Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

KITA BERTEMU LAGI



KITA BERTEMU LAGI

0Menyeka wajahnya dengan air yang ada di dalam sebuah wadah, Senja mengganti pakaiannya dengan kecepatan kilat.     
0

Setelah ia sudah berpakaian dengan rapi, Senja membuka tirai lagi dan bertanya kepada saudara kembar itu dengan semangat. "Dimana letak tenda medis? Tunjukkan jalannya padaku."     

"Kami tidak tahu ada dimana itu." Sheng menjawab Senja.     

Senja mengerutkan dahi dengan jawaban menyedihkan itu. "Jika kalian tidak tahu dimana tendanya, jadi bagaimana kalian tahu Gong Xu ada disana?"     

"Paman Su menulisnya disini." Xun melempar sebuah kertas kecil yang bertuliskan sebuah informasi singkat mengenai keberadaan Gong Xu.     

"Jadi, dimana dia?" Senja melempar kembali kertas itu kepada Xun yang menangkapnya dengan mudah.     

"Tidak tahu." Sheng mengangkat bahu. "Dia sudah menghilang ketika aku menemukan kertas ini."     

"Aaarghh!" Xun berteriak dengan putus asa dengan kebiasaan buruk Paman Su. "Aku mulai merasa bahwa aku sedang merawat pria yang terlalu dewasa!"     

Senja berpikir tentang hal ini sejenak sebelum ia berkata. "Kalian berdua bisa pergi mencarinya. Aku akan menemukan tenda medis sendiri." Senja berkata, menatap betapa gelisahnya mereka berdua, menunjukkan seberapa perhatiannya mereka kepada Paman Su.     

"Apa kau yakin?" Sheng menanyakan untuk kepastian. "Salah satu dari kami bisa tetap bersamamu."     

Senja mencibir. "Tidak perlu." Lalu ia berjalan menuju pintu keluar tenda dengan santai. "Terlebih lagi, kenapa kalian berdua mau ikut denganku sementara kalian berdua ingin mencarinya? Itu alasan kenapa kalian bertengkar kan?"     

Tanpa menunggu jawaban dari saudara kembar itu, Senja berjalan keluar dari tenda.     

Sinar matahari yang terik menerpa wajah Senja ketika ia keluar ke tempat terbuka seakan jejak dari hujan badai tadi malam tidak dapat terlihat.     

Semua orang sudar keluar dari tendanya masing-masing dan berjalan-jalan di sekitaran untuk melakukan urusah mereka masing-masing, berbicara satu sama lain, mendiskusikan tentang berita terkini atau hanya menyapa satu sama lain. Para penjaga melakukan patrol di antara para penduduk.     

Senja menghampiri orang terdekat darinya dan bertanya dimana letak tenda medis. Ia adalah seorang laki-laki berada di usia pertengahan yang sedang membawa seorang bayi di lengannya, ketika ia melihat Senja, pandangan pertama dari Senja yang membuatnya terpikat adalah, tentu saja, rambut ungunya yang mencolok yang sedang berterbangan karena tertiup angin.     

Namun, ia cukup sopan untuk tidak bertanya lebih jauh tentang rambut Senja dan perlahan merendahkan pandangannya dari rambut Senja, mencoba untuk fokus pada pertanyaan yang sudah Senja ulangi dua kali.     

Ternyata, tenda medis hanya berjarak beberapa tenda dari tempat Senja, setelah berterima kasih padanya Senja berjalan menjauh ke arah yang sudah ditunjukkan oleh pria tadi.     

Di antara tenda putih di sekitarnya, tenda medis memiliki warna biru cerah yang hampir terlihat pucat. Di pintu masuknya ada beberapa orang yang masuk dan keluar.     

Seorang wanita dalam jubah berwarna biru langit datang pada Senja dan bertanya jika ada yang bisa dibantu dengan sesuatu.     

"Aku baik-baik saja, tapi aku ingin bertemu dengan Gong Xu."     

"Apa kau Nona Muda Senja dari Klan Pedang Hitam? Putri Shin?" Wanita itu mengeluarkan engahan yang terdengar.     

Karena Senja asli dari Klan Pedang Hitam tidak pernah keluar dari rumahnya, maka tidak ada yang pernah melihatnya sebelum identitas Senja dibongkar oleh Sana sebagai cucu dari Tetua Dam yang hilang, sejak itu orang-orang menganggap bahwa Senja sebenarnya memiliki rambut berwarna ungu. Itu sudah menjadi sebuah tanda untuknya.     

"Jangan katakana itu." Senja berkata dengan tidak nyaman sambil membuat gestur untuk tetap diam.     

"Oh, maafkan aku." Wanita itu meminta maaf, sudah diketahui juga bahwa Nona Muda itu tidak menyukai keramaian, tapi Senja dengan cepat membubarkan itu.     

"Tidak apa-apa."     

Namun, rasa penasaran membuat wanita itu dengan malu bertanya lebih lanjut. "Nona Muda Senja, apa kau memiliki hubungan saudara dengan istri dari Dokter Gong, kau terlihat mirip dengannya." Ia berkata dengan senyuman hangat yang muncul di bibirnya, dengan sopan tidak menatap ke arah rambut Senja, tapi kemiripan di antara kedua Senja itu juga tidak bisa diabaikan.     

"Kau bisa katakan seperti itu." Senja menjawab, tidak yakin. "Bisakah kau membawaku untuk bertemu dengan Gong Xu?"     

"Ya, Nona Muda Senja, lewat sini." Ia membuka tirai dan menuntun Senja ke dalam.     

Di dalam tenda, ada dua baris tempat tidur, dengan sebuah jendela di atas tiap tempat tidur. Semua tempat itu hampir sudah terisi dengan orang-orang yang sakit.     

Karpet cokelat menutupi tanah di ujung baris tempat tidur, Gong Xu sedang berdiri saat berbicara dengan pria lain. Punggungnya sedikit menghadap Senja, tapi Senja masih bisa mengenalinya secara langsung.     

"Dokter Gong, seseorang ingin bertemu denganmu." Wanita itu memberitahukan kehadiran mereka dengan sedikit tepukan di bahunya.     

Merasakan tepukan di bahunya, Gong Xu berbalik dan menghadap Senja.     

"Lama tidak bertemu." Senja menyapanya dengan senyuman canggung, pertemuan mereka terakhir kali tidak memberikan ingatan yang baik, tapi tidak buruk juga. Setidaknya Xiao Tianyou dan dirinya tidak membunuh satu sama lain pada akhirnya.     

"Kenapa tidak tetap seperti itu?" Gong Xu menjawab dengan begitu saja, tapi memberikan instruksi terakhir kepada pria di sebelahnya dan membubarkan pria itu juga wanita yang mengantar Senja sebelum ia memusatkan tatapannya kepada gadis di hadapannya. "Apa itu?"     

Senja mengangkat sebuah kantung kecil berwarna meraj untuk Gong Xu yang berisikan warisan dari Klan Pedang Hitam di hadapan matanya sementara Gong Xu menatap benda di tangan Senja dengan bertanya-tanya.     

"Bisakah kita berbicara di suatu tempat yang lebih sepi?" Senja menatap sekelilingnya, dengan kehadirian orang banyak seperti ini, tidak peduli seberapa pelan mereka berbicara, itu akan tetap bisa didengar. Tidak perlu menyebutkan bahwa mereka semua menatap Senja dengan sangat jelas.     

"Lewat sini." Dengan enggan Gong Xu melambai kepada Senja untuk mengikutinya keluar dari tenda.     

Mereka berjalan hingga jauh, dekat bagian paling luar dari tempat penampungan itu, naik ke atas bukit.     

"Apa kau mencoba untuk membunuhku disni?" Senja menggerutu ketika ia merasakan kakinya mulai kram. "Ini terlalu jauh!"     

Tapi, tentu saja Gong Xu tidak dapat mendengar protes dari Senja karena berjalan dua langkah di hadapdan Senja.     

Mempercepat langkahnya, Senja menepuk bahu Gong Xu. Dengan cemberut Senja mengatakan kalimatnya satu kata demi satu kata. "Kita mau kemana? Ini terlalu jauh! Apa kau masih dendam kepada Xiao Tianyou dan berencana untuk membunuhku?"     

"Konyol." Gong Xu menyingkirkan tangan Senja dari bahunya. "Aku harus mengambil tanaman herbal di atas sana." Gong Xu menunjuk ke arah ujung bukit.     

Senja terus menggerutu di belakang Gong Xu saat mereka mendaki lebih tinggi ke atas bukit dan hanya berhenti ketika mereka sudah mencapai tujuan Gong Xu dimana tanaman herbal itu tumbuh.     

"Jadi, Apa itu?" Gong Xu menyilangkan lengannya dan mengangguk ke arah kantung yang bergantung di pinggang Senja.     

"Ini warisan dari Klan Pedang Hitam, aku harus memberikan ini kepada pemilik sebenarnya. Jadi, dimana Senja?"     

Gong Xu berpikir sejenak sebelum menebaknya. "Token Penjaga Bayangan?"     

"Hmm, ya."     

"Senja tidak membutuhkan itu. Ia tidak membutuhkan kekuatan semacam itu, kau bisa memilikinya." Gong Xu mengalihkan perhatiannya dari Senja dan mulai mencabuti daun kuning dari semak-semak di dekatnya.     

Senja cemberut dengan reaksinya, kemudian menepuk bahunya lagi. "Bukan kau yang harus memutuskan."     

"Dia bersamaku sekarang." Gong Xu berkata dengan tegas. "Dia tidak ingin terlibat dengan hal semacam itu lagi."     

"Seperti yang aku bilang, bukan kau yang seharusnya memutuskan sesuatu untuknya." Senja lebih keras kepala dari Gong Xu dalam masalah niat. "Terlebih lagi, aku memiliki hal yang ingin aku bicarakan padamu dan ini penting."     

"Dalam hal itu, kau harus menunggu hingga aku selesai. Duduk disana." Gong Xu menunjuk ke tempat di bawah sebuah pohon yang rimbun.     

Karena memetik daun herbal membutuhkan fokusnya, Gong Xu tidak akan bisa membagi perhatian dengan berbicara dengan Senja di waktu yang bersamaan.     

Maka, Senja dengan patuh duduk sambil memeluk kakinya dan menyandarkan dagunya di atas lengan, menatap ke arah pemandangan indah dari bukit ini yang mirip dengan kebun the dengan berbagai macam tumbuhan.     

Di sekitarnya, angin berhembus dengan lembut, bermain dengan rambut ungu milik Senja, beberapa helai terbang ke atas kepalanya seperti menari.     

Itu manghabiskan waktu tiga puluh menit sebelum Gong Xu selesai dengan tugasnya dan menghampiri Senja yang hampir tertidur.     

"Jadi, ada apa sekarang?"     

Dengan menguap besar, Senja merenggangkan tubuhnya sebelum menjawab. "Aku butuh bantuanmu."     

"Bantuan apa?"     

"Kau tahu dengan anak-anak yang Xiao Jun selamatkan di Sekte Pedang Gunung Sui, kan?"     

Gong Xu duduk di sebelah Senja dan menatapnya, bertanya untuk penjelasan lebih jauh.     

"Jadi, kau pasti tahu apa yang terjadi dengan mereka."     

"Apa yang terjadi dengan mereka?" Gong Xu bertanya dengan wajah datar.     

Senja cemberut, bingung dengan reaksi Gong Xu. Apa ia benar-benar tidak tahu tentang anak-anak itu atau ia berpura-pura bodoh?     

"Anak-anak itu seperti tidak beerjiwa, mereka tidak memiliki emosi apapun. Seperti para remaja yang ada di bawah kendali Modama." Senja berkata dengan tidak sabar.     

"Tidak mungkin." Gong Xu menyangkalnya. Kedua alisnya berkerut saat wajanya menjadi kebingungan. "Kau telah membawa mereka lebih dari satu bulan, efek dari obat eliksir yang ia berikan pada mereka seharusnya sudah menghilang sekarang."     

Senja menatap Gong Xu dengan tidak percaya, mencari tanda kebohongan. Itu cukup menyulitkan ketika ia harus menebak niat dari orang lain. Ketika ia memiliki kemam[uannya itu adalah hal mudah seperti menjentikkan jari. Tapi sekarang, Senja harus berkonsentrasi dan mencari tanda kecil dari ketidak jujuran, tapi masih tidak bisa menebak apakah ia berbohong atau tidak.     

"Benarkah?" Senja bertanya dengan skeptic. "Karena mereka tidak menjadi normal, bisa saja, mereka menjadi lebih parah."     

"Itu aneh." Gong Xu mengalihkan tatapannya dari Senja saat ia menatap ke arah yang jauh, berpikir dengan serius. "Itu tidak mungkin, kecuali ada seseorang yang terus memberikan mereka obat eksilirnya."     

Dengan dikatakan itu, kenyataan menakutkan lainnya muncul di pikiran Senja. "Jika ada seseorang yang masih terus memberikan obat itu kepada mereka, maka ada kemungkinan bahwa Modama sudah menanamkan lebih dari satu orang di dalam."     

Memiliki Tetua Zhong sebagai pengkhianat sudah cukup membawa petaka, ditambah lagi dengan keberadaan orang lain yang masih berkeliaran dengan bebas tanpa ada satupun yang menyadarinya.     

"Mungkin." Gong Xu mengnagguk. "Itulah bagiamana caranya berkerja selama ini." Entah bagaimana Gong Xu terdengar jauh dan gelisah ketika ia membiacarakan Modama, ia adalah ayahnya bagaimanapun juga.     

Angin yang terasa hangat berhembus dari arah Kota Q sementara keheningan yang mendalam menyelimuti mereka berdua. Saat Senja mengangkat kepalanya dan melihat seekor burung kecil di sekitar langit luas, Senja mengingat informasi dari masa lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.