Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

JARI TENGAH



JARI TENGAH

2Itu adalah lima dari bawahan Yi Qing, yang menghampiri tiga tentara Azura dan menjatuhkan mereka dalam waktu yang singkat, mengambil seragam mereka dan menunggu untuk dua tentara lain muncul.      1

Setelah kelima dari mereka sudah berganti pakaian, mereka bergerak dengan cepat di antara seluruh tenda itu dan mereka menghilang.     

Setengah jam kemudian badai sudah mulai mereda dan angin yang kencang sudah hilang, tapi masih belum ada tanda apapun dari mereka berlima.     

"Apa mereka baik-baik saja?" Senja menyipitkan kedua matanya untuk melihat lebih jelas di bawah kurangnya cahaya.     

"Mereka akan baik-baik saja." Yi Qing meyakinkan Senja. Ia tahu kemapuan dari bawahannya dan sudah mempercayai mereka bahwa mereka akan bisa menyelesaikan tugas dengan baik.     

Tepat pada saat itu, api yang menyala dapat terlihat, itu tidak terlalu jauh dari tempat persembunyian mereka, sekitar berjarak dua puluh tenda.     

"Itu sinyal untuk kita." Yi Qing bergumam. Ia berdiri dan menegakkan punggungnya dan kemudian menarik pedang, diikuti dengan suara pedang yang di keluarkan dari sarungnya dengan serentak.     

"SERANG!!!" Yi Qing berteriak dengan kenras sambil menunjukkan ujung pedangnya ke arah kemah.     

Suara dari tiga ratus pria kekar yang menutupi tubuh mereka dengan jubah hitam dapat terdengar bersamaan dengan langkah kaki berat di atas jalanan berdebu, kotoran berterbangan di udara ketika mereka maju.     

Mereka semua berada dalam semangat yang tinggi, meraih obor terdekat dan membakar semua tenda itu yang sudah ditumpahkan dengan bensin. Mereka membunuh para penjaga yang menghalangi jalan mereka.     

Ketika Senja hendak berdiri dan bergabung dengan penyerangan itu, Yi Qing menahannya kembali.     

"Nona Muda Senja, dengan semua rasa hormat kumohon tetaplah disini. Bawahan ini tidak akan mampu untuk menerima konsekuensinya jika ada sesuatu yang terjadi kepadamu." Yi Qing memohon.     

Senja adalah seorang istri dari Komandan Xiao Tianyou, jika sesuatu terjadi padanya, Komandannya pasti akan meminta kepalanya dan itu akan sulit untuk tetap mempertahankan kepalanya terhubung dengan tubuh. Terlebih lagi, Penjaga Bayangan dari Klan Pedang Hitam juga tidak akan senang dengan hal itu.     

"Tidak apa-apa…" Senja melambaikan tangannya dan hendak berjalan maju ketika Yi Qing menghalangi jalannya lagi.     

"Tapi, Nona Muda Senja, ini akan terlalu berisiko untukmu bergabung dalam penyerangan." Tentara muda itu masih ragu, dahinya berkerut dengan penuh antisipasi.     

"Aku bilang, aku akan baik-baik saja, terlebih lagi kita tidak akan berperang dengan mereka, kita hanya akan menuntunya." Gadis itu berkata dengan tegas, menatap tajam pada Yi Qing. "Sekarang, bergeserlah."     

Dengan kepala yang tertunduk rendah, Yi Qing menyingkir dari hadapan Senja dan memberikannya jalan untuk masuk ke medan perang yang sekarang sudah menjadi sangat kacau.     

Api sudah menyala dimana-mana menerangi langit malam sementara angin saat ini membantu untuk menyalakan tenda-tenda lain.     

Setelah badai yang mengamuk sudah perlalu, sekarang mereka harus menghadpi api yang mengamuk dan serangan tiba-tiba. Pasukan tentara Xiao Wang Wei tidak siap untuk serangan ini.     

Pada saat ini, Senja bersama dengan tiga ratus tentara bergegas maju, dengan gerakan kuat dan gesit mereka berhasil untuk memasuki pusat dari kemah dan membunuh para tentara yang terkejut dan malang itu.     

Api dan darah adalah hal yang mendominasi malam itu. Aroma dari kematian menguap di udara yang bisa membuat siapapun orang yang memiliki hati lemah berlutut karena ketakutan.     

Pihak yang menderita berteriak dengan kesedihan sementara yang lainnya mengamuk, menjadi semakin kejam dan sangat menakutkan.     

Untuk merasakan dan melihat pembantaian yang pertama kalinya bukanlah perasaan yang mudah untuk Senja, meskipun ia sudah membunuh orang lebih dari satu kali, tapi untuk melihat kejadian brutal seperti ini, Senja masih merasa terkejut. Tapi, itu tidak menghalangi gerakannya, pedang yang berada di tangannya menari dengan anggun, membuat jalan untuk bergerak ke arah depan, lebih cepat.     

Pada saat ini, mereka berhasil untuk membakar gudang senjata mereka dan semua persediaan makanan, semua orang meneriakkan perintah dengan kencang untuk mengumpulkan para tentara yang sedang sangat kacau.     

Suara gemuruh dari drum bergema di sepanjang medan perang, memanggil para pasukannya.     

Namun, pada saat yang sama, Yi Qing dan semua pasukan yang datang bersama mereka sudah berhasil untuk mencapai hingga kandang kuda.     

"MUNDUR!!" Perintah dari Yi Qing bergema dan diulangi oleh mereka yang mendengarnya. Para tentara yang ia bawa bersamanya naik ke atas kuda dan berjalan kembali.     

Senja menaiki kuda berwarna keemasan dengan gesit, dengan Yi Qing yang selalu berada di dekatnya, tidak akan ada hal serius yang akan terjadi menimpanya.     

Dan sebelum para tentara Xiao Wang Wei dapat melakukan pertahanan dan menyerang balik, ketiga ratus tentara itu sudah mundur pergi.     

Di jalan mereka kembali keluar dari garis pertahanan kemah itu, kedua mata Senja bertemu dengan ekspresi marah dari Xiao Wang Wei. Itu hanya terjadi sekitar lima detik, tapi dalam jangka waktu yang singkat itu, Senja mengangkat tangannya dan menunjukkan pada Xiao Wang Wei jari tengahnya dengan wajah yang mengejek.     

Pada awalnya, Xiao Wang Wei tidak mengerti kenapa Senja menunjukkannya jari tengah dan arti di baliknya, tapi senyum mengejek yang muncul di ujung bibirnya sangat cukup untuk memancing kemarahannya.     

"KEJAR MEREKA SEMUA!!!" Ia berteriak dengan kencang, menarik kendali kudanya dan memimpin pasukan yang tersisa dan berhasil selamat dari serangan kejutan itu menuju ke alam terbuka.     

Langit masih terlihat gelap bersamaan dengan tiupan angin yang mengerikan bercampur dengan debu yang menerpa wajah mereka, jangan sulit untuk dikatakan ke arah mana sekarang mereka menuju.     

Tapi, cahaya lemah dari obor yang masih menyala di antara tiga ratus meter di depan, membuat mereka lebih mudah untuk mengejarnya.     

Xiao Wang Wei tersenyum miring kepada pada kebodohan musuhnya yang menunjukkan lokasi mereka.     

"BUNUH MEREKA SEMUA!" Ia menggeram, kudanya melaju di garis depan.     

Suara bergemuruh kencang terdengar sebagai jawaban atas perintah sang Pangeran. Mata mereka terlihat merah karena kemarahan, itu merupakan sebuah penghinaan untuk disergap dengan sekelompok kecil pasukan.     

Beberapa ratus meter di garis depan, Senja tidak dapat mendengar apa yang Xiao Wang Wei katakan kepada para pasukannya, tapi dengan suara ribut yang mereka keluarkan, semuanya tahu bahwa pasukan itu akan membunuh mereka tanpa berpikir dua kali jika mereka berhasil mengejar.     

"Mereka mengejar kita!" Yi Qing berteriak kepada Senja di sebelahnya, sesekali suaranya tersapu oleh angin kencang yang berhembus.     

"Bagus!" Senja menolehkan kepalanya dan memberikan pria muda itu sebuah senyuman miring.     

Yi Qing terkekeh.     

Itu benar-benar bagus.     

Xiao Wang Wei sudah datang dengan sukarela ke dalam jebakan mereka.     

Perjalanan kembali ke benteng utara memakan waktu lima jam, tapi di dalam situasi mereka saat ini, kedua belah pihak berhasil sampai ke sisi utara hanya dengan waktu empat jam.     

Ini merupakan sesuatu yang sudah Senja duga juga, berdasarkan dengan kecepatan dari kuda perang mereka, ini bisa lebih cepat.     

Mereka tidak menuntun Xiao Wang Wei menuju Benteng Utara, tapi mereka menarik pasukan Xiao Wang Wei menuju arah lain, Pangeran itu tidak bisa mengetahui dimana keberadaan mereka karena ia sulit untuk melihat sekitarnya, ia hanya bergantung dengan cahaya lemah di hadapan mereka.     

Dalam waktu empat jam ini, pasukan Senja dan Yi Qing berhasil untuk menjaga jarak yang membuat Xiao Wang Wei semakin merasa kesal.     

Pada saat itu, matahari yang seharusnya sudah terbit tidak bisa terlihata saat tiupan angin yang ganas dapat terdengar.     

"Badai kedua akan datang!" Senja berteriak dan informasi itu diulangi kembali oleh yang mendengarnya dan disampaikan kepada yang lainnya.     

Di depan mereka ada dataran yang tinggi yang berisikan dengan batu-batu besar. Pada poin ini, orang-orang yang memegang obor menyala membuangnya begitu saja. Mereka tidak membutuhkan cahaya saat mereka sudah tahu kemana harus mengarah.     

Dengan hilangnya cahaya secara tiba-tiba dan badai kedua yang menghampiri, Xiao Wang Wei mengangkat tangannya dan memberikan isyarat kepada pasukannya untuk berhenti. Ia menatap sekitarnya, tapi tidak bisa melihat apapun kecuali halaman tandus yang luas. Xiao Wang Wei tidak tahu dimana mereka atau kemana mereka mengarah, utara atau timur.     

Angin yang kencang membuat semua pasukannya yang duduk di atas kuda menundukkan tubuh dan memposisikan lengan di hadapan wajah mereka, melindungi diri masing-masing.     

Hanya pada saat itu, Xiao Wang Wei menyadari bahwa ia sedang dijebak.     

"MUNDUR!!!" Ia berteriak dengan panik sementara angin kuat membuat kuda-kuda mereka terhuyung dan meringkik dengan kencang.     

Namun, pada saat itu juga suara ayunan yang kencang memenuhi udara bersamaan dengan suara badai. Mereka tidak memiliki cukup waktu untuk memahami apa yang terjadi ketika tiga batu besar seukuran manusia dilemparkan pada mereka dengan cepat.     

Sebuah teriakan yang menderita menambahkan suara mengerikan di pagi yang suram ini. Bahkan cahaya matahari tidak bisa menembus kegelapan awan di langit untuk membantu mereka melihat penyerangnya.     

Di balik kabut di dasar tebing di sisi darat, tiga buah trebuchet berdiri dengan sangat kokoh dan megah, meluncurkan proyektil-proyektil ke arah lautan api dari obor yang masih terbakar dalam jarak yang sangat jauh dari mereka.     

Mengisi kembali.     

Diluncurkan.     

Mereka terus mengulangi proses seperti itu bahkan hingga semua cahaya sudah padam.     

"Berhenti!" Senja berkata.     

"BERHENTI!" Yi Qing mengulangi perintah Senja lebih kencang agar di dengar oleh seluruh pasukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.