Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

KEGELISAHAN MEREKA



KEGELISAHAN MEREKA

0Ekspresi wajahnya yang menunjukkan bahwa hatinya sangat hancur masih seringkali muncul di hadapannya setiap kali ia menutup mata, ketika ia memberikan Senja jawaban kejam saat Senja menawarkan bantuannya.     
0

Xiao Tianyou melepaskan selimut yang Senja berikan padanya dan menyelimuti tubuh Senja dengan selimut itu. Senja meringkuk di atas sofa dengan posisi yang aneh. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum tubuhnya terasa sakit.     

Maka, dengan hati-hati Xiao Tianyou mengangkat Senja dan menggendongnya.     

Rambut ungunya menggelitik leher Xiao Tianyou ketika ia menyandarkan kepala gadis itu di lekukan lehernya. Ia menyukai bagaimana Senja merasa begitu nyaman di pelukannya. Ia menyukai kehangatan dari tubuhnya. Ia menyukai cara Senja bernapas.     

Tuhan, ia mencintai semua tentang Senja…     

Tapi, perasaan bersalah dan celaannya pada diri sendiri menghalanginya… ia takut akan sesuatu. Ia merasa bingung.     

Modama masih hidup di luar sana. Jika ia berhasil untuk melakukan itu lagi maka tidak ada jaminan bahwa ia tidak akan melakukan hal yang sama lagi…     

Meskipun, Senja memiliki kemampuan yang sama dengannya, begitu juga Luna…. Tapi, ia tidak bisa selamat…     

Ingatannya tentang Luna yang sekarat dipelukannya dengan berlumuran darahnya sendiri adalah ingatan yang akan ia bawa sampai hari kematiannya.     

Xiao Tianyou mendorong pintu dan menemukan Yang Yu dengan mata yang terbuka lebar ketika ia menatap Xiao Tianyou dan Senja di dalam pelukannya, ia tidak bisa melihat wajahnya karena itu terbenam di bahu Tuannya dengan damai, tapi rambutnya yang berwarna ungu menunjukkan identitas gadis itu dengan mudah.     

"Tuan… aku…" Yang Yu tergagap.     

Yang Yu tidak mengetahui apa yang telah terjadi di antara Tuannya dan Senja, tapi perintah Xiao Tianyou sangat jelas untuk tidak membiarkan Senja masuk ke dalam ruangannya.     

Tapi, sekarang….     

**Apa-apaan ini yang sedang terjadi?!** Yang Yu mengumpat kepada dirinya sendiri.     

Tuannya dengan jelas sedang menggendong gadis itu di pelukannya sementara Senja tidur dengan pulas, tidak menyadari sekitarnya.     

Xiao Tianyou tidak mengatakan apapun atau bahkan melirik ke arahnya ketika ia berjalan ke arah kamarnya sendiri dan menutup pintu dengan Yang Yu yang masih berdiri disana dengan canggung di depan pintu.     

Ia membaringkan Senja di atas tempat tidur dan menyelimutinya dengan benar. Senja terlihat sangat lelah, masalah ini pasti sudah menguras energinya secara fisik maupun secara mental, itulah kenapa ia tidak terbangun.     

Xiao Tianyou membungkuk dan mencium kening Senja, membiarkan ciumannya bertahan sedikit lebih lama.     

Ia tidak tidur sebelumnya, maka ia mendengar apa yan Senja katakana walaupun suranya sangat pelan. Xiao Tianyou bergumam saat memberikannya jawaban. "... Aku tahu kau merasakannya, tapi aku tidak ingin kau merasakan semua itu."     

Sinar matahari pagi jatuh di wajah Senja, memaksanya untuk membuka mata.     

Senja sungguh terbangun, dengan dengusan pelan saat merasakan kepalanya sangat sakit. Sebuah selimut terjatuh dari tubuhnya ketika ia mencoba untuk duduk dari posisi tidurnya, barulah saat itu Senja menyadari bahwa ia tidak tidur di sofa tempat dimana ia tertidur semalam.     

Senja terkejut dan menyentakkan kepalanya untuk menoleh ke sisi kiri dan disana ia melihat Xiao Tianyou yang sedang duduk di sebuah kursi kayu. Wajahnya sangat datar tanpa memiliki ekspresi seperti biasanya, terlihat sedikit dingin.     

"Sudah berapa lama kau duduk disana?" Senja bertanya dengan suara yang serak.     

Itu seharusnya ia yang ingin menunggu hingga Xiao Tianyou terbangun, tapi di dalam realita, ternyata malah terjadi sebaliknya.     

Xiao Tianyou tidak menjawab pertanyaan Senja dan berdiri untuk berjalan keluar dari ruangan, Senja ingin mengejar Xiao Tianyou tapi saat ia turun dari tempat tidur, Xiao Tianyou kembali dengan membawa segelas air.     

Tanpa berkata apapun, Xiao Tianyou memberikan gelas itu kepada Senja dan duduk kembali ke kursi dimana ia duduk sebelumnya, dengan malu-malu Senja minum air itu dan duduk di tepian tempat tidur.     

Keheningan terjadi di antara mereka.     

Tidak ada yang mencoba untuk memecah keheningan itu dan Senja terlalu nyaman bermain dengan gelas kosongnya.     

"Aku memiliki pertemuan lain untuk dihadiri dalam waktu tiga puluh menit dari sekarang." Xiao Tianyou menginformasikan Senja.     

Di sisi lain, ia ingin mengatakan jika ada sesuatu yang ingin dibicarakan ia harus membicarakannya sekarang, karena waktunya hampir habis. Setidaknya itu penafsiran Senja sendiri dari kalimat yang Xiao Tianyou berikan.     

Maksud sebenarnya tidak akan terlalu jauh dari itu.     

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Senja bertanya padanya tiba-tiba.     

Ia harus membicarakan pembicaraan ini cepat atau lambat dan ia tahu bahwa ia adalah satu-satunya yang harus menghadapi itu.     

"Kau tahu bagaimana perasaanku." Xiao Tianyou menjawab dengan singkat dan itu terdengar lebih kasar dari apa yang sebenarnya ia maksudkan. "Bagaimana perasaanmu?"     

Senja mengangkat wajahnya dan menatap Xiao Tianyou tepat di kedua matanya ketika Senja menjawab. "Lelah…" Senja berkata dengan jujur.     

Ia benar-benar sangat lelah dan juga dengan ketidak yakinan yang tumbuh di hatinya, ia ingin membuat semua ini menjadi jelas. Jadi ia bisa melangkah kedepan.     

Namun, jawabannya membuat Xiao Tianyou membeku dan tatapannya semakin tajam. Ia menafsirkannya dengan berbeda.     

"Apa kau lelah denganku?" Hatinya seperti tenggelam ketika mengatakan hal itu. "Aku tahu itu…" Ia bergumam.     

"Apa? Tidak…" Senja langsung menyangkalnya. "Bukan itu yang aku maksud…"     

"Itulah yang benar-benar kau maksud." Xiao Tianyou bersikeras dan nada suaranya menjadi kasar.     

Ia tidak ingin bertengkar dengan Senja lagi, ia tidak ingin berteriak padanya lagi, tapi kemarahan yang seakan mendidih di tenggorokannya sangat memaksa untuk keluar.     

"Setelah semua yang sudah kau lihat, sangat tidak mungkin jika kau baik-baik saja." Ia membentak Senja.     

Saat itu, barulah Senja mengerti apa yang dimaksud dengan Xiao Tianyou. "Itu memang ingatan yang mengerikan." Senja memastikan itu dan Xiao Tianyou mencemooh pernyataan Senja. "Tapi, itu bukan kau. Kau berada di bawah pengaruh hipnotis."     

Senja menutup matanya. Ia sudah sangat lelah dan tidak ingin berdebat lagi dengan Xiao Tianyou, ia ingin mengetahui tentang hubungan mereka atau menemukan alasan untuk tetap tinggal.     

Sekarang, karena ia sudah mengetahui dimana keberadaan Yun, jalannya untuk menuju ke rumah sudah sangat dekat. Jika Xiao Tianyou masih memperlakukannya dengan dingin maka Senja tidak memiliki alasan lagi untuk tetap berada disini.     

"Kau harus membiarkanku membantumu Tianyou… bukan begitu caranya menghadapi itu semua." Senja mengatakannya dengan sangat lelah. "Ayo kita hadapi bersama…"     

"Bersama?" Xiao Tianyou menyela dengan dingin dan menyipitkan kedua matanya. "Kau bahkan tidak berada disana saat tragedy itu terjadi. Jadi, kenapa kau mau menghadapinya bersamaku? Apa kau merasa kasihan denganku?"     

Senja membuka kedua matanya dengan lebar dan terlihat bahwa sorot mata itu sudah terbakar emosi. Ia tahu bahwa ia harus tetap tenang ketika menghadapi Xiao Tianyou, pria ini sedang berada dalam penyangkalan. Ia menyingkirkan siapapun yang peduli padanya dan salah menafsirkannya sebagai rasa kasihan.     

"Astaga Tuhan, Xiao Tianyou." Ia mengumpat tepat dihadapan wajahnya, ya itu bukan seperti pertama kalinya juga. "Aku tidak merasa kasihan padamu untuk apa yang telah kau lakukan, tapi aku benar merasa kasihan dengan caramu menghadapi dirimu sendiri." Senja sangat marah sekarang.     

Dan itu semua adalah cara untuk memancing amarah di dalam diri Xiao Tianyou yang sudah ia coba untuk tahan tanpa ada hasil apapun. Ia membutuhkan jalan keluar untuk melampiaskan kemarahannya itu, karena akhir-akhir ini semua orang yang bertemu dengannya bertindak sangat sopan dan pengertian namun itu berlebihan baginya. Mereka bicara sangat pelan dan bahkan tidak menaikkan nada bicaranya.     

"Kau pikir aku akan baik-baik saja setelah semua hal mengerikan yang kau lakukan? Aku akan tertawa begitu saja, menyingkirkan semua itu dan melangkah maju!?" Ia berteriak lagi.     

Senja mengatupkan giginya saat ia berdiri dan melipat lengan di dadanya. Ia menatap Xiao Tianyou dengan tajam.     

"Tapi aku tidak pernah mengatakan itu!" Senja membentaknya kembali. "Tapi, untuk menghindariku begitukah caramu menyelesaikan masalah?!"     

"Dengan tidak menghindarimu, bisakah kau menyelesaikan masalahku?!"     

Senja mendecakkan lidahnya dengan kesal. Xiao Tianyou memberikannya waktu yang sulit sekarang. "Tentu saja tidak! Itu adalah masalahmu, bodoh! Hanya kau yang bisa menyelesaikannya!"     

"Jadi itu tidak aka nada bedanya antara kau ada disini ataupun tidak!' Xiao Tianyou membentak lagi.     

Itu dia. Itulah hal yang ingin Senja ketahui.     

Orang-orang bilang, jangan bicara ketika kau sedang marah, tapi terkadang kenyataan tersampaikan bersamaan dengan kemarahan.     

Senja menghentikan argumennya dan duduk kembali di atas tempat tidur. Ia tidak mengatakan apapun lagi setelahnya.     

Sementara, Xiao Tianyou menyesal saat ia mengatakan itu. ia tidak bermaksud seperti itu, tapi ternyata Senja sudah menafsirkannya kalimatnya tadi dengan buruk.     

Setelah keheningan yang sementara itu, Xiao Tianyou membuka mulut untuk bertanya, dengan nada suara yang lebih lembut. "Apa yang kau ingin bicarakan padaku tadi malam?"     

Senja bahkan tidak mengangkat kepalanya dan terus menatap jari-jarinya. "Aku tahu keberadaan Yun, aku pikir ini sudah waktunya untukku kembali pulang."     

Senja merasakan perasaan yang amat menyakitkan ketika ia mengatakan kalimat itu, tapi ia mengabaikannya.     

Jika tidak ada perbedaan baginya bila ia terus disini, maka mungkin kembali kerumah bukanlah ide yang buruk. Kembali ke keluarganya dan kakak-kakaknya, melaksanakan misi bersama mereka.     

"Aku akan ikut denganmu, tapi tidak sekarang." Xiao Tianyou berkata. Ia tidak bisa pergi kemana-mana sekarang ketika perang akan dimulai hanya dalam hitungan hari.     

"Aku tidak memintamu untuk ikut bersamaku, aku hanya memberitahumu tentang hal ini." Senja berkata dengan tegas.     

Xiao Tianyou mengerutkan alisnya. "Apa maksudnya itu?" Entah mengapa, Xiao Tianyou tahu jawabannya.     

"Aku akan pergi sendiri." Kali ini Senja megangkat kepalanya dan terlihat tekad yang besar di sorot matanya.     

"Kau meninggalkanku?" Xiao Tianyou mengulangi.     

"Ya." Senja mengangguk untuk menekankan maksudnya.     

Pemikiran bahwa Senja akan pergi membuatnya merasa ketakutan, itu menyentakkan sesuatu di dalam dirinya. "Tidak. Kau tidak akan pergi kemana-mana!" Xiao Tianyou berdiri secara tiba-tiba. Kemarahan sekali lagi menari-nari di sorot matanya.     

"Aku akan pergi, Tianyou. Dan aku tidak membutuhkan izin darimu." Senja berdiri dan menunjukkan seberapa serius dirinya.     

Senja hendak berjalan menuju pintu ketika Xiao Tianyou menahannya dan mendorongnya pelan kembali ke tempat tidur. Senja terjatuh duduk di atas kasur.     

"Apa yang kau lakukan?!" Senja berteriak pada Xiao Tianyou. Ia merasa sudah sangat cukup dengan cara Xiao Tianyou memperlakukan dirinya beberapa hari terakhir ini.     

Senja mencintai Xiao Tianyou, tapi ia ingin dihargai juga.     

"YANG YU!" Xiao Tianyou menggeram saat kedua matanya masih menatap ke arah Senja. Ia menatapnya dengan tajam, seperti Senja menatapnya.     

Dalam hitungan detik, Yang Yu sudah muncul, menundukkan kepalanya, siap untuk menerima perintah.     

"Jangan biarkan dia keluar dari ruangan ini bahkan hanya satu langkah pun!" Xiao Tianyou mengamuk. Ia tahu seberapa keras kepala dan cerdiknya wanita ini. "Bawa anggota Crescent Moon yang lain untuk menjaga ruangan ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.