You Are Mine, Viona : The Revenge

Sumpah Abby



Sumpah Abby

0Abby pun terlibat pembicaraan serius dengan adik kembarnya, tak bertemu selama dua tahun setelah mendapatkan tugas dari sang ayah membuat Abby sangat merindukkan adiknya. Meskipun mereka terlibat pembicaraan cukup lama namun tak ada pembahasan soal kegiatan masing-masing, Abby tak bertanya kesibukan Aaric begitu juga dengan Aaric yang tak mengusik soal kesibukan sang kakak. Mereka berdua hanya berkomunikasi biasa sekedar melepas rindu satu sama lain.     
0

"Aku rindu pada Mommy, apakah tak bisa kita pulang sekali saja kak?"tanya Aaric tiba-tiba saat mereka sudah berbincang selama hampir 30 menit.     

"Kau sudah berhasil melakukan yang Daddy mau?"tanya balik Abby dengan cepat.     

Aaric menggelangkan kepalanya menatap layar ponselnya yang sedang manampilkan wajah sang kakak. "Aku belum berhasil kak, masih belum berhasil maksudnya. Aku takut apa yang kau miliki saat ini belum mampu memuaskan Daddy."     

Aaby menatap tajam adiknya yang terlihat sedih dilayar ponselnya. "Kalau begitu tahan dulu rindumu Aaric, aku juga sebenarnya sangat rindu pada Mommy. Akan tetapi aku tak bisa pulang sekarang karena aku sadar aku masih belum menjadi seperti yang Daddy mau."     

"Apa kita tak bisa menghubungi Mommy sekali saja?"     

"Kalau kau mampu menahan rindumu setelah berbicara dengannya silahkan, kalau aku tak bisa jujur. Aku takut jika aku menghubungi Mommy maka aku tak bisa menahan diri dan langsung pulang ke Kanada, aku tak mau hal itu terjadi Aaric,"jawab Abby dengan suara serak.     

"Lalu apakah kau masih tetap mengunakan email untuk berkomunikasi dengan Mommy?"     

Abby menganggukkan kepalanya tanpa ekspresi menatap layar ponselnya, Abby selalu lemah jika sudah membahas sang ibu dan jujur ia tak mau membuat adiknya tahu kalau dirinya saat ini sedang sedih. Karena suasana sudah tak semenyenangkan sebelumnya akhirnya Abby pun memutus panggilan video dari sang adik, begitu sambungannya terputus Abby langsung memijat kepalanya yang tiba-tiba sakit.     

"Cepat pulang Marco, aku ingin memperbesar organisasi kita. Banyak hal yang harus kau lakukan secepatnya,"titah Abby pelan memerintahkan Marco untuk menambah kecepatan mobilnya supaya cepat sampai di apartement.     

"Siap tuan."     

Tanpa diperintah dua kali Marco lalu menambah kecepatan mobilnya, ia tak menghiraukan ambang batas kecepatan mobilnya saat ini. Yang ada dalam benak Marco adalah jangan sampai ia membuat mood sang tuan semakin rusak. Dari bangku belakang Abby menatap layar ponselnya yang menampilkan salah satu perusahaan milik Sebastian Hagrid yang hampir bangkrut karena terlilit hutang pasca walikota korup itu dilengserkan dengan tidak hormat.     

"Sepertinya aku harus mengambil kesempatan ini, menjadi seorang mafia pasti tak akan membuat Mommy senang,"ucap Abby dalam hati, niatnya untuk mengambil alih salah perusahaan milik Sebastian Hagrid yang bergerak dalam pembuatan gaun pesta wanita itu.     

Abby terus mencari tahu calon perusahaan miliknya itu dengan detail, mulai dari hutang yang ditanggung oleh perusahaan itu sampai perkembangan rumah mode itu dalam persaingan dunia fashion di Eropa dan Spanyol khususnya. Abby tak mau salah dalam mengambil keputusan, karena itu ia harus mencari tahu semua informasi sekecil apapun. Setelah tiga puluh menit mobil yang dikendarai Marco akhirnya tiba di area parkir bawah apartemen mewah milik Abby, dengan sopan Marco memberitahu sang tuan bahwa mereka sudah sampai.     

"Panggil Travis datang, hari ini ada hal penting yang ingin aku bahas bersama kalian,"ucap Abby pelan saat menurunkan kakinya dari mobil.     

"Baik Tuan." Marco dan Jordan menjawab kompak perintah Abby.     

Setelah mengatakan hal penting yang sejak tadi ia simpan seorang diri Abby lalu bergegas menuju lift yang tak jauh dari tempat mobilnya berhenti, Abby naik ke dalam lift seorang diri meninggalkan kedua orang asistennya yang masih berdiri disamping mobil. Begitu sang tuan menghilang dibalik lift Marco lalu menghubungi Travis, sang tangan kanan yang akan mengurus organisasi ketika Abby tak ada ditempat. Sementara Jordan menghubungi pelayan yang saat ini berada dirumahnya untuk segera datang ke apartment, biasanya ketika mereka meeting Abby pasti kelaparan setelahnya karena itulah ia memanggil sang pelayan yang merangkap sebagai juru masak itu untuk datang ke apartemen meski jam kerja dari pelayan itu sudah habis.     

"Bagiamana?"tanya Jordan singkat.     

"Travis langsung meluncur, kau sendiri bagiamana?"tanya balik Marco     

"Nyonya Brigit juga dalam perjalananan, ya sudah ayo naik. Perasaanku tak enak kali ini, sepertinya ada hal penting yang ingin tuan bahas,"jawab Jordan khawatir.     

Marco tersenyum kecut, ia kemudian melingkarkan tangannya ke pundak Jordan. "Ingat motto kita dulu, apapun yang terjadi kita hadapi sama-sama."     

"Yeah, sama-sama."     

Marco terkekeh menutupi kegundahannya melihat sikap Jordan, karena sudah menjalankan tugas pertama kedua pria itu pun bergegas masuk kedalam lift yang sudah tiba kembali ke basement. Selama di dalam lift keduanya diam, tak saling bicara karena larut dalam pikiran masing-masing, kedua pria itu merasa akan ada badai besar yang akan datang. Pasalnya tak biasanya sepanjang perjalanan menuju apartemen tiba-tiba Abby menjadi pendiam.     

Saat tiba di lantai tujuan mereka berdua langsung berjalan menuju unit apartment sang tuan yang merupakan satu-satunya kamar di lantai tertinggi di gedung apartement itu, warna silver yang mencolok terlihat jelas dari pintu besar yang didesain oleh Abby dengan bentuk sepasang ular kobra itu. Sehingga orang-orang yang tiba dilantai itu akan langsung tahu jika sang pemilik dari apartemen itu bukanlah orang biasa, pasalnya ular kobra adalah lambang dari organisasi 666 pimpinan Xander nama lain dari Abby.     

"Akh kalian sudah sampai, lebih baik pelajari ini selama aku mandi. Jadi nanti kita bisa langsung memulai meetingnya dengan cepat,"ucap Abby pelan melempar setumpuk kertas yang masih hangat diatas sofa, yang artinya Abby baru saja mengcopy-nya dalam jumlah banyak.     

Tanpa suara kedua pemuda itu meraih setumpuk dokumen yang ada diatas sofa, awalnya kedua orang pria itu tak melihat isinya karena Abby meletakkan dokumen itu dalam keadaan tertutup sampai akhirnya sebuah jeritan kecil lolos dari bibir Marco ketika berhasil membaca kalimat pertama dari kertas yang kini berada ditangannya itu.     

Senyum Abby mengembang ketika melihat ekspresi Marco. "Seperti dugaanmu Marco, kita akan mengambil alih perusahaan itu. Akan kubuat perusahan itu sebagai satu-satunya rumah mode terbaik di dunia yang menghasilkan gaun-gaun mewah para bangsawan."     

"Lalu bagaimana dengan proyek mobil bertenaga listrik yang sedang anda incar itu Tuan?"tanya Jordan polos, ia tak menyadari posisinya saat ini berani menyinggung salah satu proyek yang belum berhasil Abby dapatkan tendernya.     

Kedua mata Abby berkilat mendengar perkataan Jordan. "Proyek itu juga akan jatuh padaku, kau tenang saja. Sekarang lebih baik kita ambil alih perusahaan yang nyaris hancur ini, rasanya akan lebih mudah memiliki perusahaan yang tak memiliki nahkoda."     

"Baik Tuan, saya mengerti."     

"Good, kalian langsung ke ruang meeting dan langsung beritahu Travis soal rencanaku ini. Setelah mandi aku akan bergabung dengan kalian,"ucap Abby kembali dengan senyum penuh keyakinan.     

Jordan dan Marco tak merespon ucapan sang tuan, mereka memilih menundukkan kepalanya sebagai tanda kalau mereka mengerti. Melihat jawaban kedua orang terbaiknya Abby pun bergegas masuk kekamarnya, tujuannya adalah kamar mandi. Bergulat dengan Lionel membuat tubuhnya sangat berkeringat dan lengket, setelah bertanding tadi Abby hanya memilih menyeka keringatnya saja menggunakan handuk tanpa mandi seperti yang lain jika sudah selesai bertanding di tempat latihan karate. Abby tak mau menggunakan sembarang air untuk membersihkan tubuhnya, karena itulah kini ia ingin membersihkan tubuhnya menggunakan air yang ada di apartemennya.     

"Tunggu aku Mom, tiga tahun lagi aku pasti akan menjadi penguasa Eropa. Aku bersumpah,"ucap Abby dalam hati saat tetesan air hangat mulai menyentuh tubuh kekarnya.     

Bersambung      

Hallo sahabat pembaca \(^_^)/     

Terima kasih sudah menunggu novel saya terbit. Bagi yang ingin membaca novel berikutnya, Saya rekomendasikan novel sahabat saya "dewisetyaningrat" dengan judul "CIUMAN PERTAMA ARUNA" aku yakin kakak-kakak penasaran. So, tambahkan ke daftar pustaka. ^_^     

Salam hangat Anne-Jack     

Dan jangan lupa ikuti kisah Angelica dalam Cruel CEO : The Forgotten Princess, secepatnya Angelica akan di update secara rutin di webnovel tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.