Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

TENANGLAH



TENANGLAH

2"Dengarkan aku dulu!" Xiao Jun berteriak pada Senja dan menggenggam tangannya dengan erat.      0

Kali ini Senja tidak mencoba untuk melepaskan genggaman kuat Xiao Jun, tapi ia hanya menatap kembali ke mata Xiao Jun dan menggeram. "Xiao Jun, jangan pancing aku untuk menghipnotismu…"     

Itu adalah sebuah peringatan dari Senja, dengan cepat Xiao Jun melepaskan tangan Senja dan menatapnya dengan hati-hati.     

"Tapi kau tetap harus mendengarkanku dulu!" Xiao Jun meghentikan gadis itu lagi, menghalangi jalannya dari hutan dimana terakhir kali ia melihat Xiao Tianyou.     

"Sial kau!" Senja mengumpat dengan frustasi saat melihat reaksi Xiao Jun. "Adikmu diluar sana dan disini kau mencoba untuk menenangkanku!" Senja mengepalkan telapak tangannya hingga kuku-kukunya terlihat putih.     

"Dia baik-baik saja!" Xiao Jun akhirnya menggeram. Gadis bersurai ungu ini benar-benar menguji kesabarannya. Xiao Jun tidak pernah menaikkan nada suaranya kepada wanita manapun dan Senja sangat membuatnya tidak bisa berkata-kata dengan sifat keras kepalanya. "Jika sesuatu terjadi padanya, dia akan mengirimkanku sinyal!"     

"Mungkin ia terluka parah dan tidak bisa mengirimkanmu apapun!" Senja kembali berteriak.     

"Dia tidak selemah itu!" Xiao Jun terus menjawab, kali ini ia sudah kehilangan kendali. "Aku mengenal siapa adikku." Xiao Jun berkata dengan tegas.     

Senja menutup matanya, mencoba untuk menahan rasa frustasinya. "Jadi, ku anggap kau tahu dimana Xiao Tianyou?" Terdengar suara mengejek dari nada bicaranya yang bahkan tidak dimaksudkan oleh Senja.     

"Dia akan berada di titik pertemuan kita." Xiao Jun menjelaskan dan Senja menatapnya, memintanya untuk menjelaskan. "Aku mengubah arah kita ketika mereka mengejar. Tianyou pasti tetap berada di rute yang sama."     

Terjadi keheningan ketika Xiao Jun menyelesaikan penjelasan singkatnya. Senja mencoba untuk memahami kalimatnya, tapi ia tidak terlihat berbohong, sebenarnya ia cukup yakin dengan itu.     

"Dimana titik pertemuanmu?" Senja bertanya, akhirnya mengalah.     

"Ikutlah." Xiao Jun mengisyaratkan Senja untuk mengikutinya.     

Dengan enggan, Senja mengikuti Xiao Jun ke arah lain dari hutan. Ia terus menatap ke belakang, berharap Xiao Tianyou akan muncul dari pepohonan. "Kau lebih baik benar…" Senja bergumam.     

"Aku sangat benar." Xiao Jun berkata dengan tegas dan Senja mengerucutkan bibirnya karena jawaban angkuh Xiao Jun.     

Perjalanan mereka dari air terjun menuju titik pertemuan cukup jauh dan dua puluh menit perjalanan mereka diisi dengan keheningan.     

Xiao Jun berjalan di depan Senja, sesekali tatapannya memperhatikan sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain sementara Senja berjalan beberapa langkah dari belakang Xiao Jun.     

Senja terlalu kesal dan khawatir bahkan untuk mengingat bahwa ia memiliki suatu hal yang harus ditanyakan kepada Xiao Jun. Namun setelah ia merasa sedikit lebih tenang, Senja memecah keheningan mereka.     

"Xiao Jun, aku ingin bertanya sesuatu mengenai Xiao Tianyou." Senja berkata dan Xiao Jun berbalik untuk menatap Senja.     

"Aku tahu, kau akan bertanya tentang ini." Ia membalas dengan tenang.     

Terjadi keheningan lain sebelum Senja memberikan pertanyaannya. "Aku tidak akan berbasa-basi." Senja memulai dan Xiao Jun mengangguk. Ia juga sedang tidak ingin membicarakan hal yang tidak pasti juga.     

"Silahkan." Xiao Jun mempersilahkan Senja.     

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan Xiao Tianyou? Bagaiamana ia kehilangan ingatannya?"     

Xiao Jun menghela napas dalam. "Tianyou tidak hilang ingatan, Luna yang melakukannya." Xiao Jun berkata.     

Senja merasa bingung sesaat, karena Luna memiliki kemampuan untuk melakukan itu, Senja tidak mempertanyakan lagi kebenarannya tapi ada pertanyaan lain yang tertinggal. "Tapi, kenapa dia melakukannya?"     

"Aku tidak yakin dengan hal itu." Xiao Jun bergumam.     

"Kau selalu berkata bahwa kau tidak yakin dengan ini dan itu." Senja mengejek Xiao Jun dan Xiao Jun meringis karena keterusterangan Senja. "Jadi, Luna adalah anak dari pria tua itu?"     

"Ya, Luna adalah anak perempuan Modama." Xiao Jun mengangguk. "Modama adalah pengendali pikiran terakhir setelah Luna mati."     

"Dan Luna mengejar Xiao Tianyou karena itu perintah dari ayahnya?"     

""Sepertinya."     

"Sepertinya?" Senja mengulanginya saat ia merasa ada kegelisahan di nada suara Xiao Jun. Ia terlihat tidak percaya diri dengan kalimatnya sendiri.     

"Entah bagaimana, dia berubah…" Xiao Tianyou berkata dengan lambat.     

"Dan apa maksudnya itu?" Senja bertanya dengan tidak sabar, Senja benar-benar memaki Xiao Jun karena caranya menyampaikan informasi. Itu bukan hal baik untuk mengobrol dengannya. Senja merasa seperti ingin menggoyangkan tubuhnya jadi ia bisa mengeluarkan semua keseluruhan dari cerita itu langsung.     

"Sepertinya pada akhirnya Luna benar-benar jatuh cinta pada Tianyou…." Ia mengenang sesuatu yang Senja tidak bisa ketahui.     

"Ya, mereka memiliki seorang anak laki-laki…." Senja merajuk.     

Pasti ada sebuah cerita indah menyedihkan yang panjang untuk Xiao Tianyou dan Luna, jika pada akhirnya Luna mencintai Xiao Tianyou, tapi bertemu dengan akhir yang tragis.     

Namun, untuk berpikir bahwa Xiao Tianyou telah berbagi sejarah panjang bersama wanita lain, itu akan menjadi kebohongan besar jika Senja tidak merasakan apapun.     

"Atau mungkin aku salah…." Xiao Jun menambahkan dengan tersenyum saat ia melihat suasana hati Senja yang menjadi masam.     

"Ketika Luna mati, Ye Bai berada disana." Senja mengabaikan penjelasan tambahan Xiao Jun dan melanjutkan pertanyaannya. "Apa yang dilakukannya disana?"     

Ekspresi terkejut terlihat di wajah Xiao Jun sebelum ia mengendalikan ekspresinya lagi.     

"Paman Su berkata bahwa dia tidak ingin bertemu dengan Xiao Tianyou, karena jika Tianyou mengingatnya dia akan langusng dibunuh." Senja mengingat peringatan Paman Su ketika ia secara diam-diam menyelinat ke penginapan Roccaleaf Tea House.     

Kejadian itu seperti telah terjadi bertahun-tahun lalu ketika semuanya sudah berbeda sekarang.     

Bahkan, Senja tidak melihat Paman Su dimana-mana sejak Xiao Tianyou sampai di Gunung Greehill, ia pergi bersama dengan si kembar.     

Xiao Jun tetap diam dan setelah pertimbangan besar, ia berkata. "Ya, dia ada disana." Ucap Xiao Jun.     

"Apakah itu dia…?" Suara Senja melambat saat ia mengucapkan spekulasinya.     

"Apa?" Xiao Jun mengangkat kedua alisnya, tidak mengerti dengan pertanyaan Senja.     

"Kau bilang bahwa Gong Xu adalah adik Luna, jadi itu tidak mungkin jika ia membunuh kakaknya sendiri…" Senja menghentikan langkahnya dan Xiao Jun melakukan hal yang sama.     

Mereka berdua menatap satu sama lain saat kesadaran menghampirinya. "Apakah itu…." Senja menggigit bibirnya, Senja tidak ingin mengatakannya, tapi kalimat itu keluar sebelum ia bisa memikirkan mengenai itu dengan benar.     

"Apakah itu Paman Su yang membunuh istri Xiao Tianyou?" Senja mendengarkan kalimatnya sendiri dan berpikir bahwa ada kemungkinan dari dugaannya karena Paman Su telah bertindak sangat aneh di sekitar Xiao Tianyou. Ia bersembunyi dari Xiao Tianyou selama ini. "Dan aku… kau memihak padanya…"     

Senja merasakan rasa pahit di bibirnya ketika ia mengatakan kalimat itu. Luna mungkin saja bukan orang yang baik, tapi jika itu kebenarannya, menyembunyikan hal itu dari Xiao Tianyou tidak terdengar baik juga.     

Senja menyipitkan matanya saat ia menatap ekspresi Xiao Jun yang dipenuhi dengan penyesalan dan ketakutan.     

"Jadi, itu adalah dia?" Nada suara Senja lebih seperti penguatan dibandingkan sebuah pertanyaan.     

Namun, Xiao Jun menolak untuk menjawabnya. "Hal yang lebih rumit daripada itu." Ia menghindari pertanyaan sebenarnya.     

"Paman Su tidak ada di Gunung Greenhill." Senja menginformasikan. "Ia telah bergi dengan si kembar sebelum Xiao Tianyou sampai."     

"Aku tahu." Xiao Jun mengangguk. "Ia menjalankan perintahku."     

"Perintah apa?" Senja tidak bisa menahannya, tapi sangat penasaran dengan rencana Xiao Jun.     

"Sebenarnya dia ada disini."     

Senja mengerutkan alisnya. "Dia yang mengirimkan sinyal kembang api?" Senja menebak dan Xiao Jun mengangguk.     

Terjadi lagi keheningan yang terasa tidak nyaman di antara mereka sambil mereka terus melanjutkan perjalanan menuju ke titik pertemuan.     

"Apa sebenarnya rencanamu?" Senja bertanya lagi. Xiao Jun dan Xiao Tianyou tidak berbagi rencana mereka dengan membuat Senja tidak mengerti apapun dalam kekhawatiran. Itu membuatnya sangat kesal.     

"Memancing Modama dan pasukannya keluar, maka seluruh orang-orangku bisa meneruskan untuk melacak sisa dari anak-anak itu yang telah diculik oleh Klan Misty Cloud." Xiao Jun menjelaskan.     

"Jadi, kembang api itu adalah sinyal bahwa mereka sudah menemukan anak-anak itu atau telah menyelamatkannya?"     

"Mereka sudah menyelamatkannya."     

Senja mengangguk dengan penjelasan itu dan mereka terdiam lagi. Senja tidak tahu apa yang ia rasakan mengenai keterlibatan Xiao Jun dengan kematian Luna. Bagaimanapun, Luna memiliki niat jahat terhadap adiknya dan hampir menghancurkan mereka berdua berdasarkan cerita dari Qianru, jadi Luna menuai apa yang sudah ia tanam.     

Tapi, itu tidak adil untuk Xiao Tianyou. Ia telah disesatkan dengan ingatannya sendiri.     

Saat mereka berjalan, matahari mulai terbit dari timur. Secercah cahaya lewat di antara dedaunan hijau.     

Itu adalah malam yang sangat melelahkan dan menakutkan yang pernah terjadi di hidup Senja. Ia lelah dan bingung. Ada masalah mengenai Xiao Tianyou dan Paman Su, pengendali pikiran, perang dan kekuatan bercampur menjadi satu.     

Tiba-tiba Senja merasakan dejavu. Sesuatu yang tidak asing baginya, namun di waktu yang sama Senja tahu bahwa ia tidak mengetahui tentang ini.     

Senja menatap sekelilingnya dan tatapan matanya mengarah ke seluruh tempat di sekitar ia berada.     

Senja tahu tempat ini, tapi bagaimana bisa? Ini adalah pertama kalinya ia berada disini dan bisa bersumpah untuk hal itu.     

Tapi, kedua kakinya berkata lain. Senja berhenti berjalan. ia tahu jalanan ini. ia telah melihatnya.     

"Apa yang terjadi?" Xiao Jun berhenti berjalan dan menilai kebingungan yang ada di ekspresi wajah Senja. "Ada yang tidak beres?"     

Xiao Jun mengikuti tatapan mata Senja dan juga melihat ke sekelilingnya melalui rimbun pepohonan yang mengelilingi mereka. Tapi, ia tidak menemukan apapun.     

Secara tiba-tiba Senja berjalan ke sisi kanannya. Menjauh dari rute yang mereka tuju dan perlahan mulai berlari.     

"Senja!" Xiao Jun yang melihat Senja pergi begitu saja berteriak memanggil Senja dan mulai berlari mengikutinya juga.     

Dengan langkah kakinya yang panjang dan kecepatannya dalam berlari, dalam seketika Xiao Jun telah lari di sebelah Senja. Xiao Jun meraih bahu gadis itu untuk memaksanya berhenti. Mereka berlari ke arah yang berbeda dari titik pertemuan yang seharusnya.     

"Berhenti! Ada apa?" Xiao Jun merasa bingung.     

"Aku tahu tempat ini…." Senja berkata, terlihat sangat gelisah, tapi pikirannya berada di tempat yang berbeda. "Aku telah melihatnya…"     

"Apa maksudmu dari ucapanmu?"     

Senja tahu bahwa ia telah melihatnya.     

Tempat ini…     

Perasaan yang ia rasakan ini…     

Kedua kakinya membawa Senja menjauh dari arah mereka yang seharusnya dan Senja tidak bisa menahannya namun berlari semakin cepat, lebih cepat dari yang pernah ia lakukan dan jantungnya berdetak dengan keras di dalam tulang rusuknya.     

Matahari telah terbit di langit dan tempat yang terbuka mulai dapat terlihat di hadapan Senja. Hanya beberapa baris pohon lagi maka Senja dapat melihatnya.     

Kakinya terasa sangat sakit tapi ia tidak bisa berhenti. Senja terus melangkahkan kakinya tanpa henti, hampir terjatuh beberapa kali, tapi ia tetap tidak berhenti.     

Sementara, Xiao Jun yang berlari di belakangnya tidak lagi mencoba untuk menghentikan gadis itu, melihat ketergesaan di kedua sorot matanya, itu pasti adalah sesuatu yang penting, walaupun Xiao Jun tidak memahami situasi sekarang ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.