You Are Mine, Viona : The Revenge

Denise Julie Willan



Denise Julie Willan

0Setelah meeting selesai Abby mengajak adiknya datang ke ruangannya, meskipun mereka tinggal satu rumah tapi tetap saja di kantor mereka selalu terlihat bersama-sama. Beruntung setiap hari mereka memakai pakaian yang berbeda, kalau tidak mungkin semua staf akan dibuat bingung.      
0

"Sejak satu minggu terakhir ini kau terlihat murung, apa yang terjadi denganmu? Apa ada yang mengganggu pikiranmu Aaric?"tanya Abby pelan pada Aaric yang sedang duduk di sofa sambil memejamkan kedua matanya.     

"Aku sedang dibuat kesal oleh seorang wanita kak,"jawab Aaric jujur tanpa membuka kedua matanya.     

"Kesal? What hahaha...apa aku tidak salah dengar?"     

Aaric langsung membuka kedua matanya dan menatap sang kakak dengan tajam. "Apakah terdengar lucu?"     

"Relax bro..haha...kau ini terlalu emosi, jangan seperti itu. Kalau kau terbawa emosi maka apa yang sedang kau kerjakan akan berantakan,"jawab Abby cepat dengan tangan yang terangkat ke atas.      

Aaric menghela nafas panjang ia kemudian langsung menyambar botol air mineral yang ada di hadapannya dan langsung menenggaknya sampai tandas.      

"Gadis ini, dia istimewa kak,"ucap Aaric lirih sambil meremas botol air mineral yang sudah tak tersisa isinya dengan kuat.      

"Hmm sepertinya menarik, siapa dia? maksudku dari keluarga mana dirinya berasal? Apakah aku sudah pernah bertemu dengannya?"     

Aaric menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Kau belum pernah bertemu dengannya, gadis ini adalah gadis yang pernah aku kencani 3 tahun yang lalu saat aku tinggal di Korea."     

Prok...prok...prok…     

Abby tiba-tiba bertepuk tangan dengan keras sambil tersenyum lebar. "Aku tak menyangka ternyata kau adalah tipe pria setia brother, padahal selama ini banyak sekali gadis cantik yang berusaha mendekatimu."     

"Sudah kubilang dia istimewa, apalagi…"     

"Apalagi apa?"Abby langsung memotong perkataan Aaric dengan cepat karena sudah penasaran.      

Aaric menatap sang kakak dengan tajam, ia terlihat sedang berpikir dan menimbang-nimbang akan menceritakan semuanya atau tidak pada sang kakak. Sampai akhirnya tiba-tiba ia bangun dari sofa dan merapikan jas yang ia pakai.     

"Lho…"     

"Sepertinya aku memilih untuk menyimpannya sendiri saja, cerita padamu akan memberikan pengaruh jelek padaku. Lebih baik aku kembali ke ruanganku saja dan melanjutkan pekerjaanku,"ucap Aaric tanpa rasa bersalah sambil berjalan ke arah pintu.     

Abby yang sudah sangat penasaran pada cerita Aaric pun marah-marah, ia protes pada adiknya yang sudah sampai di pintu. Akan tetapi celotehan diabaikan Aaric yang terus berjalan pergi dan menghilang dibalik pintu.     

"Dasar menyebalkan, kalau tak mau cerita jangan memancing rasa penasaran orang seperti itu. Kau benar-benar adik durhaka Aaric!!"     

Abby melampiaskan kekesalannya sambil mengirimkan voice note ke ponsel Aaric yang kemudian langsung dibalas Aaric hanya dengan satu emoticon bergambar kambing, kambing adalah hewan yang paling dibenci Abby. Pasalnya saat kecil ia pernah terjatuh dan terluka saat berlari untuk menghindari kejaran kambing di peternakan Tobias Dante, semenjak kejadian itu ia sangat membenci kambing dan semua hal yang berhubungan dengan hewan berkaki empat itu.      

"Benar-benar adik durhaka, awas saja kau ya!!"gerutu Abby benar-benar marah.      

Jordan dan Marco yang sejak tadi mendengar pertengkaran kakak dan adik itu pun hanya bisa tersenyum dan tak berniat menambah rusak mood sang tuan, di ruangan Jordan dan Marco sudah terpasang alat yang langsung terhubung dengan ruangan Abby. Sehingga mereka bisa mendengar apapun yang dibicarakan sang tuan di ruangan itu.      

Aaric yang sedang memikirkan Keyla benar-benar tak fokus, sudah sekitar 20 orang detektif swasta yang ia rekrut untuk mencari Keyla. Akan tetapi tak ada satupun dari mereka yang berhasil mendapatkan jejak-jejak keberadaan Keyla, padahal selama ini para detektif swasta itu tak pernah gagal. Keyla benar-benar menghilang bak ditelan bumi, Aaric yakin Keyla masih ada di Korea Selatan. Pasalnya ia sudah mengkonfirmasi ke kedutaan Rusia yang ada di Seoul untuk memastikan keberadaan Keyla Sharov, pihak kedutaan pun menyatakan kalau Keyla Sharov masih ada di Korea dan belum pernah keluar dari negara gingseng itu sejak 3 tahun yang lalu. Meskipun sudah mendapat informasi sebesar itu namun tetap saja tanda-tanda keberadaan Keyla tak kunjung juga ditemukan, memikirkan hal itu Aaric menjadi kesal sendiri. Kalau saja pekerjaannya tak menggunung Aaric sudah pasti akan mencari Keyla sendiri ke Seoul.      

"Jangan buat aku mengingkari janjiku Key, dimanakah dirimu berada Keyla,"ucap Aaric pelan bicara sendiri saat sudah berada di dalam jembatan yang menghubungkan gedung kantor sang kakak dan gedung kantornya.      

Saat Aaric sedang berjalan di jembatan itu beberapa staf wanita yang sudah mengenalnya langsung berbisik satu sama lain membicarakan ketampanan sang putra kedua dari sang ceo Endurance Corporation, sebenarnya sudah banyak sekali staf wanita yang berusaha mencari perhatian Aaric. Namun tak ada satupun dari mereka yang berhasil memikat Aaric.      

Getaran di ponsel yang ada di saku bajunya tiba-tiba membuat Aaric yang sudah sampai di gedung kedua dari Endurance Sky Building menghentikan langkahnya, dengan cepat ia memeriksakan ponselnya dan seketika menyipitkan kedua matanya saat membaca pesan dari Denise sang adik sepupu yang sudah ada di lobby kantornya. Denise Julie Willan anak tunggal dari profesor Frank dan dokter Louisa yang baru saja lulus dari kampusnya saat ini senang sekali mengganggu Aaric, dengan menggunakan lift Aaric langsung turun ke lantai satu untuk menemui sang adik sepupu yang usianya berbeda beberapa bulan darinya itu.     

"Aaric!!!"jerit Denise keras saat melihat Aaric keluar dari lift, seketika semua orang yang menahan nya untuk naik ke atas pun langsung tertegun saat mendengar gadis yang mereka tahan menyebut nama sang pimpinan secara langsung.      

Aaric hanya tersenyum saat namanya dipanggil dan terus berjalan dengan tenang menuju tempat Denise.     

"Pecat mereka semua, mereka tak tahu siapa aku Aaric!! Sudah kubilang, aku satu-satunya princess dari keluarga Willan. Tapi mereka tak percaya,"celoteh Denise kesal saat Aaric sudah berdiri dihadapannya.      

Aaric terkekeh. "Salahmu sendiri princess, kenapa betah tinggal di luar negeri seorang diri. Jadi jangan salahkan karyawanku kalau tak ada yang mengenalimu."     

"Aaric, kau membela mereka!!"rengek Denise mulai merajuk.     

Tawa Aaric pun pecah, ia kemudian melingkarkan tangannya ke pundak Denise. "Semuanya kenalkan ini Denise Julie Willan, anak dari pamanku Frank dan bibi Louisa. Ia baru kembali dari New York."     

Semua orang yang sebelumnya menahan Denise langsung menundukkan wajahnya saat tahu sudah membuat kesalahan, melihat semua orang di hadapannya merasa bersalah Denise tersenyum kecil.     

"Maafkan kami Nona, kami tidak tahu kalau anda…"     

"It's ok, jangan dipikirkan. Salam kenal semuanya, panggil aku Denise saja." Denise langsung memotong perkataan seorang pria berbadan besar yang sebelumnya menahan dirinya untuk masuk.      

Aaric tersenyum, ia senang melihat kedewasaan Denise. "Ya sudah ayo naik ke atas, aku yakin kau pasti membawa sesuatu untukku bukan?" Kedua mata Aaric langsung tertuju pada tas kecil yang dibawa Denise.     

"Huuu jangan terlalu percaya diri!!"sahut Denise sambil berlalu dari hadapan Aaric menuju lift.      

Aaric menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik sepupu, dengan senyum mengembang Aaric pun berjalan menyusul Denise menuju lift khusus yang hanya boleh ia gunakan sendiri itu.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.