You Are Mine, Viona : The Revenge

Princess keluarga mafia?



Princess keluarga mafia?

0Setibanya di apartemen Abby langsung pergi menuju kamarnya untuk tidur, rasa kantuknya sudah benar-benar tak bisa di tolerir lagi. Marco dan Jordan pun hanya bisa tersenyum ketika melihat sang tuan langsung terkapar, menjadi pemimpin sebuah organisasi besar sekaligus seorang mahasiswa bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Karena itulah mereka memberikan waktu untuk sang tuan beristirahat, mengembalikan staminanya kembali.     
0

"Lihat ini." Marco dengan cepat mengulurkan ponsel milik Abby kepada Jordan, sebenarnya itu bukan ponsel pribadi Abby. Ponsel itu digunakan untuk Abby bekerja sebagai Xander dan biasanya ketika Abby sedang istirahat ponsel itu akan di pegang oleh Marco ataupun Jordan.     

Jordan yang sedang memeriksa pekerjaan anak buahnya pun langsung menoleh dan melihat ponsel yang berada ditangan Marco, kedua matanya membeliak saat menatap layar ponsel milik sang tuan itu.     

"Ini uang semua?"     

"Iya, sepertinya Tuan Sergio Mendes sangat puas dengan hasil kerja tuan,"jawab Marco dengan cepat, ia masih tak percaya dengan jumlah uang yang dikirimkan Sergio Mendes ke rekening Abby sebagai bayaran atas pekerjaannya.     

"Apa perlu kita kabari Tuan? Jumlah uang ini sangat banyak Marc, dua kali lipat dari jumlah yang disepakati sebelumnya."     

Marco menghela nafas panjang, ia kemudian menoleh ke arah pintu kamar Abby yang tertutup rapat. "Kita tunggu Tuan bangun, untuk saat ini jangan melakukan apa-apa tanpa instruksi dari Tuan."     

"Ok, ya sudah ayo lanjutkan pekerjaan kita."     

Marco pun meletakkan ponsel milik Abby diatas meja yang berada disamping pintu kamar sang bos dan bergabung bersama Jordan untuk memeriksa laporan keuangan organisasi mereka, setelah satu tahun lebih memimpin kelompok mafia yang dulunya di buat oleh mendiang Roberto Polo kini Abby berhasil membuat kelompok mafia itu menjadi lebih terhormat dan disegani. Tak ada lagi jual beli wanita atau anak dibawah umur dan perampokan seperti yang dulu selalu dilakuan Roberto Polo. Orgasinasi mafia yang diberi nama 666 itu kini terkenal sebagai organisasi terhormat dan banyak pengusaha yang datang pada mereka untuk meminta bantuan, mulai dari pengamanan pribadi ataupun perusahaan. Abby benar-benar membuat anak buahnya menjadi manusia-manusia yang mempunyai skill tinggi, baik untuk anggotanya yang laki-laki ataupun perempuan. Karena itulah banyak organisasi lain yang kesal pada organisasi 666 pimpinan Xander.     

****     

Kediaman keluarga Oliveira     

Natalie yang sebelumnya diminta pergi oleh Abby saat ia dibawa ke lapangan untuk menghadap para preman kampus ternyata tak benar-benar pergi, Natalie justru bersembunyi dibalik pohon melihat bagaimana Abby dengan mudah menaklukkan para senior yang dibayar oleh Theo Ferguson dan Martin Kane. Natalie sangat terkesan akan kehebatan Abby.     

"Nate, kau sakit nak?" Seorang wanita anggun yang merupakan nyonya rumah kediaman keluarga Oliveira bertanya dengan lembut pada Natalie yang merupakan putri bungsunya.     

Natalie yang sejak tadi hanya terkurap diranjang kesayangannya pun langsung menoleh kearah sang ibu. "Aku baik-baik saja Mom."     

"Lalu kenapa tak turun untuk makan malam? Kami semua sudah menunggumu dibawah nak."     

Natalie menatap ibunya tanpa berkedip. "Mom, apakah mungkin orang tanpa kemampuan bisa menang melawan 20 orang sekaligus?"     

"Apa maksudnya?"     

Natalie pun kemudian menceritakan apa yang terjadi tadi siang dikampus, tanpa ada yang dikurang-kurangi atau dilebihkan. Natalie terlihat sangat bersemangat sekali saat menceritakan bagaimana Abby mengalahkan para seniornya dengan mudah, tanpa menggunakan senjata apapun. Hanya tangan kosong.     

"Sayang, dengarkan Mommy baik-baik. Kau kuliah disana untuk menuntut ilmu, bukan untuk bergaul dengan orang-orang seperti itu nak. Mommy tak mau kau ikut terjun dan bergaul dengan orang-orang seperti itu, Mommy hanya ingin memiliki satu anak yang tumbuh besar seperti anak-anak kebanyakan. Jangan seperti kedua kakakmu yang kini terlibat dunia gelap seperti ayah dan pamanmu, Mommy hanya ingin melihatmu hidup normal sayang."     

"Nate mengerti mom."     

"Baiklah kalau kau tahu mulai saat ini jangan terlibat dengan temanmu itu, siapapun dia Mommy tak suka kau bergaul dengannya. Sangat mencurigakan sekali seorang mahasiswa biasa dengan mudah mengalahkan pria sebanyak itu dengan tangan kosong, ya sudah Mommy tunggu dibawah. Mommy sudah lapar sayang."     

Natalie tersenyum mendengar perkataan ibunya, tak lama kemudian nyonya Oliveira itu pun pergi dari kamar sang putri bungsu kesayangannya dan kembali menuju lantai satu untuk bergabung dengan suami serta anak-anaknya yang lain. Dengan sedikit malas Natalie bangun dari ranjang kesayangannya yang serba biru itu dan berjalan menuju meja riasnya, Natalie merapikan rambutnya yang acak-acakan didepan kaca.     

"Apakah kau memang bukan orang sembarangan, Abby,"ucap Natalie lirih pada dirinya sendiri didepan kaca.     

Karena tak mau membuat seluruh keluarga menunggu dirinya Natalie pun bergegas keluar dari kamarnya menuju ruang makan yang ada dilantai satu, ketika Natalie berjalan di tangga kedua kakaknya yang kini menjadi petinggi di organisasi keluarga Oliveira menatapnya tanpa berkedip.     

"Ok ok aku salah, maaf sudah membuat kalian menunggu lama." Natalie langsung meminta maaf ketika sudah bergabung dengan seluruh keluarganya di meja makan.     

"Its ok baby, sudah jangan hiraukan kedua kakakmu. Ayo kita mulai makan." Ruben Oliveira sang tuan rumah yang merupakan ayah Natalie langsung menimpali perkataan putri bungsunya dengan cepat.     

"Mommy dan Daddy terlalu memanjakan Nate,"sahut Nelly sang anak pertama keluarga Oliveira ketus, ia kesal kepada Natalie yang terlalu dimanjakan dan diperlakukan seperti princess oleh kedua orang tuanya.     

Natalie yang baru saja memasukkan pasta kedalam mulutnya langsung menatap sang kakak. "Aku bukan anak manja,"ujarnya dengan pipi yang mengembang karena terisi makanan.     

"Bukan anak manja memang, hanya seorang princess saja." Victor Oliveira langsung merespon perkataan adik bungsunya.     

"Mom...."rengek Natalie minta perlindungan sang ibu.     

"Kalian ini suka sekali membully adik sendiri, sudah ayo makan yang tenang. Jarang-jarang kita berkumpul seperti ini, jadi jangan rusak suasana,"ucap Sonia sang nyonya rumah.     

Nelly dan Victor pun terdiam saat mendengar perkataan ibunya, mereka berdua tak bisa berkata-kata lagi jika ibunya sudah membela Natalie adik bungsu mereka. Ruben pun hanya tersenyum melihat perdebatan istri dan anak-anaknya, ia tak pernah marah jika berada dimeja makan. Karena menurutnya acara makan seperti itu adalah sarana pendekatan mereka satu sama lain, jadi meskipun anak pertama dan anak keduanya menggoda si bungsu ia hanya bisa tersenyum. Namun lain halnya dengan istrinya Sonia yang mati-matian melindungi Natalie putri bungsunya yang memang diperlakukan seperti princess.     

"Richard Gyle, pria mesum itu sudah hancur tanpa sisa,"ucap Ruben pelan memecah keheningan di meja makan.     

Sonia langsung menoleh ke arah sang suami. "Kau serius Amore?"     

"Sangat serius, pria itu hancur sehancur-hancurnya,"jawab Ruben Oliveira serius.     

"Maksud Daddy bagaimana?" Victor yang penasaran ikut bertanya.     

"Penis pria itu terpotong, cacat, tak bisa digunakan lagi di sisa hidupnya. Dengan kata lain ia akan menjadi pria tanpa guna karena tak bisa menyalurkan hasratnya."     

Uhuk..uhukk     

Natalie yang sedang minum air putih tersedak mendengar perkataan sang ayah, ia tak pernah menyangka akan mendengar pembahasan seperti itu di meja makan.     

"Ruben Stop!!"hardik Sonia dengan keras saat menyadari putri kesayangannya tersedak, ia yakin Natalie pasti sangat terkejut mendengar pembahasan hal vulgar seperti itu dimeja makan.     

Mendengar teriakan sang istri Ruben Oliveira langsung menutup rapat bibirnya, ia lupa ada putri bungsungnya di meja makan saat ini. "Natie, baby, kau baik-baik saja?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.