Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

MENGACAUKAN PIKIRANMU



MENGACAUKAN PIKIRANMU

2"Nona Senja, aku perlu izin untuk meninggalkan posku."     0

"Kau memanggilku apa?" Senja menyipitkan matanya, bertanya- tanya.     

"Nona Sonja." Yoda terlihat kesal. Baru- baru ini berita tentang Senja sebagai cucu yang hilang dari mantan Panglima Dam yang tangguh tersebar di kalangan tentara. Hingga saat ini Yoda terus bergidik setiap teringat bagaimana sikapnya terhadap Senja.     

Untuk orang miskin dan tidak penting seperti dia, satu kata keluhan dari Senja akan menjadi hukuman berat baginya.     

"Kita tidak bertemu selama beberapa hari dan Kau berubah drastis? Apa yang terjadi, nak?"     

Yoda tidak tahu mengapa Senja memanggilnya dengan kata 'nak', dia jelas lebih tua darinya, tetapi tidak peduli apa keluhannya, Yoda tidak punya nyali untuk mengeluh.     

"Maafkan aku." Yoda lalu berlutut di tanah dan menundukkan kepalanya.     

Para prajurit yang lewat melihat ke arah mereka dan berpikir bahwa Yoda telah menyinggung Nona Muda dari klan pedang hitam. Ekspresi mereka berubah menjadi simpatik.     

Senja meringis. Apakah dia tidak melebih- lebihkan? Dia tidak melakukan apapun atau mengatakan sesuatu yang jahat.     

"Berdiri sekarang."     

Yoda masih berlutut terpaku di tanah. Bahkan tidak bergerak satu inci pun.     

"Kau akan berdiri sendiri atau Kau membutuhkan aku untuk memaksamu berdiri?" Ucap Senja dingin dengan nada mengancam.     

Tiba- tiba Yoda berdiri tapi tidak mengangkat kepalanya. "Ikuti aku ke istal dan ajari aku cara menunggang kuda." Senja tidak lagi meminta kesediaan Yoda untuk mengajarinya tetapi langsung memberi perintah.     

Jika Kau ingin aku bertindak sebagai tuanmu, baiklah, aku akan bertindak seperti itu.     

"Baik." Yoda menangkupkan tangannya dengan sikap hormat dan menjawab dengan lemah.     

Senja dengan angkuh berjalan di depan sementara Yoda mengikuti di belakangnya tanpa mengatakan apapun.     

Senja beru menyadari kalau memiliki kekuatan dan otoritas akan semenyenangkan ini. Sekarang dia tahu betapa terkenalnya 'Senja' dan karena Yoda bertindak seperti itu, dia bisa membayangkan betapa orang- orang menghormati 'Senja'.     

Di kandang kuda.     

Ada banyak kuda yang tersedia tetapi, beberapa kuda itu milik orang penting, seperti yang dikatakan Yoda padanya, lebih baik memiliki kudanya sendiri.     

Sama seperti manusia, kuda akan setia kepada tuannya yang mampu menjinakkannya. Oleh karena itu, jika Kau akan mengambil kuda orang lain, hasilnya tidak akan terlalu memuaskan, kuda itu tidak akan mendengarkanmu atau Kau tidak akan memiliki kemampuan untuk mengendalikannya sepenuhnya.     

Itu adalah teori tapi tentu saja itu cerita yang dilebih- lebihkan Yoda untuk mengubah pikiran Senja. Apapun itu, dia tidak dapat menanggung akibatnya jika sesuatu yang buruk terjadi selama dia berlatih.     

Belum lagi ini bukan perintah resmi.     

"Jangan terlalu banyak berpikir, aku hanya akan berlatih. Aku tidak butuh kesetiaan mereka." Senja berjalan di antara kandang kuda. Dia tidak tahu apa- apa tentang kuda sehingga dia tidak tahu bagaimana memilihnya.     

"Nona Senja, sebenarnya kau tidak perlu latihan. Mereka akan memberimu kereta jika kau ingin bepergian." Yoda berusaha mengejarnya.     

Senja berbalik dan menendang kaki Yoda dengan sangat keras sampai dia berteriak kesakitan.     

"Nona?! Teruslah bicara seperti itu dan aku akan menghajarmu sampai hitam dan biru!" Senja meraung dengan tangan di pinggul.     

Dia melihat ke bawah, ke Yoda yang sedang berjongkok di depannya sambil memegang kaki kirinya. "Aku bisa mengerti jika Kau mencoba untuk bersikap sopan di depan orang lain. Tapi tidak ada orang di sini! Jadi, hentikan aktingmu yang tidak masuk akal! Kau memanggilku 'Nona' membuatku merinding."     

"Nona Senja tolong, jangan menyulitkanku." Yoda berlutut lagi dengan ekspresi kesal.     

"Oh, benar! Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu." Senja berjongkok sambil mengucapkan kata- kata itu. Dilihat dari sekelilingnya, dia tahu hanya ada mereka berdua di istal, dan kemudian Senja melanjutkan. "Apakah pangeran kedua menanyakan sesuatu padamu?"     

Reaksi tubuh Yoda menjawabnya. Tubuh Yoda menegang setelah mendengar pertanyaan Senja.     

"Hal apa yang dia tanyakan padamu?"     

"Nona… Nona Sonja." Yoda tergagap.     

Senja menghela nafas berat. "Sekarang, hanya ada kita berdua. Bisakah kau berhenti menjadi orang yang menyebalkan? "     

Yoda menyipitkan matanya dan dia bisa melihat dengan jelas tatapan kesal di dalam mata Senja saat melihat sikapnya.     

Kini, gadis itu sedang duduk di atas tumpukan jerami. "Nona Senja, aku…" Yoda baru saja memulai tapi Senja sudah memotong kalimatnya.     

"Bisakah kau memperlakukanku seperti sebelumnya? Kau adalah temanku dan aku tidak ingin temanku berlutut dihadapanku."katanya dengan ekspresi cemberut.     

Memandang Senja dengan sikapnya yang seperti ini dan aura di sekitarnya membuat Yoda sedikit rileks. Dia duduk di tanah dan menghela nafas, "Ya, dia menanyakan beberapa pertanyaan padaku beberapa hari setelah kita tiba."     

"Pertanyaan apa?"     

"Dia bertanya tentang malam itu. Mengapa aku tidak mengikuti perintah Letnan Utara jadi, aku menjawab yang sebenarnya dan mengatakan kepadanya tentang batu yang Kau cari."     

"Siapa lagi yang hadir ketika Kau membicarakan ini? "     

"Hanya ada Komandan Xiao dan Letnan Utara saat itu."     

"Dan apa lagi yang kau katakan kepada mereka?"     

"Hanya itu."     

"Apakah kau..." Senja ragu- ragu untuk beberapa saat sebelum dia memutuskan dan menanyakan pertanyaannya. "Apakah Kau memberi tahu mereka tentang bagaimana aku membantumu ketika tentara Zodasian menikammu?"     

Mata Yoda membesar karena ketakutan, dia merangkak mundur beberapa langkah sebelum bertanya dengan suara terbata- bata. "Kau… kau benar- benar mengakuinya sekarang? Bahwa Kau… Kau adalah pengendali pikiran? "     

"Pengendali pikiran? Kurasa itu bukan istilah yang tepat. Hipnotis."     

"Itu sama."     

Senja mengerutkan alisnya dan menyerah. Dia tidak akan membuang energinya untuk masalah ini. "Jadi, kau memberitahu mereka?"     

"Kalau kau adalah pengendali pikiran?"     

"Aku lebih suka istilah hipnotis"     

"Jadi, benar?"     

"…" Mengapa dia bersikeras untuk menjadikanku pengendali pikiran? "Dengar. Aku dapat menghipnotis orang untuk waktu yang singkat tetapi tidak dapat mengontrol pikiran mereka. Itu adalah 2 hal yang berbeda dan aku tidak bisa menggunakannya sembarangan. Butuh banyak energi untuk melakukan itu."     

"Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan dapat melihat pengendali pikiran dalam hidupku!" Dia berseru dengan penuh semangat dan ekspresi ketakutan Yoda berangsur- angsur berubah.     

Senja jelas tahu bagaimana perasaan Yoda terhadapnya. Kemudian dia merasa sakit kepala karena antusias Yoda yang tiba- tiba.     

"Bisakah kau melakukannya sekarang?"     

"Melakukan apa?" Tanya Senja merasa kesal.     

"Itu, mengendalikan pikiran." Bahkan kata- katanya penuh dengan antusiasme.     

Senja meringis mendengar cara dia mengucapkan kalimatnya.     

Dia sepertinya tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Bukan mengendalikan pikiran tapi hipnotis, oke?     

Senja bersandar ke tiang kayu di belakangnya dan menyilangkan lengannya dengan malas sambil menatap Yoda dan berkata dengan nada mengancam. "Kau ingin aku mengacaukan pikiranmu?" senyum tipis di bibirnya, membuat Senja terlihat berbahaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.