Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

KESALAHPAHAMAN INI SEMAKIN MENJADI-JADI



KESALAHPAHAMAN INI SEMAKIN MENJADI-JADI

2"Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?" Tetua Dam mengulang kembali pertanyaannya ketika ia sampai di dekat mereka. Ia merasa senang melihat Senja yang sekarang dapat berbaur dan berbicara pada orang lain. Karena sebelumnya ia adalah orang yang sangat menutup diri bahkan terhadap anggota keluarganya sendiri.      2

"Dia sedang memberitahuku apa yang saat ini dia rasakan."     

"Benarkah?"Tetua Dam terlihat bersemangat. "Sangat jarang baginya untuk memberitahukan apa yang sedang ia rasakan."     

"Ya, aku sendiri merasa sangat terkejut karena ia sangat terbuka." Ucapnya dengan sikap rendah hati.     

"Aku harap dia tidak mengganggumu dengan keluhannya. Dia adalah gadis yang masih kecil." Tetua Dam mengira mungkin saja Senja mengeluhkan tentang rasa tidak puasnya karena ia berada di lingkungan komplek militer ini. Terkadang, tetua Dam merasakan suasana hatinya yang berantakan karena tidak ada hal apapun yang dapat menghiburnya disini ketika ia sering berada jauh darinya.     

"Tidak, aku senang mendengarnya. Merupakan sebuah kehormatan untukku."     

"Aku senang bila Pangeran Xiao tidak keberatan." Senja menyembunyikan kenyataan sebenarnya dengan senyuman palsu. Kehormatan? Dasar laki-laki munafik.     

Tetua Dam menganggukan kepalanya menandakan bahwa ia mengerti dan bertanya dengan penasaran. "Apa yang dia curhatkan kepadamu?" Tentu saja ia ingin tahu apa yang dirasakan oleh cucu perempuan yang sangat ia sayangi.     

"Dia mengatakan…" Xiao Tianyou berhenti bicara sejenak untuk memberikan senja senyuman lembut. Tepat pada saat itu, Senja merasakan sesuatu yang tidak beres dengan senyumannya, dan perasaannya itu terbukti benar.     

Suara serak Xiao Tianyou terdengar sangat jelas ketika ia melanjutkan. "Dia berpikir bahwa aku adalah laki-laki yang tampan. Itu sangat mengejutkan sehingga membuatku merasa tersipu. Namun, kuharap Nona Senja bisa menahan dirinya, orang-orang bisa menjadi salah paham bila mendengar ini."     

Sebuah keheningan yang terasa canggung muncul begitu saja setelah Xiao Tianyou mengatakan hal yang terdengar sangat sederhana itu.Raut wajahnya tetap tidak berubah, terlihat begitu tenang seperti biasanya.     

Namun ekspresi wajah tetua Dam berubah menjadi masam, ia menatap senja dengan pancaran rasa tidak percaya dan mulut yang menganga.     

Kalimat itu dapat dianggap sebagai kata-kata yang bersifat menggoda terlebih lagi, kenyataan bahwa Xiao Tianyou adalah tunangan kakak perempuannya. Tentu saja tetuaDam tidak bisa memahami arti dari hal ini, sejak kapan cucunya memiliki perasaan lebih terhadap pangeran kedua, mereka baru bertemu lagibeberapa waktu lalu.     

Ekspresi wajah Senja tidak terlihat lebih baik dari tetua Dam, ia memutar balikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Xiao Tianyou. Bagaimana bisa ada seseorangsangat tidak tahu malu seperti pria ini? Rasa tidak tahu malunya benar-benar berada di tingkat yang berbeda! Tidak, sebenanya ia memang mengatakan itu… tapi, bagaimana bisa penafsirannya menjadi salah diartikan?     

Senja ingin menyangkal namun tetua Dam memotong kata-kata Senja bahkan sebelum ia sempat mengucapkannya.     

"Apa yang membawamu kesini, Nak?" Memang terdengar seperti tidak ada yang salah dengan suara dan ketenangannya. Tapi Senja sangat tahu bahwa tetua Dam sedang berusaha untuk menahan kegelisahannya.     

"… Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu, Kakek." Jawab Senja sambil menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihannya.     

"Baiklah. Ayo bicara. Kakek juga ingin mengobrol denganmu, Nak." Kemudian ia menghindarkan tatapannya pada Xiao Tianyou.     

"Pangeran kedua, bagaimana kalau kita bicara besok saja?"     

"Baiklah. Tak masalah." Ia tersenyum dan menganggukan kepalanya dengan lembut sebelum berbalik ke arah yang berbeda.     

Senja menatap sosoknya yang perlahan menghilang dengan tatapan kosong.Pria itu memfitnahnya dan kemudian pergi begitu saja? Meninggalkannya sendirian untuk membereskan masalah yang ia sebabkan.     

"Senja, ayo bicara di dalam." Ia menuntun tangan Senja dan membawanya masuk ke ruangannya.     

Di dalam ruangan itu, mereka berdua duduk saling menghadap satu sama lain. Tetua Dam menghembuskan napas berat dan menyandarkan tubuhnya di kursi.     

"Nak…"     

"Kakek, maksudku bukan seperti itu. Dia menyiratkan arti yang salah terhadap perkataanku."     

Tetua Dam menangkap kalimat itu sambil menyipitkan kedua matanya. "Kau mengakui bahwa kau mengatakan itu?"     

Oh tidak!     

Ia memang benar-benar mengatakan hal itu, namun sekarang, bukanlah waktu yang tepat untuk berkata jujur. Ia hanya menyampaikan hal itu dengan santai sebelumnya, lagipula, itu hanyalah kalimat umum yang tidak memiliki arti khusus dalam hidupnya. Tidak ada alasan atau perasaan khusus ketika Senja mengatakan itu.     

Ia mengaguminya dan pria itu memang tampan, namun itu bukan berarti ia akan mengejarnya. Itu adalah kesalahan besar. Ia hanya menghargai keindahan.     

"Senja, Kakek tidak tahu sejak kapan kau mulai memiliki perasaan lebih terhadapnya. Tapi Kakek memintamu untuk menghentikan itu.Ia akan segera menjadi Kakak iparmu." Ucapnya dengan tatapan mata yang terlihat penuh kesukaran. Ia tidak ingin mengecewakan Senja, namun kenyataan tetaplah kenyataan, Xiao Tianyou telah bertunangan dengan Kakaknya.     

"Kakek, itu hanyalah sebuah pujian. Aku tidak bermaksud apa-apa." Ia menatap wajah kakeknya dengan tulus.     

"Senja, tidak baik untuk memuji lelaki dewasa sepertinya, itu akan menyampaikan kesan yang salah." Ia menegurnya dengan lembut lalu menatap senja dengan semangat. "Bila bukan karena kau menghilang kala itu, sekarang mungkin Kakakmu dan pangeran kedua telah menikah.Kakek menunda pesta pernikahan mereka karena Kakek ingin berkonsentrasi untuk mencarimu. Namun sekarang karena kau telah berada disini, Kakek dapat melanjutkan rencana mereka sebelumnya."     

Ya. Uruslah pernikahan mereka secepatnya. Aku sama sekali tak keberatan.     

Tetua Dam berpindah duduk ke samping Senja dan menggenggam tangannya dengan telapak tangan kemudian menatap Senja dengan penuh rasa simpati. "Nak, kenapa kau tidak memberitahu Kakek bila kau memiliki perasaan semacam itu terhadapnya?"     

Sudut bibir Senja berkedut. Kesalahpahaman ini semakin menjadi-jadi.     

"Kakek, bagaimana aku bisa memiliki perasaan sebesar itu untuknya dalam jangka waktu yang sangat singkat? Kau telah salah paham denganku."Kakek menanggapinya dengan terlalu serius, Senja tidak dapat mengira bahwa pujian sederhananya dapat menyebabkan masalah yang sebesar ini.     

"Aku juga berpikiran yang sama, tapi mungkin kau telah memiliki perasaan itu untuknya dalam waktu yang lama. Maksud Kakek, waktu ketika sebelum kau diculik. Walaupun kau kehilangan ingatanmu, tapi perasaan itu masih tersisa."     

Hilangnya ingatan Senja kembali dijadikan sebuah alasan. Rasanya benar-benar ingin menangis!     

Enyah kau Xiao Tianyou!     

"Kakek, tolong percayalah padaku. Aku tidak memiliki perhatian semacam itu. Itu hanya sebuah pujian sederhana." Senja berkata dengan nada suara yang setengah memohon.     

"Baguslah kalau memang begitu kenyataannya." Walaupun ia berkata begitu namun jauh di dalam hatinya, ia masih meragukan kata-kata Senja. "Tapi, biarkan Kakek tahu jika kau benar memiliki maksud seperti itu terhadapnya. Lagipula dia memang laki-laki sempurna yang dapat mengangkat harapanku.Akan sangat disayangkan kalau ia menikah hanya karena rasa terima kasih."Tetua Dam menghembuskan napasnya dengan berat.     

"Karena rasa terima kasih?" Senja memiringkan kepalanya dan terlihat penasaran. Ia mencium bau sebuah gosip disini.     

"Ya.." Tetua Dam menganggukkan kepalanya memulai ceritanya. "Dengan situasimu sekarang, mungkin kau tak akan mengingat hal ini. Kakek akan memberitahumu lebih dulu tentang keluarga kita."Ucapnya sambil menyesuaikan diri.     

Aura bermartabat Kakeknya seketika berganti menjadi seorang lelaki tua yang ahli bercerita. Senja tidak pernah akan pernah bisa mempercayainya bila ia tidak melihat dengan matanya sendiri, bagaimana laki-laki tua ini mengilangkan ekspresi wajah tegasnya menjadi seseorang yang ingin menceritakan sebuah dongeng.     

"Ibumu meninggal ketika melahirkanmu. Dan dua tahun kemudian, Ayahmu, Anakku, menikah lagi dengan adik perempuan Ibumu, Carye. Dengannya, ia membawa kedua anak dari pernikahan sebelumnya juga. Mereka lebih tua darimu, Hikari dan Rindi." Ketika tetua Dam menyebutkan kedua nama itu, terlihat sedikit ketidaksukaan dimatanya.     

"Kakek tidak menyukai Carye sejak awal Kakek melihatnya. Namun Kakek tidak mencampuri urusannya."     

"Kenapa? Karena dia seorang janda dengan dua orang anak?"     

"Tidak. Kakek tidak memiliki pemikiran jahat seperti itu. Kakek menghargai perempuan dan laki-laki secara adil dan sama. Namun dengannya, Kakek merasa tidak tenang, mungkin kau dapat katakan bahwa Kakek sangat pandai dalam membaca dan menilai seseorang. Kakek merasa bahwa dia bukanlah wanita yang baik."     

Senja mendengarkan cerita itu dengan penuhh perhatian. "Apa dia membahayakan keluarga ini?"     

Tetua Dam mendengus. "Dia tidak akan berani, tapi bukan berarti wanita itu tidak pernah mencobanya."     

"Siapa yang dibahayakan olehnya?"     

Wajah tetua Dam menjadi muram dan dengan giginya yang digertakkan ia menjawab, "Kau."     

"Aku? Kenapa?" Senja terlihat kebingungan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.