You Are Mine, Viona : The Revenge

Terbayang cinta pertama



Terbayang cinta pertama

0"Kalau begitu buktikan."      
0

Tiga kalimat yang Aaric ucapkan kembali bergema dalam benak Cindy Wu, ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menatap Aaric yang sudah duduk bersandar di kursi sambil membuka lebar kedua kakinya.      

Melihat Cindy terdiam Aaric menipiskan bibirnya. "Pergilah, sebelum aku berbuat hal yang tak mau sukai dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku. Aku tak suka dengan seorang pembohong yang banyak omong."      

Seketika tubuh Cindy memanas mendengar perkataan Aaric, kedua matanya pun kembali bertatap langsung dengan Aaric. "Apa yang harus aku lakukan, aku tak tahu harus membuktikan dengan cara apa Alex."     

Aaric menaikkan satu sudut bibirnya, perlahan ia mendekati Cindy dan mencengkram rahang gadis cantik percampuran ras timur dan barat itu. "Lakukan seperti yang sudah biasa kau lakukan dengan para kekasihmu dulu Cindy."     

"Aku belum pernah berkencan Alex, Daddy melarangku untuk itu lagi pula tak ada laki-laki yang mau mendekati putri Sasan Wu. Mereka takut pada ayahku,"ucap Cindy jujur.     

"Kau belum pernah berkencan? Are you virgin?"     

Kedua mata Cindy berkaca-kaca mendengar pertanyaan Aaric, bibirnya bahkan sampai bergetar karena shock dan bingung harus menjawab apa saat ini. Semuanya terasa sangat cepat dan membingungkan dirinya. "A-aku tidak tahu."     

"Apa maksudmu tidak tahu?"     

"Sewaktu kecil aku pernah diculik oleh penjahat, aku tak sadarkan diri saat itu Alex. Aku tak tahu kenapa aku pingsan di rumah sakit, yang jelas saat itu Mommy dan Daddy sangat marah dan khawatir. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku saat itu, karena kejadian itulah aku takut berkencan….aku takut mengalami hal seperti itu lagi,"jawab Cindy Wu jujur.     

"Kau diperkosa saat masih kecil? Berapa umurmu saat itu?"     

Cindy melepaskan tangan Aaric dari rahangnya dan perlahan menunduk. "Saat itu usiaku 10 tahun."     

Aaric menatap gadis cantik yang sedang menunduk di hadapannya tanpa berkedip, meski sudah mendengar pengakuan jujur dari Cindy ia sama sekali tak kecewa. Bagi Aaric lebih baik ia mendengar semuanya di depan dari pada harus mengetahui kebohongan dibelakang.      

"Lalu apa kau takut padaku saat ini? Aku bisa saja memperkosamu seperti saat kau masih berusia 10 tahun itu Cindy." Aaric mencoba mengetes keseriusan Cindy.      

Cindy meremas kedua tangannya dengan kuat, tubuhnya sedikit bergetar mendengar pertanyaan seperti itu dari Aaric. Tanpa mengangkat kepalanya Cindy berkata, "Aku tahu kau tak mungkin melakukan itu, aku tahu kau orang baik Alex."     

Seketika Aaric tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Cindy, ia bahkan benar-benar sampai melepaskan dasi yang terpasang pada lehernya dan mendekati meraup wajah Cindy agar menatapnya.     

"Aku seorang laki-laki normal yang punya hasrat Cindy, jangan lupa itu. Lagipula saat ini tak ada siapapun di mobil ini, hanya kita saja dan aku bisa melakukan apapun untuk menyenangkan diriku termasuk memaksamu untuk memuaskan aku."      

"Kenapa kau seperti ini Alex?"tanya Cindy lirih.      

"Well, karena itulah hubungan yang aku mau. Kalau kau mau jadi kekasihku maka kau harus memuaskan aku, tapi kalau kau hanya mau menjadi teman satu malam diranjangku aku tak menolak. Akan tetapi konsekuensinya adalah kau harus pergi menjauh dariku setelah kita tidur bersama,"jawab Aaric tanpa ragu. "Jadi mana yang kau pilih, menjadi kekasihku atau menjadi teman tidurku saja? Semua pilihan ada padamu Cindy."     

"Alex…"     

Aaric tersenyum lebar mendengar perkataan Cindy, ia kemudian duduk kembali dengan tenang di kursi. "Keluarlah Cindy, aku sudah tahu jawabanmu. Kau membuang waktuku saja dan lebih baik mulai sekarang jangan pernah lagi dekati aku."      

Cindy meneteskan air matanya saat diusir oleh pria yang sangat dicintainya itu, hati ya hancur lebur saat mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari pria yang sangat dicintainya.      

Karena Cindy masih tak bergeming akhirnya Aaric pun meraih ponselnya dan meminta anak buahnya untuk masuk kembali ke dalam mobil, ia sudah tak mau bermain-main dengan Cindy yang saat ini sedang menangis dihadapannya. Tak lama kemudian Loren dan Bruce pun datang, keduanya kaget saat membuka mobil dan melihat Cindy duduk bersimpuh dihadapan tuan mereka.     

"Tolong bantu Nona Wu keluar dari mobil, sepertinya Nona Wu tak bisa berjalan sendiri,"ucap Aaric pelan mengagetkan Bruce dan Loren yang masih berdiri mematung di samping mobil.      

"B-baik Tuan." Loren dan Bruce menjawab dengan kompak.     

Tanpa bicara lagi kedua orang itu kemudian meraih tangan Cindy untuk diajak keluar dari mobil, awalnya Cindy menolak namun karena kuatnya cengkraman tangan dari Loren dan Bruce akhirnya ia pun berhasil dikeluarkan dari mobil. Marena tak mau meninggalkan Cindy sendirian di pinggir jalan seperti itu, akhirnya Loren memanggil taksi terlebih dahulu sebelum meninggalkan Cindy. Walau bagaimanapun ia masih memiliki hati nurani untuk tak meninggalkan seorang gadis sendirian di pinggir jalan, ketika taksi yang dipanggil datang kedua asisten Aaric itu pun langsung bergegas masuk kembali ke dalam mobil yang langsung berjalan ketika Loren dan Bruce masuk. Cindy hanya bisa menangis menatap mobil yang membawa Aaric pergi, hatinya terasa sakit diusir seperti itu. Ia benar-benar diperlakukan seperti jalang saat ini.     

"Nona apakah anda jadi masuk?"tanya supir taksi pada Cindy yang masih berdiri disamping taksi yang berhenti itu.     

"Jadi pak, antarkan saya ke apartemen Luxio,"jawab Cindy lirih saat masuk ke dalam taksi sambil menyebut nama apartemen tempat tinggalnya.      

Melihat Cindy duduk dan menangis membuat supir taksi itu iba, perlahan ia memberikan tisu pada Cindy. "Gadis secantik dirimu tak pantas menangisi seorang pria Nona, masih banyak laki-laki lain diluar sana."     

Cindy hanya menunduk mendengar perkataan sang supir taksi, ia lalu membersihkan air mata yang membasahi wajahnya dengan tisu yang baru diberikan laki-laki paruh baya itu. Melihat Cindy berhenti menangis supir taksi itu kemudian menyalakan mobilnya dan langsung pergi meninggalkan jalan itu menuju apartemen Luxio seperti yang disebutkan oleh Cindy sebelumnya, ia tahu kalau apartemen Luxio adalah apartemen khusus orang kaya dan tak sembarang orang bisa berada di tempat itu. Karena itulah ia kembali bersikap profesional.      

Sepanjang perjalanan menuju tempat dimana PRICIE akan tampil Aaric memilih sibuk memainkan ponselnya, ia bersikap seperti tak terjadi apa-apa. Padahal sebelumnya jelas-jelas ia sudah membuat seorang gadis menangis, Aaric hanya akan mencintai seorang wanita yang mau berkorban untuknya seperti yang dilakukan Elsa dua tahun yang lalu dan penyesalan akan hal buruk yang menimpa Elsa masih ia sesalkan sampai saat ini.      

"Tuan kita sudah sampai,"ucap Loren pelan membuyarkan lamunan Aaric.      

"Oh ok."     

Dengan cepat Aaric kemudian merapikan kembali penampilannya, ia tak mau terlihat gagal di depan wartawan. Baginya penampilan di depan wartawan adalah hal yang paling penting, karena menurutnya kesempurnaan penampilannya adalah citra dari Ailex Entertainment. Ketika Aaric turun dari mobil para wartawan yang sudah hafal dengan mobilnya langsung menghampirinya dengan cepat, mereka langsung berburu informasi dari sang ceo dari Ailex Entertainment yang sedang mendatangi stasiun TV tempat dimana PRICIE akan tampil. Karena biasanya memang setiap kali menerbitkan artis ataupun idol Aaric selalu muncul di tempat-tempat dimana anak didiknya itu itu melakukan pertunjukan, baik itu itu di tempat public ataupun di tempat tertutup seperti saat ini.      

Ketika wajah Aaric muncul di tv semua wanita yang melihatnya histeris, mereka selalu menunggu tampilnya sang ceo tampan itu. Seperti saat ini dimana Keyla sedang duduk di salah satu ruang kampus bersama teman-teman kuliahnya yang akan melakukan praktek, teman-temannya itu selalu menggila saat melihat Aaric muncul di televisi.      

"Aku penasaran seperti apa tipe wanita pria tampan ini,"ucap Yoona pelan pada Keyla.      

"Dia adalah gay, dia gak suka wanita,"sahut Keyla ketus.     

"Jangan asal bicara, mana mungkin dia gay. Jelas-jelas pria ini adalah pria perkasa, dia pasti sangat kuat diranjang,"imbuh Yoona kembali.     

Keyla tiba-tiba bangun dari kursi setelah sebelumnya menggebrak meja. "Sudah-sudah ayo kita mulai kerja, jangan membahas pria itu terus. Aku muak."      

Perkataan Keyla sontak membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak, mereka pun semakin semangat membahas Aaric untuk membuat Keyla semakin marah.      

"Seandainya kalian tahu kalau pria idaman kalian ini adalah pria yang aku layani saat ini mungkin kalian akan membunuhku,"ucap Keyla lirih dalam bahasa Rusia saat menatap teman-temannya menari-nari menggoda dirinya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.