Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

AKU TIDAK TAHU



AKU TIDAK TAHU

1Xiao Tianyou menatapnya, tapi kali ini ekspresinya terhindar dari emosi apapun. Kedua matanya terlihat kosong.      2

"Kita dulu adalah teman." Ye Bai berkata ketika ia berjalan melewati Xiao Tianyou, membawa dirinya keluar dari ruangan yang kacau itu.     

Senja masih menyembunyikan tangannya, rasa sakit itu membuat tatapannya menjadi buram. Xiao Tianyou tidak tahu berapa besar kekuatan yang telah ia gunakan untuk menari Senja sebelumnya.     

"Aku… aku pikir aku bisa membantumu untuk mengingatnya…" Suara Senja hampir terdengar seperti bisikan ketika ia menyuarakan sarannya.     

Senja ingat bahwa ia pernah membuka kembali ingatan dari Selir Qi sebelumnya dan karena Senja telah bisa merasakan emosi Xiao Tianyou sekarang, ia berpikir bahwa jika ia melakukan hal yang sama seperti apa yang telah ia lakukan kepada Selir Qi, Senja bisa mengembalikan ingatan Xiao Tianyou.     

Senja tidak bisa menjamin kalau itu akan berhasil, tapi setidaknya Senja harus mencoba untuk membantunya. Penderitaan mendalam yang dirasakan oleh Xiao Tianyou pada saat itu sangat sulit dihadapi oleh Senja.     

Senja mengangkat tatapannya untuk menatap Xiao Tianyou, ingin mengetahui apa keputusannya. Tapi, kedua mata yang menatapnya kembali membuat ia melangkah mundur.     

Kedua matanya dipenuhi dengan kebencian.     

Sesuatu yang tidak pernah ia tujukan kepada Senja, perasaan yang paling buruk untuk menerima ujung dari kemarahan dari seseorang yang dicintai.     

"Tentu, kau bisa membantu. Kau adalah seorang pengendali pikiran juga." Nada yang mengejek dan menyindir sangat jelas terdengar. Ia menatap Senja dengan tatapan menghina.     

"Itu jawaban yang tidak pantas diucapkan kepada seseorang yang peduli padamu." Xiao Jun menatap adiknya.     

"Kau pikir dia benar-benar peduli denganku?" Xiao Tianyou mengangkat alisnya. "Jun, kita sudah hidup di antara orang-orang yang ingin memanfaatkan kita. Tidakkah kau memiliki kecurigaan padanya, karena dia juga seorang pengendali pikiran?"     

Ya Xiao Jun curiga.     

Namun, setelah seluruh waktu yang mereka lewati bersama, Senja tidak pernah melakukan sesuatu yang membahayakan Xiao Tianyou. Karena jika begitu, ia pasti sudah mengejarnya.     

"Kau tidak akan peduli padanya jika dia tidak memberikanmu perasaan yang sama."     

Xiao Tianyou mendengus ketika ia mendengar jawaban dari kakaknya. "Berdasarkan dari teorimu, apa kau yakin dia tidak menggunakan kemampuannya terhadapku? Selama yang bisa aku ingat dari pikiranku yang rusak ini…" Ia tertawa pada dirinya sendiri. "Kau menentangku dan Luna untuk bersama."     

Senja menggigit bibirnya dan tangannya yang mulai gemetar dengan hebat.     

Senja tidak bisa menghadapinya sekarang, kalaupun ia menyetujuinya, Senja masih tetap membutuhkan waktu untuk mengatur perasaannya terlebih dahulu sebelum ia bisa membantu Xiao Tianyou.     

Senja menarik lengan baju Xiao Jun dan bicara dengan lemah. "Bisakah kau tunjukkan kamarku?"     

"Tentu." Xiao Jun menyetujuinya dan memandu Senja berjalan ke kamarnya.     

Dengan berhati-hati, Senja melangkah di atas pecahan benda poselen itu dan ketika ia sudah melewati Xiao Tianyou, ia berhenti dan berbalik untuk menghadapnya.     

"Kau bisa mencariku, jika kau membutuhkanku untuk membantumu mengembalikan ingatan." Senja menatap mata Xiao Tianyou sebelum ia mengikuti Xiao Jun.     

.........     

Xiao Tianyou tetap tidak bergerak di dalam ruangan yang kacau itu untuk waktu yang ia tidak tahu berapa lama.     

Tidak peduli apa yang ia lakukan, tidak ada yang bisa membuatnya tenang. Kobaran kemarahan yang ada di dalam pikirannya perlahan seperti membakar dirinya.     

Tapi, yang sebenarnya menyakitkan Xiao Tianyou adalah cara Senja menatapnya. Senja terlihat sangat kecewa dan sakit hati ketika ia mencibirnya mengenai pengendali pikiran.     

Ia tidak bermaksud seperti itu.     

Kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya pada saat yang impulsive, ia menyesalinya kemudian saat ia menyadari itu telah menyakiti Senja.     

Dan ia menjadi semakin marah karena telah menyakiti Senja.     

Ia juga merasakan sakit.     

Ia merasa dikhianati oleh dua orang yang sangat penting baginya. Meskipun Xiao Jun terus mengatakan bahwa itu demi dirinya, tapi tidak ada yang lebih buruk dari menyimpan rahasia dibelakangnya, termasuk Senja.     

Ia tidak tahu bagaimana dan kenapa Senja mengenal Ye Bai dan apa lagi rahasia yang ia simpan. Ia tidak mempercayai Senja pada saat pertama ia bertemu dengannya dan ia harusnya terus seperti itu.     

Hal itu seperti lingkaran setan, ia ingin melukai Senja, tapi ia akan merasa sakit juga jika ia melihat Senja terluka dan ini membuatnya sangat frustasi.     

Pikiran itu membuatnya menjadi semakin marah. Mereka berdua telah membodohinya selama ini. ia ingin menyakiti Senja dan Xiao Jun karena sudah menyimpan rahasia darinya, mengenai Luna.     

Ia tidak tahu bahwa Luna adalah seorang Pengandali Pikiran dan seorang anak perempuan dari Modama.     

Itu adalah sebuah penghinaan yang terjadi tepat dihadapannya karena sudah dikendalikan oleh anak dari musuhnya. Tidak heran mengapa Modama mengejeknya seperti itu saat mereka berada di Sekte Pedang Gunung Sui.     

Ia telah menghabiskan waktunya untuk mencari Gong Xu atas nama pembalasan dendam untuk mendiang istrinya, wanita ia kira sangat ia cintai, ternyata ia hanya dimanfaatkan dengan bodoh.     

Harga dirinya tidak bisa menerima itu!     

Tapi, bagaimana dengan perasaannya untuk Luna sekarang? Apakah itu perasaan yang asli?     

Dan bagaimana dengan Senja? Apakah ia telah memanfaatkannya juga?     

Semua pikiran itu membuatnya gila. Ia ingin melakukan sesuatu untuk melampiaskan kemarahannya.     

Dan, menyakiti orang lain.     

Senja sedang duduk dengan pikiran kosong di tepian tempat tidurnya.     

Kata-kata Xiao Tianyou bergema di dalam pikirannya lagi dan lagi, Senja tidak bisa menyingkirkan gambaran dari Xiao Tianyou ketika ia menatapnya dengan menghina, atau kebencian yang ada di dalam kedua matanya, atau cara ia mengejeknya.     

**Dia sedang bingung.**     

Senja terus mengucapkan kalimat yang sama selama dua jam terakhir ini, mencoba untuk membenarkan reaksi Xiao Tianyou. Tapi, ia tidak bisa menemukan keyakinan di dalam kalimatnya sendiri.     

Air mata mengalir di wajahnya lagi yang dengan cepat ia hapus dengan kasar.     

**Dia seharusnya tidak mengatakan hal itu…** Senja merengek. **Dia seharusnya tidak menatapku seperti tadi…**     

Dan air mata lainnya mengalir lagi.     

"Ugh! Menyebalkan!" Senja menggerutu sambil mencoba untuk menghentikan air matanya yang terus mengalir.     

Sebuah ketukan di pintu kamarnya menuntut perhatian darinya, tapi Senja sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun, maka ia hanya membiarkannya saja.     

Namun, jika pengetuk pintu itu benar-benar bodoh, mereka tidak menghiraukan penolakan secara tidak langsung itu. Waktu berlalu, suar ketukan itu terdengar semakin keras di pintu. Itu hampir seperti jika Senja masih memutuskan untuk tidak membuka pintu mereka akan merusaknya secara langsung.     

Merasa kesal, Senja berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan dengan lesu menuju pintu lalu membukanya.     

Saat ketika pintu sudah terbuka lebar, wajah Paman Su muncul di hadapannya.     

"Aku tidak ingin berbicara denganmu." Senja berkata dengan lelah dan hendak menutup pintunya lagi tepat di hadapan wajah Paman Su, tapi ia bergerak lebih cepat dan menahan pegangan pintu sebelum Senja berhasil menguncinya.     

"Aku tidak datang untuk bicara." Paman Su berkata dengan senyumannya yang seperti biasa.     

"Jadi untuk apa?" Senja masih mencoba untuk mendorong pintu adar tertutup, tapi Paman Su memeganginya dengan erat.     

"Ini." Ia mengangkat kotak obat dan sebuah balok es.     

Paman Su melihat pergelangan tangan Senja yang membengkak ketika Xiao Tianyou menyeretnya tadi. Tapi, Senja sangat keras kepala dan hanya ingin ditinggalkan sendiri saat ini.     

"Ayolah, biarkan aku masuk." Paman Su mendorong pintunya.     

"Tidak!" Senja mencoba untuk mendorongnya lagi dengan tubuhnya, tapi Paman Su mengalahkannya dengan mudah.     

Dengan satu kali dorongan yang kuat, pintu itu terbuka. Senja hampir terjatuh ke belakang karena aksi dari Paman Su ini. beruntungnya, Senja bisa berhasil mendapatkan keseimbangannya sebelum ia melukai bokongnya juga.     

"Ayolah, duduk disini. Aku akan mengobati pergelangan tanganmu yang membengkak." Paman Su sudah duduk di sebuah sofa yang ada di dekat tempat tidur dan meletakkan semua benda yang ia bawa. "Gunakan es ini lebih dulu."     

Dengan enggan, Senja berjalan dengan menghentakkan kaki ke arah Paman Su dan duduk di seberangnya. Senja terlihat tidak tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Paman Su saat ini.     

Ia sedang membungkus balok es itu dengan sebuah handuk kecil dan melipatnya sebelum ia memberikan itu kepada Senja. "Taruh ini di atas pergelangan tanganmu." Ia menyuruh Senja.     

Pergelangan Senja saat ini seperti terbakar hingga bercang ungu dan biru mulai terlihat.     

Senja merampas handuk itu dari tangan Paman Su dan meletakkannya di atas pergelangan tangan yang bengkak. Sensasi dingin melegakan rasa sakitnya dan Senja menghela napas lega karenanya.     

"Dia tidak seharusnya memperlakukanmu seperti itu." Paman Su berkata setelah melihat Senja merasa nyaman.     

"Kau seharusnya tidak memanggil namaku." Senja membalas. "Kau sendiri yang berkata bahwa aku tidak diperbolehkan untuk menyebutkan apapun mengenaimu di hadapan Tianyou."     

Senja merasa marah pada Paman Su. Karena itu Xiao Tianyou berada di ujung kesabarannya dengan Senja sejak ia membela Gong Xu.     

Dan dari semuanya, Xiao Jun menyatakan semua kebenaran mengenai Luna di hadapan matanya. Itu semua adalah hal mengerikan jika dapat Senja katakan.     

Jika Senja adalah Xiao Tianyou, ia tidak akan menerima semua itu dengan tenang juga. Dimanipulasi selama ini dan hidup untuk pembalasan dendam yang salah bukanlah sesuatu yang bagus, tidak peduli bagaimana cara itu tersampaikan.     

Senja tahu itu, tapi itu tidak membuat hatinya berhenti merasakan sakit.     

"Aku minta maaf soal itu." Paman Su berkata dengan penuh penyesalan. "Aku sangat panik dan dia menyerangku."     

"Dia menyerangmu karena kau mencoba untuk melarikan diri."     

"Dia sangat menakutkan…" Paman Su mengerutkan hidungnya. "…Dan aku tidak ingin berada di dekatnya."     

"Dia tidak menakutkan, dia cukup pintar untuk melihat bahwa ada yang tidak beres denganmu dan kau menyembunyikan sesuatu darinya."     

Paman Su menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil menatap Senja dengan hati-hati. Ekspresinya seperti seakan Senja menumbuhkan dua kepala.     

"Apa?" Tatapan intes Paman Su membuat Senja merasa tidak nyaman.     

"Setelah apa yang dia lakukan padamu, kau masih membelanya."     

Senja memutar bola matanya karena komentar itu. Senja tidak melakukan itu dengan sengaja, tapi ia tidak suka jika orang lain membicarakannya dengan buruk.     

"Aku dengar kau bilang bahwa dulu kalian berteman di masa lalu?" Senja mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Aku sudah bilang pada kalian bahwa aku tidak akan membicarakan tentang itu." Ia berkata dengan tegas sambil melipat lengan besarnya di dada. "Kau tidak pernah mengatakan bahwa kau adalah seorang pengendali pikiran…"     

"Kau tidak pernah bertanya." Senja mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.     

"Nak, itu bukanlah sesuatu yang umum untuk ditanyakan/"     

Xiao Jun memberitahu Paman Su mengenai kemampuan Senja ketika ia telah mengantarkan Senja ke kamarnya. Itu benar-benar terlalu menakjubkan baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.