You Are Mine, Viona : The Revenge

Princess Willan



Princess Willan

0Tiga mobil mewah dengan plat bertuliskan WILLAN berhenti di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Ottawa, meskipun hanya pergi berbelanja namun para bodyguard tidak mau melalaikan tugasnya untuk mengawal para tuan muda mereka. Apalagi saat ini mereka pergi bersama sang princess Willan yang merupakan kesayangan dari tuan besar mereka.      
0

Sebenarnya Denise bukanlah seorang gadis yang manja dan menyukai hidup mewah bersama para pelayan dan bodyguard yang selalu mengawalnya, namun karena saat ini ia sedang bersama kedua kakaknya jadi mau tak mau Denise harus membiasakan diri diikuti oleh 10 orang pria berbadan besar dengan penampilan yang sangat mencolok.      

"Silahkan princess apa yang kau inginkan?"tanda Abby pelan pada Denise saat mereka sudah masuk ke dalam mall.      

"Aku tiba-tiba saja lapar, jadi lebih baik kita makan saja ya,"jawab Denise dengan cepat.      

"Makan?"     

Denise langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Iya Aaric, Aku lapar sekali."     

Abby menghela nafas panjang, begitu juga dengan Aaric. Keduanya benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Denise yang tiba-tiba saja ingin makan, padahal sebelumnya di jalan ia sudah menyebutkan banyak barang yang ingin dibelinya. Karena tak bisa menolak ajakan sang adik akhirnya Abby dan Aaric pun mengalah dan mencari sebuah restoran terbaik yang ada di mall itu untuk makan, tanpa banyak bicara Denise kemudian meraih kedua tangan kakaknya dan membimbing mereka menuju ke sebuah restoran Jepang yang berada tak jauh di depan matanya.      

Sebenarnya alasan Denise untuk makan tidaklah benar-benar karena ia sedang lapar, akan tetapi karena sebenarnya Denise melihat mantan kekasihnya sedang berada di mall yang sama bersama sahabat yang sudah menghianatinya. Karena Denise tak mau membuat kedua kakaknya marah, akhirnya ia memilih untuk mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak makan kedua kakaknya itu. Denise benar-benar berusaha untuk menghindari Saga, mantan kekasihnya yang masih memiliki darah Jepang itu. Denise tak mau kalau identitasnya sebagai satu-satunya gadis keturunan Willan terbongkar, karena jika identitasnya yang sebenarnya terkuak maka ia tidak akan bisa menikmati hidupnya sebebas sekarang ini. Pasalnya selama ini Denise selalu mengatakan kalau dirinya adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga biasa.      

"Hidangkan semua sushi terenak dan termahal yang ada di restoran ini dalam waktu 10 menit dari sekarang,"ucap Abby pelan tanpa bantahan.      

"10 menit…"     

Abby langsung menatap pelayan yang baru saja mengulangi perkataannya. "Iya, apa kalian tak bisa melakukan itu?"     

Sang pelayan wanita itu langsung menundukkan kepalanya secara perlahan karena tak mau menatap kedua mata Abby yang terlihat marah. "Maaf Tuan muda, waktu untuk membuat sushi yang anda pesan tidak bisa dilakukan dalam waktu 10 menit tuan. Kami harus memastikan semuanya disiapkan dengan baik dan sempurna sebelum kami sajikan kepada anda, dan itu akan memakan waktu paling cepat sekitar 20 menit Tuan."     

Brak…     

"Apa…."     

"Ok nona...tolong siapkan ya, kami akan menunggu." Denise langsung menyela perkataan kakaknya menyelamatkan sang pelayan yang terlihat sudah sangat ketakutan.      

"Ba-baik nona, kalau begitu saya permisi dan menyiapkan semuanya."      

Tanpa berani mengangkat wajahnya sang pelayan yang baru saja menghadapi Abby langsung berlari menuju dapur dan mengatakan kepada kepala chef mereka tentang pesanan yang baru saja diminta Abby.     

"Kenapa kau membelanya seperti itu Denise,"gerutu Abby sedikit kesal.      

Denise menghela nafas panjang. "Ayolah Xander, permintaanmu itu sangat konyol. Kau meminta semua sushi terenak yang ada di restoran ini untuk disajikan kepada kita dalam waktu 10 menit, itu sangat tidak masuk akal lagipula semua sushi yang kau pesan itu itu dibuatnya cukup rumit. Apalagi di restoran ini ini makanannya dibuat saat pesanan datang, jadi pastinya akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Jangan konyol seperti itu, minta disiapkan suci dalam waktu 10 menit memangnya mereka robot."     

Abby menyipitkan matanya. "Aku jadi penasaran, sebenarnya kau ini seorang Willan atau bukan. Kenapa kau lembut sekali, benar-benar bukan Willan sekali."     

Aaric terkekeh, ia yang sejak tadi menjadi pendengar setia kakak dan adiknya berdebat kemudian melingkarkan tangannya ke pundak Denise. "Denise adalah anak gadis Mommy kita kak, jadi wajar saja kalau sifatnya seperti Mommy yang lemah lembut itu. Jadi kau tak usah heran, apalagi aunty Louisa juga sama lembutnya dengan Mommy. Jadi ya sudah, seperti inilah adik kita tercinta ini kak."     

"Yah...kau benar, sifatnya ini hasil didikan mommy dan aunty,"sahut Abby dengan cepat.      

Denise menyipitkan matanya dan langsung melepaskan tangan Aaric dari pundaknya, dengan sedikit kesal Denise bangun dari sofa dan berjalan menuju toilet meninggalkan kedua kakaknya yang masih terus tertawa geli karena berhasil menggodanya.      

Abby menggelengkan kepalanya perlahan menatap Denise yang akhirnya menghilang di balik lorong menuju toilet. "Aku khawatir padanya."     

"Pada siapa?"     

"Denise, dia terlalu baik. Aku takut jika kita tidak bisa menjaganya dengan baik Aaric, kau ingat bukan dengan pesan Paman Frank pada kita berkali-kali agar terus menjaga Denise,"jawab Abby lirih.      

Aaric meletakkan cangkir ocha yang ada di tangannya perlahan ke atas meja. "Aku ingat, karena itulah aku selalu memantau kondisinya dari jauh. Aku sebenarnya juga sangat penasaran sekali kenapa bisa ada seorang Willan yang berhati lembut seperti dia, padahal kita…"     

"Kita? No no no….kau saja aku tidak, mohon maaf." Abby langsung memotong perkataan Aaric dengan cepat.      

"Oh jadi kau mulai tidak mengakui sifatmu yang brengsek itu, padahal dulu yang mengajariku berganti gaya dalam bercinta adalah kau bajingan!!"sahut Aaric emosi.      

Abby tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sang adik yang terlihat benar-benar marah padanya, ia puas sekali kalau sudah membuat adiknya marah seperti saat ini. Saat Abby akan merespon ucapan Aaric tiba-tiba ekor matanya menangkap sosok Denise yang sedang berhadapan dengan seorang gadis yang memojokkannya ke dinding, karena tak mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan Abby langsung bangun dari kursinya dan bergegas menghampiri sang adik yang terlihat membutuhkan bantuannya itu.      

"Oh jadi kau bisa datang ke restoran mewah ini rupanya, aku penasaran siapa sugar Daddy yang membayarnya Denise,"ucap seorang gadis cantik yang berdiri di hadapan Denise dengan lantang.     

"Claire, sudahlah. Jangan cari masalah di tempat ini, ini tempat umum Claire,"ucap Saga pelan meminta Claire untuk tenang.      

Gadis bernama Claire yang merupakan sahabat Denise langsung menoleh ke arah Saga dengan tatapan tajam. "Dia mengikuti kita Saga, gadis munafik ini berbohong saat terakhir kali dia mengatakan tak akan mengganggu hubungan kita lagi. Buktinya sekarang dia ada di tempat yang sama dengan kita, aku yakin sekali dia memang sudah mengikuti kita sejak tadi. Aku yakin dia akan rusak hubungan kita Saga."     

"Merusak hubunganmu? Siapa yang kau maksud?"Abby yang sudah berdiri dibelakang Claire dan Saga ikut bicara.     

Mendengar perkataan seorang pria yang ikut bicara, Claire dan Saga langsung menoleh dan terkejut ketika melihat sosok Abby sudah berdiri di hadapan mereka berdua dengan tatapan tajam penuh amarah.      

"Siapa yang kau sebut sebagai perusak hubungan?"Abby mengulangi pertanyaannya kembali.     

Seketika wajah Claire memerah, melihat dan mendengar suara Abby membuatnya terpesona. Seketika kecintaannya pada Saga pun luntur.      

"Gadis ini, dia pelacur kecil yang mencoba…     

Plakk...brukk     

Sebuah tamparan melayang ke wajah Claire, bukan Abby yang melayangkan pukulan melainkan Aaric yang sudah langsung terbawa emosi ketika mendengar sang adik kesayangan disebut sebagai pelacur.     

"Kau beraninya memukul wanita.."     

Aaric langsung menoleh kearah Saga yang terlihat marah. "Aku bukan hanya berani memukul wanita tapi aku bisa membunuh 100 wanita sekali pun yang berani melukai hati adik kesayanganku, Denise Julie Willan. Tak akan kubiarkan satu manusia pun di bumi ini membuat adikku menangis termasuk kau dan kekasihmu yang jelek itu."     

"Wi-Willan…"     

"Ya, gadis yang kalian bully itu adik kesayangan kami. Princess yang berharga dari keluarga Willan, beraninya kalian berdua sudah memfitnah adikku dengan kata-kata yang sangat menjijikkan seperti itu." Abby memotong perkataan Saga dengan cepat, Saga terlihat sangat terkejut ketika nama Willan disebut. Begitu juga dengan Claire yang langsung membelalakan kedua matanya.      

Karena sudah sangat kesal Abby kemudian memberikan perintah kepada para bodyguard-nya untuk mengurus Saga dan Claire, sepasang kekasih itu memberontak ketika diseret keluar dari restoran oleh para pria berbadan besar yang berpakaian hitam dengan menggunakan pin emas dengan simbol huruf W besar di bajunya masing-masing. Sementara Aaric langsung mendekati Denise dan memeluknya dengan erat.     

"We're here Denise, don't worry,"ucap Aaric lirih.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.