Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

HARUSKAH KUBUAT SUASANANYA SEMAKIN MENARIK?



HARUSKAH KUBUAT SUASANANYA SEMAKIN MENARIK?

0Namun, Senja berpikir bahwa satu tamparan tidak cukup untuk Sana, maka ia memberikannya satu tamparan lagi di pipi kanan dengan kekuatan yang sama besar. Sekarang kedua tangannya terasa mati rasa, namun hatinya merasa puas karena melihat Sana tersandung ke belakang dan dengan suara keras ia terjatuh duduk.     
0

Melihat Senja sedang menyerang keponakannya, Ketua Mo akhirnya mengumpulkan kesadarannya dan dengan instingnya ia berlari mendekat ke arah Senja untuk mencegahnya memberikan serangan lain kepada Sana.     

Namun, ketika Ketua Mo mendekat ke arah Senja, Tetua Dam menarik Senja dengan cepat dan menyembunyikannya di balik tubuhnya sendiri sedangkan tangannya dengan secara tidak sadar mengambil pedangnya, siap untuk berperang.     

Dengan perlindungan dari Tetua Dam sekarang, Ketua Mo tidak melakukan pergerakan lain, akan menjadi masalah besar jika melawan pria tua ini.     

Sana yang terduduk di lantai menatap kosong ke arah Senja, yang sedang dilindungi oleh Tetua Dam di balik tubuhnya, dengan ekspresi yang tak dapat percaya dan saat dengan cepat mengedipkan kelopak matanya. Terlihat air mata terjatuh di pipi merahnya, namun, itu adalah air mata sungguhan bukan air mata yang ia rencanakan. Kepalanya terasa hampir terbelah dua karena rasa sakit yang berlebihan di pipinya.     

Ia mengetahui bahwa Senja akan dengan kuat menentang ceritanya, tapi ia tidak pernah mengira Senja akan menamparnya secara langsung. Dan itu dilakukannya sebanyak dua kali.     

"Tetua Dam! Beginikah cara cucu perempuanmu berperilaku kepada seseorang yang telah menolongnya?!" Ketua Mo menggeram karena marah. "Pasti ada sesuatu yang salah dengannya!"     

"Ya! Pasti ada sesuatu yang salah dengannya!" Tetua Dam menyetujui, tapi ia menunjukkan jarinya kepada Sana yang sedang duduk terdiam di lantai.     

"Kau benar-benar sudah dibutakan oleh cucumu!" Ketua Momerasa sangat marah hingga pembuluh darah terlihat muncul di pelipisnya. Ia tidak peduli lagi dengan status mereka dan dengan langsung mengeluarkan pedangnya dari dalam sarungan.     

Di waktu yang bersamaan, Xiao Tianyou dengan terburu-buru melesat ke antara Tetua Dam dan Ketua Mo, ia memposisikan dirinya ke tengah-tengah 2 orang tua itu dengan mata lebar yang terlihat khawatir namun sikap tenangnya tetap tidak berubah.     

Tetua Dam juga melakukan hal yang sama, namun sebelum salah satu dari mereka bertukar serangan dan membuat ruangan itu menjadi medan perang, Xiao Tianyou memegang tangan Tetua Dam yang sedang memegang pedang dan menatap tajam ke arah Ketua Mo.     

"Mundur!!" Xiao Tianyou terlihat mengamuk, sosoknya terlihat sangat berkuasa saat ini. Ia berdiri tegak di antara orang-orang tua itu tanpa kehilangan aura berkuasanya. Jika kemarahan yang ia tunjukkan kepada Sana terakhir kali masih belum hilang dari dari titik terdalam dalam dirinya, maka kali ini ia benar-benar terlihat siap untuk mengamuk kapan saja. Reaksi kuat dari Xiao Tianyou membuat Tetua Dam dan Ketua Mo menghentikan aksinya.     

Ketua Mo mengatupkan rahangnya tapi tidak membuat pergerakan lebih lanjut. Sebenarnya Sana bukanlah keponakan favoritnya, ia tidak terlalu peduli dengannya, tapi melihat seseorang menamparnya ketika ia berada disana itu benar-benar memalukan untuknya.     

Xiao Wu Xie melangkah maju untuk menarik Ketua Mo menyingkir sambil ia dengan enggan menurunkan pedangnya dan mengepalkan telapak tangannya dengan kuat.     

Meliha Ketua Mo telah mundur, Tetua Dam dengan bijak tidak membuat kehebohan lain dan menyingkirkan pedangnya juga. Dibelakangnya, Senja merasa sakit kepala dengan suasana yang terasa lebih kuat dari sebelumnya. Ia sampai tidak bisa lagi menghitung sudah berapa kali ornag-orang menunjukkan pedang ke arahnya.     

Ketika ketegangan sudah sedikit memudar, Xiao Wu Xie berkata dengan sopan, "Nona Muda Senja, jika ada sesuatu yang membuatmu merasa tidak puas terhadap Nona Muda Sana, kau bisa membicarakannya. Untuk benar-benar menamparnya itu tidak benar, kan? Bukan begitu?"     

"Tidak. Itu adalah cara terbaik untuk mendidiknya." Senja membalas. Ia benar-benar ingin memberikan pelajaran untuk perempuan ini bagaimana cara untuk membuat rencana yang bagus daripada berputar-putar memamerkan kebodohannya.     

"Kau!!" Ketua Mo menggeram tapi Xiao Wu Xie menariknya mundur. "Kau benar-benar mengerti bagaimana cara berbicara!"     

"Aku telah berkeliling di Kota ini selama satu minggu terakhir ini. Jika bukan karena keponakanmu yang datang untuk mencari masalah kemarin malam, apa kau benar-benar berpikir bahwa seseorang akan mengenaliku?!" Senja mengatakan itu dengan nada meledek. "Menolongku? Apakah itu bahkan masuk akal? Keponakanmu tidak memiliki hati semulia itu!"     

Xiao Tianyou melirik diam-diam ke arah Senja. Gadis ini benar-benar tahu bagaimana untuk memprovokasi orang lain…     

"Senja, katakana pada Kakek apa yang sebenarnya terjadi malam tadi?" Tetua Dam masih melindungi Senja yang ada di belakangnya tanpa lengah.     

Senja mengingat-ingat kembali kejadian yang terjadi semalam, wajah Tetua Dam dan Ketua Mo menjadi semakin muram. Senja tidak harus menyembunyikan appaun, ia hanya dengan sederhana memberitahukan mereka kebenarannya kecuali mengenai masalah rumah bordil tentunya. Ia berkata bahwa ia pergi keluar, karena merasa bosan itulah mengapa ia membawa Yoda bersamanya untuk melindunginya. Ia juga tidak melakukan kesalahan apapun.     

"Sana! Berdiri!" Ketua Mo membentak Sana yang masih terduduk di lantai, "Sampai kapan kau akan duduk disana?! Bangun dan jelaskan yang sebenarnya!" Ia merasa sengat kecewa dengan keponakannya sendiri.     

Debar jantung Sana terasa semakin cepat tapi ia tetap berusaha untuk menenangkan diri dan berdiri sambil merapikan gaunnya. Ia berjalan maju dengan sempoyongan dan berdidiri di hadapan Ketua Mo yang sedang marah, "… Aku mengatakan yang sebenarnya… Aku datang setelah para penduduk mengenalinya dan membawanya pergi dengan kereta kudaku." Sana berkata dengan jantung yang berdebar-debar.     

Situasi ini tidak berjalan sesuai rencananya, tapi kenyataan bahwa ia telah menyogok semua penjaga dan pelayang yang terlibat malam itu, membuatnya sedikit lega. Mereka akan menjamin kebenaran ceritaku dan tidak ada satu orangpun yang akan berani berkata sebaliknya.     

"Kau mendengarnya?! Dia datang setelah para penduduk itu mengenali Senja, bukan sebelum itu dan membuat masalah." Ketua Mo menyuarakan rasa protesnya.     

"Nona Muda Sana, apa kau memiliki cara untuk membuktikan kebenaran ceritamu?" Xiao Wu Xie bertanya kepada Sana dengan sopan.     

Sesungguhnya semua orang di dalam ruangan itu tidak melihat masalah ini sebagai sesuatu yang serius, mereka hanya terkejut karena identitas Senja telah terbongkar di kalangan masyarakat. Namun cepat atau lambat oang-orang juga akan mengetahui hal itu, hanya saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membiarkan mereka tahu. Tidak ketika mereka memiliki masalah serius untuk ditangani.     

Karena itu, ketika semua orang telah berkumpul dan mereka tidak memperkirakan bahwa perkembangan situasinya akan menjadi seperti ini sampai membuat Tetua Dam dan Ketua Mo menghunuskan pedang mereka ke wajah satu sama lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.