You Are Mine, Viona : The Revenge

Ketakutan Aaric



Ketakutan Aaric

0Setelah menyelesaikan apa yang ia mulai Aaric duduk di pinggir ranjang, menggunakan piyama tidurnya menghadap tembok dengan segelas red wine di tangannya. Sementara Keyla sudah tertidur pasca menangis selama hampir satu jam.      
0

"Aku sudah bilang padamu sejak dulu Key, jangan asal bicara denganku. Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali,"ucap Aaric pelan saat melihat punggung Keyla yang terbuka. "Dengan ini kau tak akan pernah bisa lepas dariku, kau tak akan bisa meninggalkan aku seperti gadis itu."      

Aaric menutup matanya karena tiba-tiba teringat Elsa Wesley, gadis cantik yang menjadi boneka Adam Collins untuk membunuhnya 2 tahun yang lalu saat ia berada di Paris. Suara rintihan dari Keyla membuat Aaric tersadar dari lamunannya dan langsung menatap Keyla yang masih memejamkan kedua matanya di bawah selimut.      

Perlahan Aaric meraih wajah cantik Keyla, percampuran ras Asia-Eropa memang sempurna."Tidurlah, saat bangun nanti kau akan lebih baik key."      

Senyum Aaric tersungging saat bicara, setelah memastikan Keyla masih tidur Aaric kemungkinan bergegas menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Saat bangun dari ranjang ekor mata Aaric menangkap noda merah yang berada di seprai, sebuah noda yang Aaric ciptakan saat membuat Keyla menjadi miliknya. Meski baru bercinta namun tenaga Aaric tak berkurang, staminanya masih utuh dan tak terpengaruh sama sekali. Apalagi saat seluruh tubuhnya terkena air dingin yang mengalir dari shower yang menyegarkan, seluruh tenaga bak diisi ulang. Hanya ada sedikit rasa perih di punggungnya yang tercipta akibat tancapan kuku Keyla saja yang menyebabkan Aaric merasa sedikit tidak nyaman.      

Keyla yang tak bisa tidur dengan nyaman akhirnya terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit. Otaknya kembali memutar rentetan kejadian yang baru saja terjadi, mulai dari cengkraman kuat ditangannya saat Aaric menarik dari ruang makan sampai akhirnya ia kehilangan kebanggaannya teringat dengan jelas.      

"Kau jahat Alex..kau sudah berjanji padaku hiks…"     

"Pembohong...aku benci padamu!!! Huhuhuhu…"     

Tangisan Keyla yang keras berhasil terdengar oleh Aaric yang tidak menutup pintu kamar mandi dengan rapat, seketika tanpa mengeringkan tubuhnya Aaric langsung keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk di pinggangnya.      

Hati Aaric terasa sakit saat melihat Keyla menangis sambil memukul-mukul bantal, dengan langkah tanpa suara Aaric mendekati Keyla dan langsung duduk di ranjang besarnya tepat disamping tubuh Keyla. Sontak Keyla langsung diam dan tak bersuara saat menyadari keberadaan Aaric di sampingnya.     

"Key…"     

"Tidak Al.. tidak, aku mohon hiks... sakit.."     

Aaric menghela nafas panjang. "Aku tak akan menyentuhmu lagi, jangan takut."      

Keyla yang tak percaya dengan kata-kata Aaric langsung beringsut ke sudut ranjang, mencoba menjaga jarak sejauh mungkin dari Aaric.      

"Key… please…"      

"Aku tak percaya, kau pembohong. Kau mengingkari janjimu padaku!!"jerit Keyla histeris, air matanya kembali mengalir deras dari sudut matanya.     

"Kalau kau masih mau menangis silahkan teruskan, tapi satu hal yang harus kau ingat adalah tangisanmu tak akan mengembalikan apa yang sudah terjadi. Jadi kau hanya membuang-buang energimu saja, lebih baik kau tenang dan dengarkan aku,"geram Aaric kesal, ia tak suka melihat wanita menangis. Karena baginya menangis adalah tindakan sia-sia yang tak berguna.     

Kedua mata Keyla menatap tajam ke arah Aaric. "Tak ada yang bisa dibicarakan lagi, aku tak mau bicara denganmu."      

Aaric terkekeh. "Kalau kau tak mau bicara denganku lalu apa yang kau mau? Bercinta seperti tadi?"     

Darah Keyla langsung berdesir mendengar perkataan Aaric."Devil…kau tak lebih dari devil Alex!!"ujarnya keras mengumpat Aaric.      

Suara tawa Aaric terdengar semakin keras saat disebut sebagai iblis oleh Keyla, tak ada kemarahan sedikitpun darinya. Padahal Keyla sudah melampaui batasnya menyebut dirinya sebagai devil, akan tetapi kali ini Aaric justru merasa tersanjung mendapat sebutan baru dari Keyla.      

"Aku tersanjung akan sebutan barumu itu untukku, princess,"ucap Aaric sambil tertawa.      

"Kau jahat Alex...kau pembohong, kau bilang kau akan menungguku siap. Kau bilang akan.."     

Aaric sudah berada diranjang dan duduk tepat dihadapannya membuat Keyla tak melanjutkan perkataannya.      

"Dengar Key, bedanya sekarang atau besok atau lusa tak ada. Kau akan tetap menjadi milikku, milik Alarick Alexander. Lalu apa lagi yang harus aku tunggu, toh sama saja bukan!!"     

Keyla terdiam, ia mengeratkan genggaman tangannya pada selimut yang menutup tubuhnya.      

"Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau adalah milikku dan wanita milikku harus menjaga sikap dan ucapannya, jangan seperti tadi. Aku paling tidak suka dengan wanita yang bicara tanpa berpikir, kau wanita terpelajar Key. Suatu saat anak-anakku akan lahir dari rahimmu, jadi jangan lakukan hal bodoh lagi. Kau sudah tahu bukan bagaimana kalau aku marah,"imbuh Aaric kembali menambahkan perkataannya.      

Keyla terisak. "Tapi kau sudah berjanji padaku Al dan karirku baru akan dimulai, bukankah dulu kau orang yang selalu mendukungku?"     

Aaric mendelik, Keyla belum paham dengan maksud perkataannya. "Aku masih mendukungmu, aku tak melarangmu bekerja. Silahkan kalau kau ingin bekerja, aku tak masalah. Asal kau tahu batas, sama seperti tadi. Jangan pikir karena aku pengusaha aku bisa tidur dengan sembarang wanita, tidak Key. Aku tak mungkin bisa menyentuh wanita lain saat aku memilikimu, jadi jangan pernah asal bicara lagi."      

Jantung Keyla berdegup kencang mendengar perkataan Aaric, sejenak ia merasa di spesialkan oleh Aaric. Tatapan penuh kemarahannya pada Aaric pun mulai meredup dan hal itu berhasil Aaric baca, tak mau menyia-nyiakan kesempatan Aaric lalu mengulurkan tangannya kearah Keyla dan menyeka air mata yang membasahi wajah wanitanya itu.      

"Aku mencintaimu Key, aku tak akan seperti ini jika aku tak mencintaimu,"desah Aaric lirih, kembali menyentuh kulit lembut Keyla membuat gairah Aaric langsung tersulut.      

Keyla menggeleng. "Kalau kau mencintaiku, kau tak mungkin melakukan hal seperti tadi...hiks."     

"Maaf, tadi aku memang gila. Hampir satu tahun lebih kita menjalin hubungan Key dan kau melarangku melakukan hal besar yang selalu aku ingin lakukan denganmu, coba kau pikir apakah ada laki-laki yang bisa bertahan selama itu. Menjaga hasratnya untuk tak menyentuh wanita yang dicintainya,"kekeh Aaric, ia masih merasa perbuatannya tak salah. Karena merasa apa yang Aaric lakukan adalah sebuah hak yang harus ia dapatkan dari Keyla sejak lama.     

Keyla tertunduk dan tak bicara, kalimat yang Aaric ucapkan memang benar. Selama ini Aaric selalu menuruti setiap perkataannya ketika ia tak mau melakukan apa yang Aaric minta dan Keyla sadar Aaric tersiksa karena harus menahan dirinya.      

"Aku ingin kau selalu ada disampingku Key, setelah apa yang aku lakukan padamu tadi jangan pernah berpikir kau bisa kabur dariku."     

"Aku kabur..kabur kemana? Aku tak punya tempat untuk pulang…"     

"Sstt.." Aaric meletakkan satu jarinya di bibir Keyla.      

"Aku adalah rumahmu, dimanapun aku berada aku bebas mendatangiku. Aku milikmu Key, kau harus tahu itu."     

Keyla menatap Aaric dengan mata berkaca-kaca. "Kau tak akan membuangku kan Al?"     

Alih-alih menjawab pertanyaan Keyla, Aaric justru meraih tubuhnya dan memeluknya erat. "Aku mencintaimu Key, mana mungkin aku meninggalkanmu. Lagi pula aku juga sangat menginginkanmu, seperti saat ini."     

"Al.."     

"Please, biarkan aku memasukimu lagi. Percayalah, aku akan dengan lembut melakukannya,"bisiknya lirih tepat ditelinga Keyla.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.