang tidak biasa.     

"Untuk menyelamatkan dunia!" Senja berkata acuh tak acuh.     

"Itu berbahaya di luar dsana." Xiao Mugi berkata dengan nada bicaranya yang kekanak-kanakan.     

Dengan mendengat kalimat Xiao Mugi, Senja berhenti mempersiapkan kudanya dan berjongkok di hadapan anak laki-laki itu hingga mata mereka sejajar.     

"Apa? Apa sekarang kau mengkhawatirkanku?" Senja bertanya dengan jahil.     

"Tidak." Ia berkata, tapi melangkah mundur disaat pipinya mengeluarkan rona merah. Ia benar-benar sangat menggemaskan di mata Senja.     

"Kemarilah anak kecil, beritahu aku apa yang inginkan." Senja melambaikan tangannya untuk memanggil Xiao Mugi kembali mendekat.     

Anehnya, kali ini Xiao Mugi tidak protes ketika Senja memanggilnya 'anak kecil' dan dengan patuh mengambil satu langkah maju.     

"Apa kau akan bertemu dengan ayahku?" Ia bertanya dengan malu-malu.     

Pertanyaan Xiao Mugi ini membawa kembali ingatan Senja, meski ia telah mendengar ini sebelumnya, Senja tidak keberatan untuk mendengarnya lagi. Maka, dengan senyuman di wajahnya, Senja membalas dengan jawaban yang sama.     

"Hmm." Senja mengangguk. "Aku akan menemuinya."     

"Bisakah kau mengatakan padanya untuk kembali sebelum ulang tahunku?" Ia memohon dengan malu-malu. "Ayah telah melewatkan ulang tahunku tiga kali." Xiao Mugi berkata dengan kesedihan yang menyelimuti tubuhnya.     

"Kapan ulang tahunmu?" Senja bertanya dengan kebahagiaan terpancar di matanya.     

"Dua bulan dari sekarang aku akan berusia tujuh tahun." Ucap Xiao Mugi.     

"Dua bulan." Senja melambatkan nada bicaranya seperti yang ia lakukan kala itu. "Baiklah, aku akan memberitahunya. Aku harap aku bisa melakukannya."     

Anak laki-laki itu bermain dengan jarinya sambil menatap ke bawah.     

Senja menunggu untuk kalimat selanjutnya dari Xiao Mugi, tapi melihat anak itu bergerak dengan canggung Senja akhirnya berdiri dan berkata. "Baiklah, aku rasa ini sudah waktunya untukku pergi." Ucap Senja.     

Anak itu menatap Senja dengan penuh harap dengan sapasang mata yang terlihat seperti milik Xiao Tianyou.     

Senyuman mengembang di bibir Senja sementara air mata yang terasa hangat mengalir dari ujung matanya, ia membungkuk dan memeluk tubuh hangat Xiao Mugi yang beraroma seperti susu dengan erat.     

"Baiklah." Sambil mengatakan itu, Senja memberikannya kecupan di kedua pipi dan mengacak rambutnya. "Janji." Kali ini Senja berniat untuk memegang janjinya.     

Kedua mata Xiao Mugi membesar ketika ia mendapatkan kecupan dari Senja, tapi kemudian ia melakukan yang membuat Senja lebih terkejut dan menghangatkan hatinya.     

Xiao Mugi mencium kembali pipi Senja dan berkata. "Berhati-hatilah dalam perjalananmu."     

"Ya. Aku akan berhati-hati."     

Menghabiskan waktu satu pekan bagi Senja untuk mencapai perbatasan Kota Q. Dari kejauhan, ia bisa melihat tenda militer yang sudah di pasang di tempat terbuka.     

Para penduduk dilindungi sementara medan perang diatur berada di luar dari kota. Xiao Tianyou dan Xiao Jun mencoba sebisa mungkin untuk meminimalisir korban dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa.     

Hanya beberapa jam lagi sebelum Senja bisa bertemu dengan Xiao Tianyou.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.