Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

MESUM



MESUM

0Dalam seketika Senja dapat merasakan kecanggungan yang terjadi di antara Xiao Tianyou dan Xiao Mugi ketika ia memanggil anak kecil itu untuk mendekat.     
0

"Senja, aku sudah mengucapkan selamat tinggal padanya." Xiao Tianyou berbisik sambil menatap anaknya yang perlahan berjalan mendekat menghampiri mereka.     

"Tapi, aku tidak melihatnya." Senja membalas. "Kau harus menjadi lebih santai di sekitar anakmu, kau tahu?"     

Ya, Xiao Tianyou tahu itu, tapi ia tidak tahu bagaimana cara untuk menerapkannya dalam tindakan nyata. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk berbicara dengan seorang anak berusia enam tahun atau tahu apa yang ia katakana padanya setelah meninggalkannya selama tiga tahun berturut-turut tanpa sekalipun kembali.     

Xiao Mugi berhenti di hadapan Senja, anak itu mengangkat kepalanya dan menatap Senja dengan bertanya-tanya.     

"Kenapa kau tidak mengatakan sesuatu pada ayahmu?"     

Xiao Mugi memiringkan kepalanya dan menatap Xiao Tianyou dengan gugup sebelum ia berkata. "Ayah sudah mengucapkan selamat tinggal padaku kemarin malam."     

"Kenapa kau tidak memberikan pelukan kepada ayahmu?"     

"Hah?" Xiao Mugi menatap Senja seakan ia menumbuhkan dua tangan lagi. "Pria tidak berpelukan satu sama lain." Anak itu menjawab dengan ketidaksukaan di nada bicaranya.     

"Kau bukan pria, aku adalah anak laki-laki." Senja memperbaiki kalimatnya. Ini adalah pernyataan yang sama yang telah Senja katakan padanya dan membuat Xiao Mugi merasa geram.     

"Aku bukan anak kecil, aku…" Tapi sebelum Xiao Mugi dapat menyelesaikan kalimatnya, Xiao Tianyou telah membungkuk dan menggendongnya.     

Ia memeluk anak laki-lakinya itu sambil berbisik, "Jangan berdebat dengannya, kau hanya akan menjadi semakin kesal karenanya." Xiao Tianyou memberikannya nasihat yang jujur.     

Dengan mendengar nasihat dari ayahnya, Xiao Mugi terkekeh pelan dan mengangguk. "Setuju."     

Dengan begitu, Xiao Tianyou menurunkan kembali Xiao Mugi dan mengusap kepalanya, "Jadilah anak yang baik."     

Ia mencium kening Xiao Mugi dan naik ke kudanya.     

Xiao Mugi dengan linglung menyentuh keningnya, dimana ayahnya telah memberinya kecupan. Ia masih merasa takut untuk alasan yang ia tidak tahu, tapi ia juga merasa sangat senang karena Xiao Tianyou memperhatikannya.     

"Baiklah nak, Ibu juga akan pergi." Senja melangkah ke depan dan mencium pipi gembil anak laki-laki itu. Dan sebelum ia bisa memprotes, Senja sudah berlari dengan suara tawa yang terdengar renyah.     

"Kau bukan ibuku!" Xiao Mugi mendengus, tapi Senja hanya melambaikan tangannya kepada Xiao Mugi, masih tertawa.     

Walaupun itu yang diucapkan oleh Xiao Mugi, namun senyuman tipis dapat terlihat dengan jelas dari sudut bibirnya yang kecil.     

......…     

Perjalanan dengan menunggangi kuda terasa seperti yang dibayangkan, benar-benar dan sangat-sangat melelahkan!     

"Tidak bisakan kita menggunakan kereta kuda?" Senja merengek pada Xiao Tianyou ketika mereka sedang mereservasi kamar di sebuah penginapan untuk bermalam.     

"Kenapa kau tidak membuat pengumuman jika kita datang untuk mengumpulkan informasi?" Xiao Tianyou sudah kehilangan kesabaran dengan mendengarkan keluhan Senja. Itu sudah kesepuluh kalinya Senja menyarankan ide yang sama sepanjang siang dan sore.     

"Oh, kita bisa melakukannya?" Senja bertanya dengan sinis sambil memijat pinggulnya yang sakit. "Itu akan menghemat banyak waktu kita."     

Xiao Tianyou tidak menjawabnya dan mengeluarkan sebuah kunci, setelah pemilik penginapan menunjukkannya kamar mereka, karena Xiao Tianyou bersikeras pada orang itu untuk tidak perlu mengantar mereka, ia meraih pergelangan tangan Senja dan berjalan menuju kamar.     

Mereka berjalan menaiki tangga dan di sepanjang lorong sebelum berhenti di hadapan pintu yang Senja asumsikan bahwa itu kamar mereka. Xiao Tianyou membuka pintunya dan berjalan masuk kedalam.     

Di dalam kamar, Senja bisa melihat dua pintu lain, satu pintu pasti untuk kamar mandi dan yang satunya lagi adalah untuk menuju balkon.     

"Aku akan mandi." Xiao Tianyou memberitahu Senja.     

Tiba-tiba Senja ingat dengan salah satu kalimat rayuan murahan yang pernah ia dengar dulu dan tanpa menghabiskan benyak waktu untuk memikirkannya, Senja melontarkan kalimatnya. "Apakah ini pernyataan? Atau ajakan?"     

Setelah mengatakan itu Senja merasa terdorong untuk menutupi wajahnya. Ya, ia tidak bisa menarik kembali apa yang ia ucapkan, bukan?"     

Xiao Tianyou membeku di pertengahan langkahnya ketika ia mendengar keberanian Senja, namun ia berbalik dengan senyuman miring terlihat jelas di wajahnya. "Kau tidak butuh ajakan, aku akan membiarkan pintunya terbuka dan kau bisa masuk kapan saja yang kau mau." Ia memberikan jawaban yang tidak tahu malu.     

Xiao Tianyou berjalan menjauh dari Senja dan memasuki kamar mandi. Ia membiarkan pintunya terbuka seperti apa yang ia katakana pada Senja sebelumnya. Gadis itu menggerutu dan berteriak; tutup pintunya dasar mesum!     

Namun, Xiao Tianyou hanya terkekeh, ia tahu bahwa Senja tidak mungkin berani untuk menerobos masuk. Maka ia hanya mengabaikan omelan Senja. Sejujurnya, Xiao Tianyou merasa lega karena ia sudah kembali menjadi dirinya yang suka bermain-main.     

Itu sangat membuatnya khawatir saat Senja sangat terlihat depresi karena kematian Tetua Dam. Xiao Tianyou juga merasa kehilangan, Tetua Dam adalah sosok yang hampir seperti seorang ayah baginya setelah kepergian orang tuanya. Namun, Senja terlihat tidak dapat mengendalikan rasa sakit itu, ia sudah menjadi sangat dekat secara emosional kepada Tetua Dam.     

Tapi, melihat Senja menggodanya tadi, ia tahu bahwa wanita ini akan baik-baik saja. Ia sungguh lebih dari mampu untuk melewati kesulitan ini.     

Setelah Xiao Tianyou merasa segar, ia berjalan keluar dari kamar mandi mengenakan jubah putihnya dan siap untuk tidur. Ia merasa sangat lelah karena perjalanan mereka sepanjang siang tadi dan hari-hari di Gunung Greenhill bersamaan dengan kurangnya waktu tidur beberapa hari terakhir, khususnya perjalanan menyakitkan menuju ke Gunung Greenhill ketika ia mendengar kabar bahwa Tetua Dam dan Senja berhasil di sergap oleh Wang Yu.     

Senja sedang makan saat ia memasuki ruang kamar, ternyata Senja sudah memesan makan malam yang berisi makanan yang sangat banyak seperti untuk pesta.     

"Apa kau yakin kau bisa menghabiskan semua itu?" Xiao Tianyou mengintip isi meja yang penuh dengan berbagai macam makanan dan kue-kue.     

"Kau akan makan bersamaku." Senja berkata sambil mengunyah ayamnya. Ia sangat suka dengan ayam, tentu saja.     

"Aku tidak akan makan, aku ingin tidur." Xiao Tinyou berjalan ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya yang terasa lelah di atasnya.     

"Tianyou, apa kau hanya memesan kamar ini?"     

"Hmm."     

"Jadi, dimana aku akan tidur?"     

"Di sampingku tentu saja." Xiao Tianyou berkata sambil terus menutup matanya. Kasur itu sangat besar dan lebih dari cukup untuk mereka berdua. "Tapi, jika kau tidak suka, kau bisa tidur di sofa." Ia berkata begitu saja.     

"Hey! Jadilah seorang pria!" Senja berteriak. "Kau yang seharusnya tidur di sofa."     

"Aku bisa menunjukkanmu bahwa aku adalah seorang pria dengan cara yang berbeda."     

Senja tersipu seketika saat ia mendengar kalimatnya yang memancing. "Mesum!" Senja berteriak dengan kesal.     

Di atas kasur, Xiao Tianyou terkekeh, ia bisa membayangkan bagaimana keadaan pipi Senja yang memerah saat ini. "Cepat selesaikan makananmu dan mandilah, kau harus tidur. Besok akan menjadi hari yang sangat panjang."     

Senja mengatakan sesuatu yang tidak jelas di sela omelannya sambil memakan semangkuk mie. "Kenapa kau tidak memesan dua kamar?" Senja bertanya sambil minum.     

"Agar aku bisa tidur denganmu."     

Senja tersedak ketika mendengar jawaban Xiao Tianyou.     

**Apa dia bisa lebih tidak tahu malu dari pada ini?** Senja berpikir sambil terbatuk dengan keras.     

Sesaat kemudian Senja bisa merasakan tepalak tangan yang hangat memijat punggungnya untuk menghilangkan rasa sakit hingga Senja bisa mengatur napasnya lagi.     

"Apa kau baik-baik saja?" Xiao Tianyou bertanya dengan sangat perhatian, tapi kedua matanya memancarkan kesenangan. Ia berjongkok di hadapan Senja.     

"Kau hampir membunuhku!" Senja menatapnya tajam dan membuat Xiao Tianyou menunjukkan senyumnya yang indah. Senja sangat benci ini, ketika ia seharusnya marah pada Xiao Tianyou tapi ia malah berakhir menatapnya dengan linglung.     

"Tidak masuk akal…" Ia berkata di sela-sela tawanya. "Lupakan itu. Ini bukanlah kali pertama untuk kita tidur bersama."     

Oh benar! Mereka sudah satu kali tidur bersama ketika berada di tempat yang aman, dan Tetua Dam menuduh mereka telah melakukan sesuatu.     

Ingatannya tentang Tetua Dam membuat Senja terlihat sangat sedih, Xiao Tianyou melihat perubahan tiba-tiba itu. Ia menangkup wajah Senja di antara kedua telapak tangannya dan mencium lembut bibir Senja. Itu cukup untuk mengalihkan perhatian Senja dan ia kembali memperhatikan Xiao Tianyou.     

"Ayo istirahat." Xiao Tianyou berkata dengan lembut sambil menyisipkan anak-anak rambut Senja dari wajahnya.     

Senja mengangguk. "Aku akan mandi dulu."     

"Baiklah." Xiao Tianyou berdiri dan mencium kening Senja.     

Kegelapan menelan kesadaran Senja ketika seseorang menggoyangkan bahunya dengan lembut untuk membangunkannya.     

"Senja." Hembusan napas hangat Xiao Tianyou hanya berjarak satu inci dari telinganya. "Bangun, kita harus pergi sekarang."     

Senja menepuk tangan itu dari bahunya dan mendorong dadanya menjauh, "Lima menit…" Senja bergumam. Rasanya seperti ia beru saja tidur untuk beberapa menit dan sekarang Xiao Tianyou sudah membangunkannya.     

"Tidak, tidak ada lima menit… kau harus bangun sekarang." Xiao Tianyou menarik tangannya untuk membuat Senja duduk, tapi Senja menggigit pergelangan tangan Xiao Tianyou. "Senja!"     

"Ini masih gelap…" Senja bergumam sambil meringkukkan tubuhnya menjadi seperti bola dan ia mengintip dari kelopak matanya untuk memastikan bahwa matahari memang belum terbit.     

"Ya, ini masih gelap maka dari itu kita harus pergi sekarang." Kesabaran Xiao Tianyou mulai menipis, menghadapi Senja yang keras kepala di pagi hari bukanlah permulaan yang baik. Ia menarik selimut dari tubuh Senja hingga membuatnya menggigil karena angina dingin yang masuk dari jendela.     

"Aku masih mengangtuk…" Senja mengeluh dan merangkak ke atas pangkuan Xiao Tianyou, terlihat sangat hangat. Senja mendekat dan meringkuk seperti ular sambil mlingkarkan tangannya ke sekitar pinggang Xiao Tianyou.     

Pria itu menghela napas, tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan gadis ini. Dengan cara apapu, ia sangat sulit untuk dihadapi. Sementara Senja masih memeluk pinggangnya, Xiao Tianyou menyelipkan tangannya di bawah kepala Senja dan di bawah kakinya kemudian mengangkat gadis itu berjalan meuju ke kamar mandi.     

Pada awalnya Senja tidak menyadari hal itu, tapi ketika ia merasakan Xiao Tianyou bergerak, Senja menjadi waspada dan membuka matanya dengan lebar saat dengan kejamnya Xiao Tianyou menurunkan Senja di atas lantai yang dingin.     

"Aaaargh! Dingin!" Senja sudah bangun sekarang dan merangkak kembali ke pintu, tapi Xiao Tianyou menangkap kaki Senja dan menariknya kembali. "Apa yang kau lakukan?!"     

Ketika Senja berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman Xiao Tianyou, sebuah handuk yang basah mendarat tepat di wajahnya. Xiao Tianyou dengan tegas menghilangkan rasa kantuk Senja. Setelah itu, ia mengambil handuk lain untuk mengusap leher dan tangan Senja.     

Pada saat itu, otak Senja sangat lambat dalam memproses apa yang sedang terjadi.     

**Apakah dia sedang membersihkanku?**     

Setelah beberapa saat merasa bingung, Senja merebut handuk itu dari Xiao Tianyou. "Aku bisa melakukannya sendiri." Senja berkata dengan malu-malu.     

"Bagus." Xiao Tianyou tersenyum , akhirnya berhasil untuk membangunkan gadis itu. "Aku akan menunggu di bawah selagi kau bersiap-siap." Xiao Tianyou mendekat kepada Senja dan menggigit bibirnya dengan lembut sebelum ia berdiri, berjalan keluar dari kamar.     

Setelah Xiao Tianyou pergi, Senja menjadi sadar dengan apa yang telah terjadi, ia menempatkan telapak tangannya di depan mulut dan menghembuskan napasnya sebelum ia dengan cepat menciumnya.     

**Aku harap napas pagi hariku tidak begitu bau.** Senja meringis dengan pemikiran bahwa Xiao Tianyou baru saja mencium bibirnya.     

Dengan cepat Senja menggosok giginya dan mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian sederhana berwarna abu-abu, mengikat rambut ungunya yang luar biasa menarik menjadi sebuah ikatan bun dan tidak lupa untuk menutupinya dengan sebuah topi jerami yang memiliki kerudung coklat panjang di tepiannya.     

Xiao Tiayou telah membawa bawaan mereka bersamanya ketika ia keluar, maka Senja tidak perlu membawa apapun lagi selain dirinya sendiri.     

Senja membuka pintu dan berjalan sepanjang lorong yang menuntunnya menuju ke tangga dimana Xiao Tianyou telah menunggunya dengan sabar di ujung tangga. Ia mengenakan topi yang sama dengan Senja, dengan pertimbangan dari statusnya yang adalah seorang pangeran dan menjadi salah satu orang yang paling dicari di Kerajaan Azura ini, wajahnya cukup terkenal untuk dikenali oleh umum.     

Senja berjalan menuruni tangga, dan ia mendekat kepada pria itu. Lalu Xiao Tianyou mengangkat kepalanya, menyadari keberadaan Senja.     

"Ayo." Ia meraih tangan Senja dan membawanya keluar dari penginapan.     

Mereka berdua berjalan menuju kuda mereka dan menariknya. Senja menghela napas ketika ia melihat kudanya meringkik dengan gembira.     

**Apa yang membuat kuda ini gembira? Aku tidak merasa senang sedikitpun untuk menghabiskan waktu sepanjang hari mencoba untuk meratakan bokong di atas pelana.** Senja berpikir dengan kesal sebelum ia meletakkan kakinya di atas pemijak kaki dan menarik dirinya duduk di atas kuda.     

"Siap?" Xiao Tianyou mengganggunya saat ia melihat baju Senja yang terperosot tak bersemangat. Ia tidak bisa melihat ekspresinya karena kerudung dari topinya, tapi ia merasa yakin bahwa ekspresinya terlalu lucu untuk dikatakan.     

"Tidak pernah."     

Mereka melalui pagi dalam keheningan sambil menunggangi kuda masing-masing, masuk dan keluar dari desa-desa kecil sebelum mereka beristirahat di sebuah desa dekat sungai untuk makan siang.     

Jika itu bukan karena kenyataan bahwa bokongnya terasa sakit, Senja akan sangat menghargai pemandangan yang ada di hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.