Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

XIAO WANG WEI



XIAO WANG WEI

0Senja betul-betul mempertimbangkannya.     
0

Ingatan terakhir dari Tetua Dam yang sekarat di pelukannya, terbayang di hadapan matanya saat senyuman Senja perlahan menghilang.     

"Tidak akan ada baik untuk membiarkanmu tetap hidup." Senja mendesis dengan mengancam.     

Perlahan, Senja melepaskan genggamannya di leher Xiao Wang Wei, meskipun Senja sudah tidak lagi mencekiknya, Xiao Wang Wei masih tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan bebas.     

Ia menatap Senja dengan kedua mata yang terbuka lebar saat ia berjalan menjauh menuju salah satu sabit yang tergeletak di lantai, Senja mengambilnya dan berjalan kembali ke hadapan pria itu.     

Pengertian mulai muncul di benak Xiao Wang Wei ketika ia bisa membaca apa yang ada di pikiran gadis itu.     

Ia mengatupkan giginya karena tidak dapat berbicara dan menatap Senja dengan tajam. Tentu saja tatapan biasa tidak cukup untuk dapat menghentikan Senja dari keinginannya membalas dendam.     

Senja berdiri di hadapan Xaio Wang Wei yang saat ini gemetar ketakutan. Senja memutar sabit itu di tangan kanannya, menimbang benda itu. Ia tahu bahwa semua sabit yang dibawa oleh para remaja tadi sudah dibaluri dengan racun.     

"Ini, untuk Tetua Dam." Senja berkata sambil menggoreskan leher Xiao Wang Wei menggunakan ujung dari senjata itu, di tempat yang sama dimana Wang Yu meracuni Tetua Dam.     

Itu hanya membuat kikisan kecil, tapi konsekuensinya sangat berbahaya.     

"Ini untuk melukai Xiao Tianyou." Senja menggores pergelangan tangan Xiao Wang Wei dimana Xiao Tianyou terkena racun di pertemuan terakhir mereka.     

"Dan ini untukku." Goresan terakhir adalah di bahunya dimana Senja tertembak malam itu.     

Setelah Senja telah selesai, Senja membuang sabit itu dan menatap Xiao Wang Wei sambil menyandarkan tubuhnya kepada Xiao Tianyou yang dengan hangat memeluk pinggangnya.     

Pengaruh dari racun yang telah masuk ke dalam tubuh Xiao Wang Wei mulai menyerangnya. Tubuh pria itu sedikit mengejang.     

Dengan sekejap. Senja melepaskan hipnotisnya dari Xiao Wang Wei. Sesaat setelahnya, tubuh gemetar Xiao Wang Wei jatuh ke lantai sambil ia berteriak kesakitan, darah mulai mengalir keluar dari ujung bibirnya.     

Kedua matanya membesar karena terkejut dan pembuluh darahnya timbul karena tekanan rasa sakit yang ia rasakan.     

"Kau…!!" Xiao Wang Wei mencoba untuk menunjukkan jarinya kepada Senja dengan mengancam, tapi ia tidak bisa melakukannya karena tangannya mencengkram dadanya yang mungkin terasa sakit dengan erat.     

Xiao Jun bergabung bersama mereka saat ia mendekat untuk memeriksa Xiao Wang Wei yang sedang kejang dan berdarah di lantai.     

"Kau seharusnya tidak membunuhnya…" Xiao Jun berkata dengan lambat, tapi tidak ada penyesalan di nada suaranya.     

"Ya, kau seharusnya memberitahuku lebih cepat." Senja mengangkat bahunya, memeluk lengan Xiao Tianyou dan mengalihkan pandangannya dari Xiao Wang Wei yang sekarat. Senja tidak ingin melihat nafas terakhirnya.     

"Sayang sekali kamu membunuhnya." Xiao Tianyou menimpali, menekan kepala Senja mendekat ke dadanya, jadi Senja tidak perlu melihat pemandangan di hadapannya itu.     

Untuk melihat musuh mati seketika terasa lebih mudah daripada melihatnya mati secara perlahan.     

Hembusan napas terakhir dari Xiao Wang Wei berada di bawah tatapan pilu dari para musuhnya, sekarat di atas lantai yang dingin perlahan. Bagi seorang pangeran mahkota sepertinya dan sikapnya yang sombong, itu adalah sebuah penghinaan. Cara yang buruk untuk mati.     

Ketika perjuangan terakhirnya keluar dari bibir Xiao Wang Wei, Xiao Jun dengan perhatian menutupi wajahnya untuk menyembunyikan matanya yang terbuka lebar dengan sebuah telapak meja yang ada di dekatnya.     

Senja menghela napas dalam, memeluk Xiao Tianyou lebih erat. Ia baru saja membunuh seorang Pangeran Mahkota dari Negara ini. Pikiran itu menakutinya. Namun, beberapa saat kemudian Senja mendengar Xiao Jun berbicara dengan seseorang dan tubuh Xiao Tianyou menjadi tegang.     

Merasakan sesuatu yang salah, Senja mengintip dari tangan Xiao Tianyou dan melihat seorang pria tua yang sama seperti yang ada di dalam ingatan Selir Qi.     

"Lama tak bertemu, Modama." Xiao Jun menyapa pria bersurai putih yang berada di ambang pintu itu.     

Modama berdiri di ambang pintu bersama dengan dua orang pria yang mengenakan pakaian hitam di belakangnnya.     

Kekehan mengerikan terdengar, "Memang sudah lama sekali." Modama mengangguk dengan setuju.     

Pandangan Senja meluncur kepada Modama dan Xiao Tianyou bergantian, tidak mengerti dengan situasi yang terjadi di hadapannya itu.     

Senja mengangkat kepalanya untuk menatap Xiao Tianyou, mencari penjelasan. Tapi, kerutan di antara alisnya menunjukkan bahwa ia juga sama bingungnya dengan Senja.     

Xiao Jun dan Modama menatap satu sama lain dengan saksama, tiba-tiba Senja menarik tangan Xiao Jun untuk mematahkan kontak mata yang terjadi di antara mereka.     

"Jangan manatapnya!" Senja berteriak dengan khawatir. "Dia adalah seorang pengendali pikiran."     

Xiao Jun mengetahui siapa Modama, tapi ia tidak dapat mengerti kenapa Senja bisa langsung mengetahui bahwa pria di hadapan mereka adalah seorang pengendali pikiran. Apa karena ia juga seorang pengendali pikiran?     

Sementara, ekspresi bingung Xiao Tianyou semakin menjadi. "Pengendali pikiran?" Ia mengulangi. Berbeda dari Xiao Jun, Xiao Tianyou tidak bingung dengan kemampuan Senja untuk mengenalinya.     

Namun, ia bingung karena masih ada pengendali pikiran yang selamat.     

"Tidak apa-apa… dia tidak akan bisa melakukan hipnotis tanpa menyentuhmu." Xiao Jun menepuk lembut tangan Senja untuk meyakinkannya. "Setidaknya tidak untuk saat ini, karena aku telah membutakan mata kirinya, benar Modama?" Xiao Jun bertanya dengan santai dan pria tua itu tersenyum miring.     

"Benar, benar…" Modama mengeluarkan suara tawa mengerikan, setelah itu dia mendaratkan pandangannya kepada Xiao Tianyou. "Jadi, bagaimana kabarmu menantuku? Bagaimana kabar cucu laki-lakiku?"     

Xiao Tianyou mengerutkan hidungnya karena mendengar pertanyaan Modama, kebingungan. Senja juga sangat terkejut dengan hal itu.     

"Jun… dia adalah…" Ayah dari Luna?     

Senja tidak dapat menyelesaikan pertanyaannya saat pengertian yang secara mendadak menghampiri benaknya, ia menatap kepada Xiao Jun yang mengatupkan rahangnya dengan keras untuk memastikan, tapi sepertinya reaksi dari Xiao Jun sudah memastikan kebenaran dari pertanyaan Senja yang tidak terucap itu.     

"Senja, tetap bersama Xiao Tianyou." Xiao Jun bergumam pada Senja yang ada di sebelahnya.     

Modama memiringkan kepalanya, kagum. Mata kanannya berkedip dengan memperlihatkan emosi sementara mata kirinya tetap mati.     

"Kau masih tidak ingat apapun, benar kan?"     

Xiao Tianyou masih tidak menjawabnya, tapi ketenangannya mulai menghilang dan membiarkan kebingungannya menguasai. Ia terlihat seperti sedang mencoba mengingat sesuatu, namun tidak bisa mengingatnya.     

"Luna benar-benar berbakat…" Ia menghela napas dengan penyesalan yang berpura-pura. "Sayangnya dia sudah mati."     

"Jangan berani-beraninya kau bicara tentangnya dengan lidahmu yang kotor." Xiao Tianyou akhirnya terpancing olehnya.     

"Kenapa aku tidak bisa membicarakan tentang anakku? Tidakkah kau tahu dia mewarisi lidahku yang kotor juga? Kau pun menikmatinya." Modama mengejek.     

Ekspresi Xiao Tianyou saat ini terlihat seperti seakan seseorang telah menghajarnya tepat di wajah, kerutan di alisnya terlihat semakin dalam.     

Senja dapat mengetahui bahwa Xiao Tianyo yang tidak bisa mengingat keberadaan Modama, maka ia pasti tidak dapat mengetahui hubungan di antara Modama dengan Luna.     

"Aku telah menunggumu, baru sekarang kau muncul?" Xiao Jun memotong apapun yang ingin dibocorkan oleh Modama.     

"Aku sedang bicara dengan adikmu." Modama menegur Xiao Jun. Terlihat tidak tertarik untuk berbicara dengannya. "Karena dia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi, bagiaman jika aku membantu untuk melepaskan ikatan dari ingatannya?"     

"Berhenti bicara omong kosong dan cepat selesaikan urusan kita." Xiao Jun mengeluarkan pedangnya.     

"Urusan apa? Kau telah membunuh Xiao Wang Wei untuk memancingku keluar, sekarang aku sudah disini, biarkan aku menyelesaikan obrolanku dengan adikmu yang kebingungan."     

Xiao Tianyou masih terguncang dengan pernyataan Modama, tapi dengan melihat Xiao Jun sudah siap untuk beperang dengannya, ia mengeluarkan pisaunya juga dan menyesuaikan ketenangannya.     

Tunggu…     

"Ini rencanamu sebenarnya? Untuk memancingnya keluar?" Senja menatap bergantian ke arah Xiao Jun dan Xiao Tianyou.     

"Akankah itu membuatmu puas jika aku bilang iya?" Xiao Jun memberikan Senja senyuman lebar sebelum ia kembali serius.     

Senja merasa sedikit kesal karena ia ditinggalkan dalam ketidak tahuan. Tapi, ia tidak bisa meluaokan kemarahannya sekarang ketika Xiao Tianyou dan Xiao Jun maju ke depan, siap untuk melawan pria tua itu.     

"Tetap disana!" Xiao Tianyou berteriak kepada Senja. "Aku bersungguh-sungguh." Ia menyuarakan peringatannya dengan sorot mata yang dingin untuk memastikan bahwa Senja tidak akan terlibat di dalam pertarungan.     

Di waktu yang sama, dua pria yang berada di belakang Modama juga maju ke depan, menyapa pedang Xiao Tianyou dengan pedang milik mereka sementara Xiao Jun dengan mudah menghindar dari salah satu pria yang datang ke arahnya.     

Target Xiao Jun adalah Modama, jadi Xiao Tianyou memancing kedua pria itu ke dalam pertarungan.     

Sementara, dengan adegan pertarungan yang sengit di hadapannya, Senja tidak yakin dengan apa yang ia lakukan. Membantu mereka untuk kabur dari situasi ini bukanlah pilihan karena kedua kakak beradik itu bertekad untuk membunuh Modama.     

Tapi, ketika Senja melihat Modama berterung dengan Xiao Jun, Senja merasa ia juga tidak bisa membantunya. Ilmu berpedang mereka berada di level yang berbeda sehingga Senja tidak mungkin bisa terlibat dengan sembarangan.     

Xiao Jun melawan Modama dengan ganas dan terus menerus menghindari kontak tubuh dengan Modama, sebertinya Modama sungguh tidak bisa menggunakan mata tunggalnya untuk melakukan hipnotis tanpa menyentuh targetnya.     

Senja menatap sekelilingnya dan merasa kesal karena ia tidak bisa melakukan appaun untuk membantu. Saat itu Senja merasakan perasaan aneh itu lagi, mungkin seletah bertemu lebih dari satu kali dengan mereka, akhirnya Senja bisa lebih peka dengan kehadiran mereka.     

Ia menatap pintu yang sudah jelas tidak bisa bertahan dari pukulan. Pintu itu sudah berubah dari tempat seharusnya, namun tidak ada siapapun yang muncul di pandangannya. Kemudian Senja bergeser menuju jendela dan membukanya dengan keras.     

Apa yang dilihat oleh Senja membuatnya tak bisa berkata-kata. Senja terkejut.     

Di luar, keluar dari rimbunnya pepohonan terdapat ratusan anak-anak yang berusia sekitar tujuh hingga sepuluh tahun, memegang senjata yang sama yang Senja asumsikan sudah dibaluri dengan racun.     

Jika mereka tidak bisa membunuh remaja, bagaiaman mungkin mereka bisa membunuh anak-anak? Itu sangat konyol. Modama adalah iblis dari semua iblis.     

Anak-anak itu berjalan dengan santai menuju gedung, karena mereka berada di lantai tiga, itu akan memakan waktu beberapa menut sebelum mereka berhasil menghampiri.     

"Tianyou, Xiao Jun! Ada ratusan anak-anak datang!" Senja berteriak, memberitahukan dengan panik sambil menunjuk ke arah jendela.     

Yang ia dapatkan dari aksinya itu adalah hanya tatapan sekilas dari mereka berdua, sebelum mereka melanjutkan pertarungannya.     

Ugh!     

**Baiklah! Kau memintanya lebih dulu, sekarang kau memiliki sesuatu untuk ditangani.** Senja memberitahu dirinya sendiri, tapi sesaat kemudian kedua alisnya berkerut. **Tapi, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan…!!!**     

Bagaimana mungkin aku bisa menghentikan semua anak-anak itu sendirian?     

"Kita harus pergi!" Senja berteriak lagi kepada mereka.     

Diabaikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.