Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

MASA LALU



MASA LALU

0Mungkin, kejadian itu mengguncangnya, jadi ia tidak bisa menyingkirkan ingatan itu dan hidup berdampingan, tanpa mengetahui kejadian sebenarnya dan apa yang menyebabkannya.     
0

Tapi, Senja tidak mau menekan isu lebih jauh ataupun ingin Xiao Mugi mengetahui hal itu.     

Akhirnya mereka berakhir di lapangan pelatihan dari ribuan prajurit. Ada banyak sekali orang disana. Bahkan dengan itu, Senja ingat Xiao Tianyou telah menyebutkan bahwa akan ada beberapa kelompok lagi yang akan datang.     

Itu membuat Senja sadar bahwa setiap menit membawa mereka lebih dekat dengan pertumpahan darah yang tak terhindarkan.     

Tidak ada waktu untuk memikirkan masa lalu, kan?     

Tapi, terkadang masa lalu akan menghantuimu…     

Itu sudah dua pekan berlalu dan Senja tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Xiao Tianyou, bahkan tidak sekalipun.     

Ia terlihat menghindari Senja atau itu hanya pikirannya saja… Senja merasa tidak yakin dengan hal itu.     

Tapi, setiap kali Senja mencoba untuk menemuinya, Yang Yu akan menghentikannya dan memberikannya ribuan alasan yang mulai membuat Senja merasa muak. Tapi, semua alasan itu selalu tentang kesibukannya seputar persiapan perang.     

Jika memang itu alasannya, pertanyaan Senja yang berikutnya adalah; kenapa ia bisa bertemu dengan Xiao Jun lebih dari satu kali dalam sehari, tapi ia tidak bisa melihat sosok Xiao Tianyou?     

Itu membuatnya pusing.     

Senja tahu bahwa ia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan perasaannya, tapi sampai kapan ia akan menghindar dari Senja? Ia harus menanyakan sesuatu kepadanya dan memastikan pilihannya. Itu bukan keputusan mudah, karena sekali itu telah terlaksana nanti tidak ada lagi ruang untuk menyesal, Senja tidak tahu bagaimana untuk kembali atau, ada jalan untuk itu.     

Jadi, tidak peduli apa yang ia butuhkan untuk bertemu dengannya dan Senja akan membuat keputusannya.     

Malam ini, setelah Senja mengetahui bahwa pertemuan mereka sudah selesai dan Xiao Tianyou seperti biasa akan tetap tinggal bersama dengan Yang Yu yang menjaga di depan pintu ruangan.     

Senja sudah bersiap dengan pakaian hitamnya. Itu membawa beberapa kenangan, kenangan yang indah di masa lalu hingga membuatnya tersenyum lemah.     

Hanya saja, sudah berapa lama sejak terakhir kali mereka melalukan sesuatu yang konyol seperti ini/     

Senja menghela napas untuk menguatkan hatinya. Ia harus melakukannya dan apapun hasilnya, Senja akan memikirkannya nanti.     

Ini adalah alasan kenapa ia datang dan ia membutuhkan alasan untuk tetap tinggal, tapi jika ia tidak bisa menemukannya, maka…     

Rasa sakit menyobek hatinya satu kali lagi.     

Senja menggigit bibirnya dan menepuk pundaknya sendiri sambil menggumamkan kalimat yang menguatkan. "Baiklah, kau harus kuat.." Senja menepuk bahunya lagi, karena tidak ada yang melakukan itu untuknya.     

Setelah itu Senja menegakkan tubuhnya dan berjalan keluar dari kamarnya.     

Ketika Senja sudah yakin bahwa disana hanya tinggal Xiao Tianyou yang berada di dalam, ia berjalan di sekelilingnya dan menemukan jendela yang tertutup. Itu berada di lantai dua, jadi antara masuk ke dalam gedung dan menggunakan tangga untuk menghampiri Xiao Tianyou atau melompat ke jendelanya dan membukanya dengan paksa.     

Senja memilih pilihan yang kedua, ia tidak ingin berhadapan dengan Yang Yu dan mendengarkan seluruh alasannya yang menyedihkan, jika tidak ia akan sangat tegoda untuk membungkam Yang Yuselamanya, setidaknya tidak malam ini.     

Senja mengambil dua langkah mundur dan menilai langkah yang bisa ia ambil untuk mencapai jendela ketika dua orang penjaga berlari ke arahnya.     

"Nona Muda Senja, kau tidak diperbolehkan berada disini." Salah satu penjaga mengagetkan Senja.     

Senja seharusnya mengetahui kehadiran mereka, tapi untuk sekarang pikirannya dipenuhi dengan ribuan hal dan terlalu lelah jadi ia dengan ceroboh megabaikannya.     

Senja ingin sekali membenturkan kepalanya ke dinding.     

Senja berbalik dan menatap kedua penjaga yang menghampirinya, mereka menundukkan kepala dengan hormat untuk menyapa Senja dengan sopan ketika mereka sudah berada di hadapan Senja.     

Tapi, Senja tidak butuh masalah semacam ini sekarang dan ia tidak ingin membuang waktu juga. Ia telah menunggu selama dua pekan dan itu sudah cukup menguras kesabarannya.     

Ia tidak akan membiarkan dua penjaga biasa mengatakan tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh ia lakukan.     

Jadi, Senja mengulurkan kedua tangannya kepada mereka. Dengan bingung kedua penjaga itu mengambil satu langkah mundur sambil menatap tangan Senja dengan bingung.     

"Nona Muda Senja, ini…"     

Tapi sebelum mereka bisa mengatakan apapun, Senja telah menepuk pundak mereka. "Tetap disini." Ucap Senja.     

Dan mereka membeku di tempat, tanpa mengatakan apapun mereka hanya menatap Senja dengan mata yang kosong.     

"Aku akan kembali kepada kalian setelah aku selesai dengannya," Senja mengangkat kepalanya ke sarah sebuah jendela. "Aku tidak akan lama." Senja menambahkan. "…Aku harap."     

Dengan itu Senja melompat ke jendela dan membukanya dengan mudah.     

Tanpa ia ketahui ada seseorang yang memperhatikan setiap pergerakannya.     

Senja masuk ke dalam ruangan tanpa mengalami kesulitan apapun setelah ia membuka jendela dengan sebuah pisau belati yang telah Xiao Tianyou berikan padanya.     

Jika ia memikirkan tentang itu lagi, itu adalah pisau yang sama yang digunakan oleh Xiao Tianyou untuk melawan Modama di dalam ingatannya. Senja merasa memiliki dorongan untuk membuangnya…     

Ketika ia memasuki ruangan, kedua matanya melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya.     

Ia melihat Xiao Tianyou sedang menyandarkan kepalanya di sofa bersama dengan banyaknya surat rahasia dan perkamen tersebar di atas meja.     

Senja berpikir bahwa mungkin ini caranya untuk lari dari masa lalu, memaksa dirinya bekerja berlebihan. Mungkin ia ingin bunuh diri dengan melakukan segalanya secara berlebihan.     

Senja menggelengkan kepalanya dengan cepat karena pemikiran itu, itu menakutinya.     

Kedua mata Xiao Tianyou tertutup dan lingkaran hitam terlihat jelas dibawahnya. Ia kehilangan berat badannya, Senja dapat melihatnya dengan jelas. Sebenarnya Senja juga, dua minggu terakhir ini adalah waktu yang paling sulit untuk mereka.     

Senja menatap Xiao Tianyou sesaat lebih lama, sebelum ia berjalan untuk mengelilingi ruangan, mencari sebuah selimut. Ia menemukan satu buah selimut di dalam sebuah lemari kaca dan menyelimutinya.     

Setelah itu, Senja tidak tahu apa yang ingin ia lakukan. Jadi, ia duduk dengan hati-hati di sebelahnya, menyandarkan pipinya ke sandaran sofa sambil menatap wajah Xiao Tianyou yang sedang tertidur.     

Niatnya datang adalah untuk membicarakan sesuatu dengannya, tapi ia sedang tidur sekarang. Senja tidak mau membangunkannya karena ia terlihat sangat lelah, Senja juga merasa lelah secara fisik dan mental.     

Jadi ia harus menunggu hingga Xiao Tianyou bangun dengan sendirinya, biasanya ia adalah orang yang mudah bangun, tapi entah mengapa Xiao Tianyou tidak bangun ketika Senja mengusapkan tangan di wajahnya.     

Senja merindukannya.     

Sangat rindu.     

Senja memberikan dirinya sendiri sebuah senyuman penginaan. Menyedihkan, ia bahkan belum memulai bicara dengan Xiao Tianyou tapi hatinya sudah goyah hanya dengan melihatnya seperti ini.     

Senja tidak tahu jika ia bisa mencintai seseorang sangat dalam seperti ini, itu seperti hari-harinya untuk bermain dengan pria lain di masa lalu tidak pernah terjadi.     

Senja mencintai Xiao Tianyou dan sangat sulit sekarang untuk terus bersamanya. Tidak, ketika ia memberikan Senja sikap dingin daripada membicarakan semuanya secara bersama-sama.     

Senja tahu, itu sangat menyakitinya untuk mengetahui kebenaran itu, tapi ini sudah dua pekan dan Senja sudah memberikannya waktu dan jarak yang ia butuhkan.     

Sudah waktunya untuk mereka melangkah.     

Mereka harus berbicara.     

Dan jika Xiao Tianyou tidak bisa memulainya maka Senja yang akan melakukan itu.     

Namun, Xiao Tianyou tertidur. Jadi tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menunggunya untuk bangun.     

"Ini sangat menyulitkan, bukan? Aku bisa merasakannya… kesedihanmu… kemarahanmu… perasaan bersalahmu… aku bisa merasakan semua itu darimu." Senja berbisik dengan sangat lemah seperti suara angina bisa membawa suaranya pergi.     

Senja membiarkan napas Xiao Tianyou yang hangat membuainya hingga ia menemukan dirinya tertidur dengan pulas.     

Hanya saat napas Senja menjadi teratur dan tangan yang membelai wajah Xiao Tianyou terjatuh, pria itu membuka matanya.     

Ia menatap ke langit-langit sebelum menguatkan dirinya untuk menatap Senja di sebelahnya. Gadis itu tertidur dan terlihat seperti tidak ada apapun yang bisa membangunkannya hingga mulutnya sedikit terbuka.     

Sebenarnya, Xiao Tianyou tidak tidur sama sekali, ia tahu bahwa itu Senja ketika ia memasuki ruangan melalui jendela. Xiao Tianyou mendengar langkahnya yang halus.     

Xiao Tianyou tahu bahwa itu adalah Senja handa dengan caranya berjalan.     

Caranya untuk memasuki ruangan dengan sembunyi-sembunyi tidak pernah berubah. Itu membawakan sebuah senyuman lemah di bibirnya, sedikit menghangatkan hatinya untuk mengetahui bahwa ia berusaha untuk datang padanya dan sentuhannya….     

Xiao Tianyou merindukannya, tapi….     

Ia tidak tahu apa yang harus ia katakana atau bagaimana untuk menghadapinya setelah semua yang telah ia lakukan, setelah Senja melihat semua ingatannya.     

Itu pasti membuatnya takut.     

Kegelisahannya memakan dirinya hidup-hidup.     

Tidak peduli kata-kata indah apa yang ia coba untuk berikan atau ribuan alasan yang muncul di kepalanya untuk membenarkan tindakan yang ia lakukan, kebenaran bahwa ia telah membunuh istrinya sendiri dengan sangat brutal masih berada disana.     

Setelah dua pekan ia telah menjadi pengecut dengan menghindari Senja, gadis itu pasti datang untuk membicarakan tentang hal itu. Tapi, ia masih belum siap untuk menghadapinya.     

Ia sangat ingin mengubur ingatannya dan melupakan semua itu.     

Mereka semua benar ketika mengatakan bahwa ia tidak seharusnya membuka ingatan tentang apa yang telah terjadi enam tahun lalu. Tapi, Xiao Tianyou tidak mendengarkan dan malah meledak dalam kemarahan, hal terburuknya adalah ketika ia melukai Senja saat itu.     

Senja bahkan tidak ada saat semua hal gila itu terjadi. Ia ingin membantunya, tapi ia malah menyingkirkan Senja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.