Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

KEKACAUAN



KEKACAUAN

0Aliran air sungai dan pepohonan yang subur, tanaman sayuran tropis, Senja hampir dapat mendengar suara kicauan burung ketika mereka duduk di atas kursi kayu yang berada di sisi luar sebuah restoran kecil.     
0

Tidak terdapat banyak orang disana, kecuali Xiao Tianyou dan Senja.     

Hanya ada pasangan lain yang menempati meja lain di dalam restoran dan tiga pria kekar tidak jauh dari meja Senja dan Xiao Tianyou.     

"Kenapa kau tidak duduk?" Xiao Tianyou mengangkat kepalanya dengan bertanya-tanya kepada Senja yang masih berdiri di hadapannya. Ia menuang dua gelas air untuk Senja dan dirinya.     

"Bokongku sakit." Senja berkata dengan uring-uringan sambil mengambil gelas yang di berikan oleh Xiao Tianyou, dan menghabiskan isi gelas itu.     

"Kau akan terbiasa setelah beberapa hari." Xiao Tianyou berkata.     

"Bokongku pasti sudah hilang jika itu terjadi."     

Ketika perut Senja mengeluarkan suara keroncongan, makanan mereka datang dan ia menunda protesnya sejenak karena mulutnya memiliki urusan lain yang harus diselesaikan lebih dulu dan hal ini membuat Xiao Tianyou menghela napas lega.     

Mereka berdua mengangkat kerudungan yang ada di topi mereka, tapi tidak melepaskannya. Rambut ungu Senja akan terlalu mencolok di siang hari yang terang ini.     

"Tianyou, berapa lama kita akan berada di Sekte Pedang Gunung Sui?" Senja bertanya sambil mengupas kulit udang.     

"Saat kita sudah mendapatkan informasi yang kita butuhkan, kita akan pergi."     

"Informasi apa yang sebenarnya akan kita cari?"     

"Aktivitas Klan Misty Cloud selama beberapa tahun terakhir." Xiao Tianyou menjawab dengan jujur.     

Senja mengangguk dengan linglung saat ia mengingat sesuatu yang mungkin berhubungan satu sama lain.     

"Apa yang ada dalam pikiranmu?" Xiao Tianyou tiba-tiba bertanya ketika ia melihat Senja sedang berpikir tentang sesuatu.     

"Aku memikirkan tentang suatu kemungkinan, tapi aku tidak yakin seberapa akurat hal itu."     

"Beritahu aku…" Xiao Tianyou menyingkirkan alat pemotongnya dan memberikan Senja seluruh perhatiannya.     

Secara tidak sadar, Senja mengikuti gerakan Xiao Tianyou dan mereka berdua berdiskusi dengan serius.     

"Aku memiliki sebuah teori." Senja memulainya, menyingkirkan alam makan. "Sepertinya, semua anak yang ada di penglihatanku ini datang dari Kerajaan Xinghe. Maksudku, mereka sebelumnya adalah penduduk Xinghe."     

"Bagaimana bisa kau memiliki teori ini?"     

"Aku memiliki dua penglihatan mengenai Hu Feng dan Lee dan mereka berdua berasal dari Xinghe." Senja menjelaskan.     

Yoda telah memberitahunya bahwa Hu Feng berasal dari Xinghe dan ia telah menyelidiki tentang asal Lee, dan ternyata Lee juga berasal dari Xinghe.     

Kedua penglihatan Senja berhubungan dengan Xinghe, bahkan Nenek Riana berasal dari Xinghe. Karena itu, ini tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa penglihatan ketiganya juga mengenai Xinghe.     

Senja memberitahu Xiao Tianyou apa yang ada di dalam pikirannya. "Tapi, pertanyaanku adalah… apa yang dilakukan oleh Klan Misty Cloud pada semua anak-anak itu?"     

Mereka berdua berpikir dengan serius dan Senja mempertimbangkan untuk memberi Xiao Tianyou mengenai penglohatannya mengenai ingatan Selir Qi atau tidak. Mungkin itu bisa memancing ingatannya juga, jadi Senja dapat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi disana.     

"Dan apa yang Senja lakukan disana…" Xiao Tianyou menambahkan, mengingatkan Senja mengenai penglihatan ketiganya.     

"Benar…" Senja mengangguk dengan linglung, ia hampir lupa dengan kenyataan bahwa 'Senja' yang lain juga berada disana.     

Jika ratusan anak-anak di dalam penglihatannya itu adalah penduduk Xinghe, maka itu berarti Senja juga terlibat dengan perdagangan manusia di antara Klan Misty Cloud, Xiao Wang Wei dan Klan Mystic.     

Disamping hal itu, ada kabar lain tentang semua orang yang seharusnya mati tiga tahun lalu, karena 'Senja' telah membongkar wajah mereka dan menghancurkan rencananya, tapi ternyata mereka masih hidup. Dan hasilnya, itu mencemari reputasi Tetua Dam dari Klan Pedang Hitam dan menjadikan Senja sebagai buronan.     

Senja tidak perlu menggunakan otaknya untuk menebak bahwa Kaisar Xiao Zi berada di balik semua ini, tapi, pertanyaan lain mulai timbul; apakah ia merupakan orang yang berada di balik semua ini sejak awal, sebagai pemimpin semua kekacauan tiga tahun lalu atau ia hanya memanfaatkan momen ini untuk menggeser posisi Tetua Dam?     

Semua ini berkaitan dengan Senja dan semua skema buatan ini seperti benang kusut yang ada disekitarnya.     

Ada banyak sekali misteri yang masih belum terpecahkan, tapi perang sudah mengetuk dari pintu depan. Apakah mereka telah mempersiapkan semuanya dengan cukup?     

"Jangan terlalu berlebihan memikirkan hal ini…" Xiao Tianyou meluruskan kerutan di antara kedua mata Senja yang secara tidak ia sadari muncul.     

Senja ingin mendiskusikan tentang apa yang ada di dalam pikirannya, tapi suara pecahan gelas mengganggunya.     

Dengan reflek, Xiao Tianyou dan Senja menatap ke arah sumber suara itu dan ketiga pria yang sedang duduk tidak jauh dari meja mereka, datang mendekat.     

"Kau bukan penduduk dari desa ini, benar?" Seorang pria yang terlihat sebagai ketua mereka berbicara dengan menantang.     

Ia berdiri sejauh tiga meja dari meja Senja dan Xiao Tianyou dengan pedang yang menggangtung di pinggangnya, ia menatap Xiao Tianyou dengan merendahkan.     

Senja menghela napas, keinginannya untuk berdiskusi tentang masalah 'Senja' memudar. Ia telah membaca banyak adegan mengenai ini dengan pertanyaan yang sama. Maka, Senja tidak perlu menebak lagi apa yang akan terjadi selanjutnya.     

"Karena kalian berdua masuk ke desa ini tanpa izin, kalian harus membayar upeti kepada kami."     

Senja melirik dari ujung topi jeraminya sambil menikmati makanan. Tiga pria itu sangat jelas terlihat bahwa mereka adalah preman dari desa. Berdasarkan dengan apa yang mereka kenakan yang sepertinya adalah karung goni dan bukan pakaian, mereka bukanlah yang menyeramkan tentunya.     

**Tidak ada yang penting dengan ancaman mereka kalau begitu…** Senja berpikir dan melirik ke arah Xiao Tianyou yang terlihat sangat tenang seperti biasanya, kemudian Senja mengangkat bahunya sambil meneruskan makan.     

"Kau harus membayar kepada kami atau…" Pria itu mengeluarkan pedangnya yang menggantung di pinggang dengan mengancam. Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, Xiao Tianyou menarik sesuatu dari jubahnya dan melemparkan itu pada mereka.     

Benda kecil mendarat di kaki pria itu, tapi Xiao Tianyou membuatnya terlihat seperti gerakan merendahkan untuknya.     

"Apa kau memberikan mereka uang?" Senja bertanya dengan cemberut. Senja menatap kantungan uang yang Xiao Tianyou berikan pada mereka dan dari ukurannya, itu cukup banyak. "Itu terlalu banyak kau tahu?" Senja mendengus.     

Ya, ia juga adalah seorang pencuri, sangat ironis jika ia membiarkan para preman menyedihkan itu merampok uang mereka tepat di depan mata.     

Hati nurani Senja tidak bisa menerima itu…     

"Biarkan saja, aku terlalu lelah untuk melawan mereka…" Xiao Tianyou berkata dan dengan malas mengangkat mangkuknya lagi.     

"Kau terlalu murah hati." Senja menyindir.     

"Terima kasih."     

Para preman yang tadi berbicara tidak menerima kemurahan hati Xiao Tianyou. Terlebih lagi tidak ada dari mereka yang terlihat tertekan oleh keberadaan mereka.     

Itu adalah penghinaan!     

Ia menendang kantungan uang itu kepada dua orang di belakangnya dan berlari dengan cepat menuju meja Senja dan Xiao Tianyou, namun ia menghentikan dirinya berjarak sejauh sekitar lima meter karena menerima tatapan tajam dari Xiao Tianyou.     

Ia tidak tahu kenapa, tapi sesuatu dari pria ini membuatnya takut. Sayangnya, keangkuhannya lebih besar. Dengan bodoh ia mengabaikan instingnya.     

"Kau pikir uang itu cukup?!" Ia berteriak kepada Senja dan Xiao Tianyou, namun ia tidak berani untuk melangkah lebih dekat.     

Senja melirik kearahnya. "Oh, tolonglah. Bagaimana bisa ia hidup tanpa memiliki otak?"     

Xiao Tianyou terkekeh ketika ia mendengar komentar kesal dari Senja. Ia serius kertika ia berkata terlalu malas untuk berurusan dengan orang-orang itu, tapi ia menantkan reaksi dari gadis di hadapannya itu.     

Gadis itu mengomel saat ini dan itu sudah sangat lama sejak seseorang mampu memancingnya hingga panas.     

"Lihat? Kau tidak bisa menjadi sangat murah hati kepada orang seperti mereka." Senja melanjutkan keluhannya sementara Xiao Tianyou hanya mengangkat bahunya dan melanjutkan makan.     

Karena diabaikan, pria itu memukul meja yang ada di dekatnya dengan pedang untuk mendapatkan perhatian Senja dan Xiao Tianyou.     

Beraninya mereka mengabaikan keberadaannya? Ia telah berdiri disana dengan memegang sebuah pedang di tangannya, tapi mereka seakan buta dan tuli.     

"Aku berbicara denganmu!!" Ia berteriak lagi.     

Senja tidak bisa menahannya lagi. Pada awalnya, Senja berpikir untuk membiarkannya seperti apa yang Xiao Tianyou katakana dan tidak membuat keributan karena itu. Namun itu sangat menguji hari nuraninya sebagai pencuri yang dirampok di tengah-tengah sorotan.     

Tapi, para preman ini sepertinya tidak tahu cara bersyukur.     

Senja dengan segera berdiri dan menendang kursinya. "Lanjutkan makananmu." Ia berkata pada Xiao Tianyou.     

"Baiklah." Xiao Tianyou menjawab dengan singkat, tapi kedua matanya mengikuti setiap gerakan Senja dengan gembira.     

Gadis itu meluncur dengan langkah yang mantap dan Xiao Tianyou tidak perlu melihat sisa dari kejadian itu ketika ia mendengar ketiga pria tadi berteriak kesakitan, Xiao Tianyou melanjutkan makanannya seperti apa yang Senja perintahkan padanya.     

"Tuan, tidakkah kau ingin membantunya?" Seorang wanita tua yang memiliki restoran ini menghampiri Xiao Tianyou, ia terlihat sangat khawatir ketika melihat Senja menghadapi tiga preman yang lebih besar darinya itu sendirian.     

Xiao Tianyou melirik kea rah kejadian pertengkaran itu berlangsung dan menggelengkan kepalanya. "Dia akan baik-baik saja, dia butuh melakukan itu untuk meluapkan kemarahannya."     

Pernyataan Xiao Tianyou membuat wanita itu bingung, tapi ketika ia melihat ke arah Senja lagi, ia mengerti dan meninggalkannya dengan pasrah. Pasangan yang aneh…     

Itu memakan waktu beberapa saat untuk Senja sebelum ia menyingkirkan ketiga pria itu dan mengambil kembali kantung uang yang tadi dilemparkan oleh Xiao Tianyou.     

Ia duduk kembali di atas kursi di seberang Xiao Tianyou dengan senyuman angkuh yang muncul di bibirnya. "Ini uangmu! Aku mengambilnya kembali untukmu." Senja berkata dengan bangga sambil meletakkan kantung itu di atas meja.     

"Terima kasih." Xiao Tianyou berkata dengan singkat, tapi kalimat selanjutnya yang ia katakana mampu menjatuhkan keangkuhan dari wajah Senja. "Aku penasaran apa yang membuatmu sangat lama, aku kira kau membutuhkan bantuan."     

Senyuman lebar Senja berubah menjadi cemberut. "Kata seorang pria yang duduk dan menikmati makanannya."     

"Kau menyuruhku begitu." Xiao Tianyou membalas dan memberikan Senja senyum miring.     

**Oh, benar.. aku mengatakannya.** Dan Senja melakukan satu-satunya hal yang ia bisa lakukan sekarang, menatap tajam ke arah senyuman Xiao Tianyou yang berseri-seri.     

Setelah keributan kecil yang terjadi di siang hari tadi, akhirnya Xiao Tianyou memutuskan untuk bermalam di Kota G. seperti sebelumnya, ia hanya memesan satu kamar mewah untuk mereka berdua. Kali ini Senja tidak memprotes.     

Senja terlalu lelah bahkan hanya untuk memesan makan malam, untungnya, Senja sudah makan sepanjang jalan tadi sambil menunggangi kudanya dengan bosan, karena ia tidak bisa mengobrol dengan Xiao Tianyou. Tidak mungkin ia bisa bebicara dengan dirinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.