Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

PERTENGKARAN



PERTENGKARAN

0Sana akhirnya kembali duduk dengan raut wajah yang muram dan meminum habis segelas air minumnya untuk menenangkan diri, tapi Senja masih belum puas! Ia ingin mengganggunya lebih lagi!      2

"Seperti yang aku katakana sebelumnya, kita memiliki cara berpikir yang berbeda." Senja menatap Sana yang telah sedikit lebih tenang dengan sikap yang memprovokasi. "Menurutku, seorang yang mulia adalah orang yang bisa dihormati oleh orang lain dan penghormatan bukanlah sesuatu yang orang lain berikan kepadamu atau sesuatu yang bisa kau dapatkan dengan memamerkan sesuatu. Itu adalah sesuatu yang kau dapatkan dari upayamu sendiri."     

Jika tatapan dapat membunuh, Sana mungkin sudah terbunuh berkali-kali hingga sekarang. Sana mengepalkan telapak tangannya sehingga kukunya terasa menusuk di telapak tangan. Tapi pada akhirnya. Pendidikan yang telah ia peroleh sejak ia sangat muda memperlihatkan hasilnya. Ia mengumpulkan ketenangannya dan bicara pada Senja dengan sikap yang sopan, "Nona Muda Senja ternyata lebih bijak daripada diriku." Ia menyanjung Senja dengan enggan. Itu tidak akan menguntungkannya jika ia menyeret masalah itu lebih jauh.     

Melihat Sana melangkah mundur untuk mempertahankan wajahnya yang tersisa, Senja terkekeh. Sikap Sana yang mudah marah mengingatkannya dengan versi wanita dari Yang Yu, mereka berdua sangat mudah untuk dipancing kemarahannya dan itu selalu terasa menyenangkan untuk Senja utntuk membuat orang merasa kesal dengan menghasut mereka dan melihat mereka menahan kemarahannya dengan tak berdaya.     

"Itu tidak perlu. Terkadang kita harus belajar dari orang lain." Senja melambaikan tangannya dengan sembarangan yang bermaksud bahwa ia tidak menganggap serius masalah ini.     

Karena Ketua Mo melihat Sana hampir meledakkan emosinya ketika ia mendengar asenja menjawab dan Senja masih ingin melanjutkan bicaranya, Ketua Mo menyambar ucapan Senja sebelum ia bisa membuat Sana semakin marah, "Nona Muda Senja, perkenankan aku untuk memperkenalkan Keponakanku. Ini adalah anak dari saudariku, Sana."     

Sana tidak terlalu menghargai bantuan dari pamannya. Jadi, ketika Ketua Mo memperkenalkannya, ia hanya menunduk sekenanya kepada Senja dan mengangkat kembali kepalanya. "Aku harap Nona Muda Senja tidak menganggap serius percekcokan yang terjadi barusan." Tetua Mo melirik Sana yang sedang cemberut dan menolak untuk membalas tatapannya. "Aku yakin bahwa Nona Muda Senja bukan seseorang yang berpikiran sempit. Terlebih lagi, Sana masih terlalu muda dank eras kepala." Ia mendesah pelan.     

"Aku tahu.." Tetua Dam menjawabnya. "Senja, kau tidak bisa begitu kasar dengannya. Nona Muda Sana masih terlalu muda. Ia masih harus banyak belajar." Kalimat Tetua Dam penuh dengan sindiran. Semua orang dapat melihat bahwa Sana beberapa tahun lebih tua dari Senja dan bagi Tetua Dam untuk menegur Senja adalah bentuk dari sebuah hinaan tersembunyi untuk Sana dan Ketua Mo.     

Tentu saja Senja mengetahui tujuan Kakeknya dank arena ia merasa lucu untuk melihat ekspresi Sana yang menjadi semakin murung, kekehan kecil keluar dari bibirnya. Di waktu yang sama, Tetua Dam menyenggol lengan Senja secara diam-diam dan menatapnya untuk membuat Senja berhenti.     

"Ya, Kakek.. Senja akan mengingat untuk tidak terlalu kasar dengan Nona Muda Sana." Senja menjawab dengan bahagia. Sementara Ketua Mo melirik Senja yang masih tertawa dengan tatapan yang mengancam.     

Setelah itu, Xiao Wu Xie berdeham untuk menarik perhatian dari orang-orang itu. "Haruskah kita berpindah ke ruangan lain untuk membicarakan tentang masalah yang sebenarnya sekarang?"     

Semua yang berada di ruang makan mengerti tanpa harus berbicara untuk menjawab Xiao Wu Xie. Mereka semua berdiri dari kursinya dan berjalan kea rah pintu dengan tenang, mengikuti Xiao Tianyou dari belakang. Karena, Xiao Tianyou adalah orang yang memiliki kedudukan paling tinggi diantara mereka semua yang berada di ruang makan. Baik dalam istilah Keluarga Kerajaan ataupun kemiliteran.     

Mereka berjalan ke ruangan di sebelahnya yang tidak berukuran sebesar ruang makan tapi itu cukup untuk menampung mereka tanpa membuatnya terlihat terlalu penuh dan sesak. Namun sebelum Senja memutuskan untuk bergabung pertemuan mereka atau tidak, dan telah berpikiran untuk pergi, Sana menghalangi pintu sambil melipat lengannya. Ia menatap Senja.     

"Kau tidak bisa masuk, kau tidak memiliki kepentingan yang bisa kau lakukan disini," Sana berkata dengan kasar.     

Ck,ck,ck. Perempuan ini benar-benar tidak tahu cara menyerang dengan strategi. Otaknya pasti mengalami kerusakan!     

Senja memegang tangan Kakeknya, "Kakek, aku ingin ikut denganmu." Sambil sedikit mengayunkan tangan Kakeknya dengan sikap manja. Biasanya tindakan seperti ini selalu berhasil dilakukan kepada Tetua Dam.     

Namun kali ini Tetua Dam tidak langsung berbicara, ia merasa ragu. Ini adalah masalah kel=militeran dan ia sangatenggan untuk melibatkan Senja dengan masalah seperti ini lagi seperti 3 tahun lalu, tapi di sisi lain ia tidak mau membuat Senja kehilangan wajahnya di hadapan sana.     

Merasakan perasaan enggan dari Tetua Dam, Senja mengganti sasarannya dan menjulurkan lehernya untuk melihat ke dalam ruangan sambil memanggil Xiao Tianyou, "Kakak ipar, kau bilang kau akan membawaku dan aku akan pergi kemanapun kau pergi." Ide ini terlintas di pikiran senja begitu saja dan ia tidak memikirkannya dua kali sebelum ia menyuarakan pemikiran itu. Hingga saat ia selesai berbicara, ia baru menyadari apa yang baru saja ia katakan. Tapi karena rasa nekatnya untuk membuat Sana kesal, ia hanya butuh melakukan hal itu!     

Semua orang tertegun ketika mendengar pernyataan Senja yang terdengar ambigu. Xiao Tianyou mengatakan sesuatu seperti itu?     

Saat ini, Utara mengingat kembali ketika ia sepertinya pernah mendengar pernyataan ini sebelumnya dan akhirnya ia mengingatnya. Itu adalah perkataan Xiao Tianyou kepada Senja ketika mereka berpisah rombongan dan Xiao Tianyou bersikeras untuk membawa Senja bersamanya ke Carnation Resort untuk melakukan interogasi beberapa minggu lalu.     

"Xiao Tianyou, kau mengatakan hal itu kepada Senja?" Tetua Dam bertanya secara tiba-tiba. Ia telah merasakan sesuatu yang aneh terjadi diantara Senja dan Xiao Tianyou, tapi tidak pernah mengira bahwa mereka akan memiliki percakapan seperti itu.     

'Komandan Xiao mengatakan itu karena Nona Muda senja merasa sedikit ketakuan waktu itu, jadi Komandan Xiao mengatakannya untuk menenangkan Nona Muda Senja." Utara mengambil inisiatuf untuk mencoba menyelesaikan kesalahpahaman, karena Xiao Tianyou terlihat tidak mau berbicara.     

Tapi itu memberikan kesan lain terhadap persepsi Tetua Dam. Xiao Tianyou tidak pernah mengatakan hal seperti itu kepada siapapun! Mungkin satu-satunya adalah Luna, Istrinya. Lalu, kenapa ia menenangkan ketakutan Senja dengan kalimat seperti itu? Apa hubungan yang terjadi di antara mereka?     

Bukan hanya Tetua Dam yang menjadi bingung, tapi Xiao Wu Xie dan Ketua Mo juga merasakan hal yang sama, khususnya Sana yang masih menghalangi jalan untuk menahan Senja agar tidak memasuki ruangan. Bibirnya yang cantik terlihat sedikit terbuka karena merasa tak percaya. Kalimat itu tidak terdengar seperti Pangeran Xiao Tianyouyang mengatakannya, apakah Senja berbicara bohong?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.