Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

SANGAT TAKUT



SANGAT TAKUT

0Senja menelan liurnya dengan sangat sulit dan menurunkan tangannya yang menghalangi kepala hanya untuk melihat pria yang sama yang ingin menusuknya tadi telah mati dengan kondisi mengenaskan.     
0

Sebuah pedang tersangkut di lehernya, menembus dari tengkuknya ke sisi lain di lehernya. Pemandangan itu benar-benar mengerikan di mata Senja.     

Senja menutup mulutnya untuk meredam teriakan yang siap untuk keluar dari pita suaranya. Kepalanya dengan segera menghadap ke Xiao Tianyou yang masih menatap musuhnya tanpa sebuah pedang.     

Xiao Tianyou telah melempar pedangnya tanpa berpikir dua kali ketika ia melihat kondisi menyulitkan yang Senja alami dan mempertaruhkan dirinya sendiri untuk bertarung tanpa senjata.     

Senja yang melihat Xiao Tianyou berkelahi dengan tangan kosong mengetahui bahwa ia harus mengembalikan pedang itu kepada Xiao Tianyou. Ia belum tahu bagaimana caranya mengantarkan pedang, tapi hal pertama yang harus ia lakukan adalah menarik pedang itu dari leher pria ini.     

Dengan pikiran bahwa ia harus mendekat ke tubuh yang telah mati itu, tubuh Senja gemetar. Itu cukup menakutkan untuk melihat kondisinya dari samping tidak perlu menyebutkan Senja harus mendekatinya dan menarik pedang itu dari lehernya yang berdarah-darah, bahkan saat ini, darah masih mengalir keluar dari lukanya yang terbuka…     

Itu sangat membuatnya tertekan! Bahkan menyebutkan semua makanan favoritnya tidak membantu sama sekali. Tapi, mengingat Xiao Tianyou yang dapat terluka karena ia berkelahi dengan tangan kosong dan itu karena untuk menolongnya. Senja menggertakkan gigi dan menguatkan hatinya.     

Itu seperti menarik garpu dari ayam panggang! Senja meyakinkan dirinya. Tapi, dari sisi manapun pria mati itu tidak terlihat seperti ayam sama sekali.     

Ugh! Aku tidak mau makan ayam lagi! Senja meratap di dalam hatinya ketika ia menjatuhkan jubah yang ia kenakan dan mendorong dirinya dari tahan untuk merangkak dengan tangan dan kakinya dan menghampiri pria itu.     

Senja bersumpah, ia tidak bernah melihat sesuatu yang lebih mengerikan dari ini. Dengan tangan yang bergetar, Senja memegang gagang pedang yang menancap di tengkuk pria itu.     

Air mata telah menggenang di ujung mata Senja. Ia menggigit bibirnya, tapi tidak dapat merasakan sakitnya. Ketakutannya sangat menguasai. Terlebih lagi ketika ia menggerakkan pedang itu sedikit dan tubuh yang telah mati itu tersentak bersamaan dengan semburan darah yang keluar lagi.     

"Aarrggghh!" Senja sangat merasa ngeri dengan tubuh mati yang tersentak itu.     

Huhuhu..... aku ingin pulang ke rumah!     

Xiao Tianyou merasa waspada lagi ketika ia mendengar Senja berteriak dan ia melihat Senja yang sedang gemetar dalam usahanya untuk menarik pedang miliknya. Xiao Tianyou hanya melihat bagian belakang tubuh Senja, tapi itu cukup untuk mengetahui betapa ketakutannya ia saat ini.     

Meskipun begitu, gadis dengan rambut berwarna ungu itu tetap memaksa dirinya untuk menarik pedang itu. Xiao Tianyou hampir dapat mendengar isakan tangisnya yang lembut di antara suara dentuman pedang.     

"Aku tidak bisa menarik pedangnya!" Senja mengomel dengan gelisah kepada dirinya sendiri. Apapun itu entah karena tangannya yang bergetar dengan sangat hebat atau karena pedang itu menancap terlalu dalam, tidak peduli seberapa besar kekuatan yang ia gunakan pedang itu tidak bergerak sedikitpun. Itu membuatnya kesal!     

Tidak ada jawaban dari Xiao Tianyou. Tapi meskipun demikian, Senja masih mencoba dan tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekap pinggangnya. Senja merasa kaget dan menggeliatkan tubuhnya untuk melepskan diri dari lengan kuat orang asing ini hingga ia mendengar orang yang memegangya itu bicara dan dengan seketika membuat Senja menghentikan usahanya untuk melawan.     

"Lupakan itu." Xiao Tianyou menarik Senja ke dalam dekapannya lagi dan menarik pedang miliknya tanpa kesulitan dalam satu gerakan.     

Dengan merasakan lengan Xiao Tianyou yang kini melingkar di pinggangnya, ketegangan Senja akhirnya sedikit menghilang. Xaio Tinayou dapat merasakan tubuh gadis ini yang sangat gemetar di bawah dekapannya, namun ia tidak mengatakan apapun kecuali memeluk tubuhnya semakin erat.     

Pria yang memegang sebuah cambuk sepertinya adalah pemimpin mereka karena semua laki-laki lain yang mengenakan jubah merah mencoba untuk selalu melindunginya setiap kali Xiao Tianyou berhasil mendekatinya.     

Pertempuran ini tidak terlihat seperti akan segera berakhir.     

Tepat pada saat itu, perhatian mereka semua teralihkan kepada salah satu gerbong yang berada tidak jauh dari mereka. Tidak tahu apa yang telah mereka lakukan sampai gerbong itu bisa terbakar. Kuda-kuda yang terikat pada gerbong itu terlihat mulai mengamuk.     

Kuda-kuda itu berlarian dan mengangkat kaki bagian depan mereka dalam usahanya melepaskan diri dari kaitan gerbong untuk mengindari api.     

"Ada banyak anak-anak di dalam." Senja berkata dengan lembut.     

Perasaan dari semua anak-anak di dalam gerbong yang terbakar itu membanjiri perasaan Senja, ia merasa seakan dirinyalah yang sedang terbakar. Hal ini membuatnya merasa tercekik.     

Xiao Tinayou yang tidak mengetahui tentang apa yang Senja rasakan hanya berasumsi bahwa gadis ini hanya terkejut dari percobaan pembunuhan sebelumnya, itulah kenapa ia terlihat pucat.     

Sebenarnya, Senja tidak selemah itu. Ia masih bisa menahan diri jika tidak ada perasaan negative yang menghantui perasaannya sendiri. Emosi yang sangat intens ini dari orang lain telah menyedot energinya hingga seakan telah habis. Senja tidak akan pernah terbiasa dengan hal ini.     

Xiao Tianyou melompat sangat tinggi dan cepat bersama Senja, dan kemudian mereka mendarat di dekat gerbong yang terbakar itu. Xiao Tianyou mengangkat pedangnya yang membelah pengait yang mengikat para kuda. Setelah itu, kuda-kuda yang berjumlah banyak itu berlari menyebar ke segala arah, meninggalkan gerbong yang terbakar itu.     

Senja menggeliatkan tubuhnya dan berusaha melepaskan diri dari dekapan Xiao Tianyou, tapi pria itu tidak melepaskannya. "Aku akan mecoba untuk membuka gerbongnya." Senja memberitahu Xiao Tianyou tujuannya. Disamping dari perasaan beratnya, ia tidak bisa hanya berdiri di sisi lain dan membiarkan api itu membakar anak-anak yang ada di dalam gerbong, kan? Sekarang, Senja bahkan bisa mendengar suara tangisan dari para anak-anak kecil dari dalamnya.     

Namun, setelah penjelasan singkat Senja, Xiao Tianyou masih tidak melepaskannya. Xiao Tianyou berjalan ke pintu gerbong dan mendekap Senja sedikit ke belakang tubuhnya dan ia membelah gembok di pintu itu.     

Dalam sekali gerakan, gembok itu berhasil terbelah dua dan pintunya terbuka.     

Di dalam gerbong ada sekitar sepuluh anak. Mereka semua berkumpul bersama di ujung gerbong sambil memeluk satu sama lain dan menangis.     

Dan disanalah dia. Seorang anak dari penglihatan keduanya dengan darah yang mengalir dari dahinya, mungkin ia terbentur sesuatu di dalam gerbong ketika kuda-kuda tadi mengamuk untuk melepaskan diri. Anak itu terlihat pucat, pakaiannya yang compang-camping membungkus tubuhnya yang kecil.     

Dan dua hal terjadi hampir dengan serentak. Xiao Tianyou menarik Senja untuk menyingkir dan sebuah cambuk menyentuh tanah dimana Senja berdiri sebelumnya.     

"Tetap disini." Xiao Tianyou memperingatkan Senja sambil bergerak maju untuk menghadapi pria bercambuk yang memakai jubah berwarna merah dan ditinggalkan oleh Xiao Tianyou sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.