Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

BADAI KEDUA



BADAI KEDUA

1Posisi mereka terlindungi oleh tebing di belakangnya, maka angin kencang dari badai hanya memberikan sedikit efek kepada mereka, dengan kata lain, mereka berada dalam posisi sangat aman bahkan dari badai kedua yang mengamuk di sekeliling mereka.     1

"Mari tunggu." Senja menyipitkan kedua matanya, berharap ia bisa melihat sesuatu yang lain selain pusaran angin, tapi tidak ada yang bisa ia lihat.     

Pada saat ini, badai pasir itu akan berhenti sekitar satu jam kemudian, jadi yang bisa mereka lakukan sekarang hanyalah menunggu.     

Senja duduk di balik posisi mereka, menyandarkan dirinya ke tembok batu sambil membungkus tubuhnya dengan selimut, angin yang bertiup membuat Senja merasa gelisah.     

Ia memijat kepalanyanya yang terasa sakit dan menutup mata sambil menunggu badai untuk berhenti ketika Yi Qing berlutut di hadapannya dan membawakan sebotol air minum bersamanya.     

"Nona Muda Senja, apa kau baik-baik saja?" Ia bertanya dengan lembut, ragu jika ia harus meninggalkannya sendirian untuk beristirahat. "Kau terlihat sangat pucat."     

Senja dengan perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Yi Qing dengan tenang. "Aku baik-baik saja, aku rasa mungkin aku hanya kelelahan."     

Yi Qing menyerahkannya sebotol air yang Senja terima dengan rasa terima kasih.     

Setelah meneguk airnya, Senja merasa sedikit lebih baik.     

Ketika badai telah berhenti dan sinar matahari menerangi padang tandus itu, kehangatan terasa sangat menyegarkan dan membuar mereka merasa semangat kembali.     

Senja berdiri dan berjalan keluar dari tempat perlindungan mereka.     

"Ayo pergi." Senja berkata dengan lemah pada Yi Qing sambil naik ke atas kudanya.     

Dengan tepat, Yi Qing mengumumkan keberangkatan mereka.     

Suara tapak kaki dari tujuh ratus kuda terdengar di jalanan yang berdebu, angin masih berhembus sedikit kencang, tapi kehangatan dari sinar matahari memberikan kenyamanan.     

Itu menghabiskan waktu sekitar lima belas menit sebelum mereka sampai di tempat pembantaian.     

Baru-batu besar yang sudah mereka luncurkan ke arah tempat ini, tersebar dimana-mana tapi bukan itu pemandangan yang membuat Senja mengerutkan alisnya.Tapi jumlah banyak dari orang-orang yang mati menutupi tanah, memberikan warna merah cerah dan aromanya hampir tak tertahankan.     

Senja dapat merasakan empedunya seperti naik ke tenggorokan dan ia mencoba dengan keras untuk meneguk liurnya, menjaga rasa mualnya tetap berada di ujung tanduk. Senja turun dari kudanya dan berjalan dengan lesu di antara mayat-mayat dan bebatuan.Darah menodai sepatunya.     

Bawahan Yi Qing menjelajahi area itu bahkan tanpa mengerutkan wajahnya dengan melihat pemandangan ini, mencari orang yang selamat, namun tidak ada dari mereka yang selamat.Beberapa mayat kuda juga bergabung di tempat kejadian itu.     

Langkah Senja terhenti ketika ia melihat seorang pria dalam keadaan menyedihkan, ia masih hidup ketika kedua matanya menatap tajam ke arah Senja dengan kebencian.     

"Xiao Wang Wei." Senja berkata dengan dingin.     

Bagian bawah tubuh Pangeran itu tertimpa dengan sebuah batu besar sementara darahnya mengalir dari lukanya.Dadanya menarik napas dalam dengan berat.     

"Aku seharusnya membuhunmu…. dari sejak pertama kali… aku melihatmu…" Ia tergagap dalam kalimatnya sendiri sambil terbatuk mengeluarkan darah. Ia ingin mengatakan hal lain, tapi darah yang memenuhi mulutnya menghalanginya untuk melakukan hal itu.     

"Ini apa yang kau dapatkan setelah semua yang telah kau lakukan…" Senja memanggil seorang pria yang ada di dekatnya."Setidaknya aku bisa mengabulkan kematianmu dengan cepat."     

Dengan mengatakan hal itu, Senja memberitahu kepada pria di dekatnya untuk menusuk pangeran hingga mati.     

Saat ia menujukan pedangnya dan memenggal Xiao Wang Wei, darahnya menyembur keluar dari tubuhnya yang tak berkepala. Kedua matanya tetap terbuka, meskipun kepalanya berguling di atas jalanan yang berdebu.     

Akhirnya, Senja tidak bisa menahan empedu di tenggorokannya saat ia berbalik dan mmengosongkan isi perutnya. Pemandangan itu terlalu berlebihan untuk Senja dan bau dari darah yang menguap di udara membuatnya merasa pusing.     

"Nona Muda Senja, apa kau baik-baiks aja?" Pria yang baru saja memenggal keturunan terakhir dari Xiao Zi, menghampiri Senja dengan khawatir.     

"Aku tidak apa-apa…" Senja mengayunkan tangannya untuk menekankan kalimatnya dan menerima sebuah sapu tangan darinya untuk mengusap mulut.     

"Minum ini… aku akan membawamu pergi dari sini."Ia benar-benar khawatir dengan gadis muda yang hebat di hadapannya ini.     

Meskipun ia sudah merencanakan strategi yang sempurna, tapi untuk melihat pemandangan yang sangat buruk seperti ini tentu terlalu berlebihan baginya.     

Senja menuruti pria itu dan membiarkannya menuntun jalan menuju ke kudanya, namun ia tidak pergi kemanapun dan hanya tetap diam disana.     

Setelah beberapa orang melakukan pemeriksaan dan mereka sudah memastikan bahwa semua pasukan itu sudah mati, Yi Qing menghampiri Senja, berlutut di sebelah kudanya, bertanya untuk rencana selanjutnya untuk mereka.     

Sisa dari para tentara di belakangnya mengikuti yang dilakukan oleh ketua mereka, secara serempak mereka semua berlutut kepada gadis yang memiliki rambut ungu itu yang masih duduk di atas kuda cokelatnya dan menatap ke arah para tentara itu dengan mata yang lebar.     

Rona sinar matahari yang terlihat mulia jatuh di wajahnya, mencerahkan rambut ungunya yang terlihat mencolok yang berputar tertiup angin.     

Meskipun wajahnya terlihat pucat, namun ketegasan di matanya tidak goyah saat ia berkata dengan nada yang sangat tenang.     

"Seratus orang akan menyusul Putri Qianru menuju ke desa sebelah utara sementara sisa dari kalian akan pergi bersamaku ke Kota Q, untuk bergabung dalam perang."Suara Senja terdengar sangat mantap, tidak terlalu keras namun tidak juga lemah, itu cukup untuk mendengarnya dengan jelas."Untuk kalian semua yang sudah berperang bersama denganku dalam perjalanan ini, aku hanya bisa memberikan rasa terima kasihku yang besar.Kemenangan kita hari ini akan selalu terukir di dalam hatiku."     

Gadis itu turun dari kudanya dan menundukkan kepalanya serendah yang ia bisa kepada tujuh ratus tentara yang sudah berjuang bersamanya dan mempercayakannya untuk mengambil komando atas mereka.     

Ini adalah pertama kalinya Senja memerintahkan banyak orang seperti ini dan yang mengherankan adalah mereka semua menurutinya dengan rela.     

Di sisi lain, seluruh tentara yang berjumlah tujuh ratus itu menatap seorang gadis dengan status bangsawan seperti Senja yang dengan sukarela membungkuk kepada mereka, membuat mereka tercengang saat perasaan bangga menghangatkan hati mereka.     

Di bawah sinar matahari yang cerah di pedang tandus itu, setelah kemenangan yang mereka dapatkan dari perang melawan dua ribu pasukan tentara yang di pimpin oleh Xiao Wang Wei, gadis itu dan para pasukannya memberi hormat dan terima kasih satu sama lain dengan serius dan tulus.     

...     

Kabar mengenai perang itu memanas dengan rumor mengenai kematian dari dua orang kepercayaan Xiao Jun, mengguncang mentalitas para pasukannya, bagaimana pun kedua Tetua itu adalah sosok yang sangat menonjol di sisi Xiao Jun.     

Pada awalnya, Tetua Fu dan Tetua Chen sedang memimpin para tentara untuk mengamankan Kota Q sementara Tetua Zhong dan Xiao Jun berada di luar dari gerbang masuk Ibu Kota, untuk melindungi kota sambil membantu Xiao Jun dan bertindak sebagai bantuan untuknya.     

Rencananya adalah untuk mengunci Ibu Kota.     

Namun, ketika mereka mendapatkan berita mengenai kedua tetua yang sudah diracuni dan tidak berhasil untuk selamat, Tetua Zhong dikirim kembali ke Kota Q dan membantu disana.     

Pada saat itu, entah dari mana secara tiba-tiba kabar mengenai kekalahan Xiao Wang Wei menyebar di antara orang-orang.Tidak ada satu orang pun yang bisa memastikan kebenaran dari berita itu karena tidak banyak orang yang tahu dimana tepatnya pangeran itu berada.     

Beberapa orang mengira bahwa ia berada di Istana setelah menelantarkan pasukannya di Kota Q dan ketika Xiao Tianyou berhasil untuk merebut Kota Q, ia tidak kembali lagi dengan strategi alternative untuk merebut kembali kota itu.     

Di waktu yang bersamaan, Senja yang sudah melakukan perjalanan bersama dengan enam ratus tentara bantuan, ketika mereka hendak sampai di Kota Q Senja meberikan perintah kepada mereka untuk beristirahat di hutan sebelum mereka memasuki kota.     

Malam belum tiba dan matahari masih bersinar dengan terang, masih berjarak sekitar dua jam sebelum matahari terbenam, maka perintah Senja untuk beristirahat sedikit terasa aneh, tapi tidak ada yang bisa mengatakan apapun.     

Ketika mereka sedang membangun kemah, Senja menghampiri Yi Qing.     

"Aku membutuhkanmu untuk ikut denganku." Ucap Senja. "Mungkin, ini akan memakan waktu yang lama, kau harus menunjuk seseorang untuk menggantikanmu memimpin mereka semua untuk sementara waktu."     

Kedua alis Yi Qing bertautan dengan bingung. "Jika Nonda Muda Senja harus pergi ke suatu tempat, kenapa kita tidak membawa semua pasukan bersama kita, itu akan lebih aman untukmu."Ye Qing sangat khawatir, sepanjang perjalanan menuju Kota Q Senja tidak terlihat berada dalam kondisi yang baik, wajahnya selalu terlihat sedikit pucat dan selera makannya juga tidak baik.     

Tapi, sekeras kepala ia biasanya, Senja menolak sarannya untuk bertemu dengan dokter. Itu cukup bisa dimengerti, mereka hampir kehabisan waktu dan kondisinya tidak parah.Jadi, merka tidak terlalu memperhatikan tentang hal ini.     

"Tidak."Senja menggelengkan kepalanya dengan berkata dengan tegas."Perintahkan seseorang dan tunggu aku di pos penjaga di sebelah sana."Sneja menunjuk ke arah dua penjaga yang sedang berjaga di garis pertahanan dari kemah mereka.     

Yi Qing mengangguk dengan pasrah."Ya, Nona Muda Senja."Ia membungkuk dan pamit pergi untuk melaksanakan perintah dari Senja.     

Tidak kurang dari tiga puluh menit kemudian, kuda berwarna hitam dan putih melaju di atas rerumputan menuju ke arah barat. Kuda putih bersama dengan seorang gadis di atasnya memimpin Yi Qing yang berada di atas kuda berwarna hitam.     

Pria muda itu tidak mengeluarkan satu pertanyaan pun saat ia mengikuti wanita muda dari Klan Pedang Hitam. Tapi, ia cukup berwaspada, melihat tanda dari keberadaan musuh di sekitar mereka. Tidak akan masalah jika ia hanya sendirian, tapi karena ia bersama dengan Senja, ia tidak bisa melakukan satu pun kesalahan.     

Dua jam setelah mata hari telah terbenam, akhirnya mereka sampai di depan sebuah pondok. Itu sebuah pondok kecil yang dibagun dengan rapi, seakan seseorang tinggal di dalamnya dan menjaga pondok itu dengan sangat baik.     

Senja turun dari kudanya dan mengikat kendali kuda itu di sebuah pagar kayu, Yi Qing melakukan hal yang sama dan mengikuti di belakangnya menuju ke pondok tersebut.     

Ada cahaya lampu di dalamnya dan suara laki-laki dapat terdengar, namun mereka berhenti bicara saat Senja dan Ye Qing semakin dekat, seakan mereka mengetahui kehadiran mereka.     

"Nona Muda Senja, boleh aku tahu tempat siapa ini?" Yi Qing menatap dengan hati-hati ke arah pintu, dengan lemah bisa mendengar seseorang bergerak dengan cepat ke dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.