Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

INI SUDAH BERAKHIR



INI SUDAH BERAKHIR

1Ia tersenyum lembut kepadanya.      0

Gadis itu terlihat sangat tidak asing, tapi di waktu yang besamaan Senja tidak bisa ingat dimana atau kapan ia pernah melihatnya. Ia terlihat muda, tapi suaranya merupakan sesuatu yang sangat ia kenali. Seseorang dari kehidupannya yang lain.     

"Senja terima kasih…" Ia tersenyum lagi dan mengecup kening Senja.     

Senja tertegun dan ketika ia melihat gadis itu lagi, dia sudah menghilang ke dalam kegelapan.     

Sekali lagi, sekelilingnya menjadi gelap dan bersamaan dengan itu, suara lain dapat terdengar bersama dengan rasa sakit di bahunya yang kembali terasa.     

Ia mengerang dengan lembut saat merasakan telapak tangan hangat yang besar mengisap pipinya dengan lembut.     

"Dia sudah bangun?" Paman Su bertanya, suara dari langkahnya, menandakan ia berjalan mendekat dan memeriksa.     

Bersama dengannya, ada sepasang langkah kaki lagi yang Senja anggap itu adalah Sheng dan Xun, mereka berdua sangat sulit untuk meninggalkan pria tua itu sendirian.     

"Aku sudah bilang dia akan baik-baik saja." Gong Xu berkata, berdasarkan dari suaranya, ia seperti seseorang telah menyalahkannya. Lebih tepatnya, Xiao Tianyou mengomel kepadanya.     

"Aku ada dimana?" Senja mencoba untuk duduk dengan bantuan Xiao Tianyou. Ia membawakan satu cangkir air minum ke bibirnya dan membiarkan Senja minum.     

"Kau sudah aman sekarang." Xung berkata dengan senyuman di bibirnya.     

"Perangnya?" Senja bertanya dengan lembut, ingatan terakhir yang bisa ia ingat adalah sosok Xiao Jun yang berjalan keluar dari gerbang utama Ibu Kota dan Gong Xu yang berlari ke arah cucu dari Tetua Dam.     

"Sudah berakhir!" Xun berkata, menganggukkan kepalanya.     

"Bagiaman dengan Modama dan Xiao Zi?"     

"Mereka sudah mati." Sheng menjawab Senja.     

"Jangan khawatirkan tentang hal itu!" Xung menepuk tangannya dengan semangat. "Untuk sekarang kau memiliki hal lain untuk di khawatirkan."     

Senja mengerutkan alisnya. "Apa mak-…"     

Sebelum Senja bisa menyelesaikan kalimat pertanyaannya, Paman Su mencegatnya dan berkata dengan wajah yang serius.     

"Kau sedang hamil."     

"Aku… apa?" Senja menatap Xiao Tianyou yang sepertinya lebih tertarik dengan jari-jari Senja dibandingkan dengan kabar saat ini."     

"Hamil." Gong Xu berusaha untuk menekankan setiap suku katanya. "Kau sangat beruntung setelah semua yang telah kau lakukan beberapa bulan terakhir ini bayimu bisa bertahan. Wanita lain pasti sudah keguguran sekarang." Ia berkomentar dengan dingin.     

Pernyataan Gong Xu mendapatkan tatapan tajam dari Xiao Tianyou.     

"Apa? Aku mengatakan kenyataan." Gong Xu mencemooh sikap Xiao Tianyou dan mulai menyebutkan daftarnya. "Menunggangi kudanya dari satu kota ke kota lain, mendaki gunung, bertarung…" Gong Xu menghitung dengan jari-jarinya. "Dia melakukan semua hal yang terlarang! Sulit dipercaya."     

"Dia sangat diberkati, itulah kenapa dia dan bayinya bisa bertahan." Xun mencoba untuk menyemangati suasana.     

"Benar! Kedua ibu dan bayinya sangat kuat!" Sheng menimpali, menatap hati-hati kepada Xiao Tianyou yang sepertinya akan memenggal kepala Gong Xu sesaat lagi.     

Paman Su menatap Senja dengan saksama ketika ia berkata. "Apa kau benar-benar hamil?"     

"Aku pikir begitu…" Senja menatap Xiao Tianyou yang tidak mengatakan apapun sejak awal. "Bagaimana pun Gong Xu adalah seorang Dokter, jika ia berkata bahwa aku hamil jadi itu pasti benar."     

"Tapi…" Paman Su mendekatkan tubuhnya kepada Senja, kerutan di ekspresinya tidak pernah pergi dari wajah pria itu. "Bagaimana bisa kau hamil?"     

Ujung bibir Senja sedikit berkedut. "Haruskah aku memberitahumu secara detail?" Senja bertanya dengan sinis, tapi tidak pernah mengira bahwa Paman Su akan menganggapnya dengan serius.     

"Ya, katakanlah."     

Jawaban dari Paman Su mendapatkan tepukan besar di punggungnya dari Sheng dan Xun. Mereka berdua memarahi pria tua itu yang sangat bersemangat sementara Senja tidak bisa menahannya tetapi tersenyum melihat kelakuan mereka.     

"Beristirahatlah Senja! Kau sangat membutuhkan itu!" Sheng menarik Paman Su keluar bersama saudara kembarnya yang memegang Paman Su tepat di lengannya.     

"Selamat!" Xun melambaikan tangannya untuk menyampaikan sampai jumpa dan menutup pintu di belakangnya.     

Setelah suara dari mereka bertiga menghilang, Gong Xu menyerahkan resep obat pada Xiao Tianyou dan memberikannya sedikit petunjuk, dan anehnya, Xiao Tianyou mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mengangguk beberapa kali.     

Setelah ia memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Gong Xu pergi.     

Ketika itu hanya tinggal mereka berdua di dalam ruangan, Senja menatap Xiao Tianyou dengan penasaran dan menangkup wajahnya yang terlihat lelah, terdapat bekas luka baru di wajahnya tapi tidak ada yang serius. Hal yang membuat Senja khawatir adalah; ia tidak berbicara sama sekali dan bertindak sangat aneh.     

"Ada apa?" Senja memaksa Xiao Tianyou untuk menatap kedua matanya, tapi ia menolak dengan keras kepala. "Kau tidak mau memiliki bayinya?" Senja berkata begitu saja.     

Senja tidak bisa menemukan alasan lain, meskipun ia tidak berpikir bahwa Xiao Tianyou tidak menyukai ide untuk memiliki seorang anak bersamanya.     

Dan apa yang ia pikirkan terbukti benar. Pria itu langsung cemberut dan menatapnya dengan tajam.     

"Kurasa itu adalah 'tidak'…" Senja terkekeh. "Jadi ada apa?"     

Xiao Tianyou masih menolak untuk menjawabnya dan menyandarkan dahinya di bahu Senja. Menghela napas dengan berat.     

"Aku tidak bisa membayangkan bahwa kau membiarkan wanitaku memasuki medan perang bersama dengan anakku yang bahkan belum lahir, jika sesuatu terjadi…" Ia melambatkan kalimatnya saat suaranya dipenuhi dengan banyak emosi.     

"Maafkan aku… aku tidak tahu jika aku sedang hamil…" Senja merasa bersalah untuk membahayakan dirinya dan anaknya yang belum lahir karena sifat keras kepalanya sendiri. Ingatan atas Qianru yang keguguran muncul kembali di dalam pikirannya dan membuatnya gemetar ketakutan.     

"Apa kau merasa kedinginan?" Xiao Tianyou mengangkat kepalanya dari bahu Senja.     

Ia mendekap tubuh Senja dengan selimut dan memeluknya dengan hati-hati, takut bahwa ia akan menyakiti bayinya atau memperburuk luka Senja di bahunya.     

Senja dengan nyaman bersarang di dada Xiao Tianyou, mendengarkan detak jantungnya.     

Tidak ada yang berbicara, tapi itu adalah keheningan yang indah dengan cahaya bulan bersinar ke arah mereka serta suara gemerisik angina terdengar di antara dedaunan.     

"Aku penasaran bagaimana reaksi Mugi…" Senja mengangkat kepalanya untuk menatap Xiao Tianyou.     

Namun, pria itu tidak menjawabnya secara langsung, merapikan helaian rambut dari wajahnya dengan memanjakan dan disertai dengan senyum cerah yang besar di wajahnya dan mengecup kening Senja.     

"Dia akan merasa sangat senang."     

================     

Tiga bulan kemudian.     

Setelah semua kekacauan di Kerajaan Azura dan dan upacara pemahkotaan Kaisar yang baru, Xiao Tianyou sangat sibuk untuk membantu kakaknya membangun peraturan baru.     

Ada banyak sekali hal yang harus diganti. Sebagai hasil dari perang, tiga kota besar itu harus diperbaharui lagi. Disamping hal itu, Xiao Tianyou juga harus memperkuat kekuatan Militer.     

Wilayah kekuasaan Keraja Xinghe sudah diberikan kembali kepada Pangeran Qi Xunyi sebagai pewaris terakhir mereka dari keluarga kerajaan. Semua orang sepertinya menjadi cukup sibuk dengan tugas mereka masig-masing.     

Selain seorang wanita hamil yang malas dan baru saja bangun setelah matahari telah bersinar dengan sangat terang.     

Xiao Mugi berlari menghampirinya ketika ia sedang menyantap makan paginya, atau makan siang.     

"Ayah akan pergi ke luar kota! Ayo pergi keluar!" Ia berbisik kepadanya.     

Sayangnya, bagi Xiao Tianyou, mereka berdua memiliki kebiasaan untuk menyelinap keluar dari kediaman besar Xiao. Kali terakhir mereka melakukan itu karena ia terlalu sibuk di istana dan tidak bisa hadir di perayaan ulang tahun Xiao Mugi.     

Mereka tidak mengadakan pesta karena itu bukan waktu yang tepat untuk melakukannya. Ada banyak orang yang menderita karena perang, jadi itu sepertinya tidak terlihat pantas.     

Xiao Mugi tidak protes akan hal itu, tapi ketika Xiao Tianyou tidak bisa datang di hari ulang tahunnya, ia langsung mengamuk.     

Untuk menenangkannya, Senja membawanya keluar dari kediaman, karena ia mengerti bahwa anak ini sama seperti dirinya, mereka berdua tidak suka untuk menetap di dalam kediaman.     

Tapi, semua itu berakhir dengan sangat buruk. Xiao Tianyou mengacak-acak ibu kota hingga seakan terputar balik hanya untuk menemukan mereka.     

"Ayo pergi!" Senja tersenyum dengan nakal dan menghabiskan makanannya. Ia sedikit mengusap perutnya yang membesar.     

Anehnya, bayi itu sangat sehat meskipun ibunya sangat aktif. Setiap kali dokter memeriksa kehamilan Senja, selalu tidak ada apapun yang harus dikhawatirkan.     

Senja juga tidak mengalami gejala-gelaja seperti orang hamil pada umumnya seperti Qianru dan bisa memakan apapun.     

"Kemana tepatnya kau akan pergi?"     

Tiba-tiba sebuah suara dingin terdengar dari belakang mereka. Ia sedang memijat dahinya ketika Senja melingkarkan lengannya di pinggang Xiao Tianyou untuk mengurangi kemarahannya sementara anak laki-lakinya sedang menatap ke arahnya dengan mata yang polos.     

"Mugi berkata bahwa kau akan pergi ke luar kota…" Senja berbicara dengan suara yang lembut, mencoba untuk mengalihkannya. "Kenapa kau tidak memberitahuku…?"     

"Aku sudah memberitahumu, tapi kau tertidur saat itu." Xiao Tianyou menjawabnya dengan pasrah. "Jadi, kemana kalian berdua akan pergi?" Suara Xiao Tianyou menjadi tegas.     

"Tidak ingin kemana-mana…" Seperti mendapat petunjuk, mereka berdua menggelengkan kepala.     

"Kalian berdua tidak akan pergi kemana-mana?"     

"Tidak…"     

"Sayang sekali, aku kembali untuk bertanya jika kalian berdua mau ikut denganku… sayangnya, kalian berdua memilih untuk tetap tinggal."     

"Tidak! Tidak! Aku ingin pergi!" Xiao Mugi berteriak dan memeluk kedua kaki Xiao Tianyou, mengangkat kepala kecilnya dan menatap ayahnya dengan semangat. Ia dengan sangat jelas mempelajari hal ini dari Senja.     

"Oh, aku pikir kau tidak ingin pergi." Xiao Tianyou berkata dan menatap anak laki-lakinya yang memberitahu Senja mengenai keberangkatannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.