You Are Mine, Viona : The Revenge

Second meet



Second meet

0"Mom, aku tak butuh bodyguard!"protes Denise ditelepon pada sang ibu.     
0

"Don't ask me baby, ask your father."      

"Tapi Mom…"     

"Baby, mommy ada operasi. Mommy harus pergi, nanti mommy hubungi lagi ok. Bye darling."      

Denise menatap ponselnya yang sudah kembali menunjukkan foto masa kecilnya bersama Abby dan Aaric sebagai wallpaper ponselnya, ia pun hanya bisa menghela nafas panjang panggilannya terputus. Denise kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku blazernya dan keluar dari mobil untuk masuk ke rumah sakit, hari ini ia bertugas pagi. Denise hanya bisa melirik tajam ke arah 10 orang pria berbadan besar yang sudah berdiri mengelilingi mobilnya.     

"Come on, ini rumah sakit tempatku bekerja tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sini. Jadi kalian bisa tenang dan berdiri di luar, aku tak mau kehadiran kalian mengganggu kenyamanan teman-temanku atau pasien yang lain. Rasanya akan sangat tidak enak jika mereka tahu kalian adalah orang-orang yang diminta untuk menjagaku,"ucap Denise pelan dengan tatapan tidak suka.     

"Maaf Nona Willan, tugas kami adalah menjaga anda. Jadi jangan minta kami pergi."     

Denise menepuk keningnya. "Oh my lord, bukan itu maksudku. Tapi kalian seharusnya tidak terus mengikutiku ke dalam rumah sakit, bahkan sampai berdiri di depan ruangan kerja aku itu sangat tidak nyaman."     

"Menjaga anda adalah tugas kami Nona, mohon maaf."     

Denise menghela nafas panjang, kesabarannya hampir habis saat ini. Karena tak mau berdebat lagi akhirnya Denise memilih masuk ke dalam rumah sakit, jam kerjanya hampir dimulai. Saat Denis masuk ke dalam rumah sakit banyak orang yang melihatnya dengan tatapan tidak suka, mereka terlibat marah dan kesal pada Denise. Yang mana hal itu sudah dirasakan oleh Denise juga, namun karena Denise tak mau mencari masalah akhirnya ia mengabaikan pandangan tidak mengenakan itu kepada dirinya.     

"Dokter Denise Jolie Willan, anda dipanggil ke ruangan direktur,"ucap seorang suster pada Denise dengan ramah tepat di depan ruang ganti.     

"Tunggu, saya ganti baju dulu sus,"jawab Denise sambil tersenyum.     

"Tidak dok, anda diminta untuk datang saat ini tanpa berganti baju,"sahut sang suster kembali.     

Denise menghela nafas panjang. "Baiklah, saya akan pergi sekarang."      

Setelah berkata seperti itu Denise kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangan direktur yang ada di lantai 5 rumah sakit, Denise yakin sekali ia akan mendapatkan info buruk kali ini. Pasalnya tadi sang suster yang memanggilnya pergi ke ruangan direktur sudah menyebut lengkap namanya, padahal selama ini Denise tidak pernah menyebut nama Willan sebagai nama belakangnya. Dengan langkah tenang Denise berjalan menuju ruangan sang direktur rumah sakit yang sudah ada di depan matanya, setelah mengetuk pintu 3x Denise kemudian diperbolehkan masuk.      

"Maaf Nona Willan, sebagai direktur rumah sakit saya terpaksa mengambil sikap. Saya tahu keinginan besar anda untuk bergabung dengan kami, tapi sekali lagi saya mohon maaf. Kami tak bisa mempekerjakan anda lebih lama lagi, saya ucapkan terima kasih atas 3 minggu ini Nona. Saya merasa beruntung bisa mengenal dokter muda yang hebat seperti anda,"ucap sang direktur rumah sakit St Elizabeth pada Denise ketika menutup pembicaraannya.      

Wajah Denise terlihat datar, ia yang sudah siap menerima info apapun tak bicara banyak. Ia bahkan sudah mengira hal ini akan terjadi cepat atau lambat, apalagi setelah para bodyguard yang diperintah untuk menjaganya masuk ke dalam rumah sakit.      

"Terima kasih atas kerjasamanya selama 3 minggu terakhir ini prof, saya benar-benar bersyukur bisa bergabung di rumah sakit ini dan mengenal semua dokter serta profesor hebat yang ada di rumah sakit ini. Semoga di masa yang akan datang kita bisa bekerjasama lagi, baiklah kalau begitu saya permisi,"jawab Denise dengan tenang, darah seorang Willan memang tak pernah bisa menipu. Ketenangannya sangat luar biasa saat ini, padahal kalau orang lain mungkin belum bisa tenang seperti dirinya. Dipecat setelah bekerja selama 3 minggu adalah mimpi buruk untuk siapapun.      

Setelah meraih kertas pemutusan kerja Denise pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan sang direktur dengan anggun dan terlihat sangat mengintimidasi. Sungguh darah Willan yang mengalir di tubuhnya begitu kuat, beberapa dokter muda yang juga baru bekerja 3 minggu dengannya hanya bisa diam saat melihat Denise berjalan. Mereka merasa Denise yang baru mereka lihat ini sangat berbeda dengan Denise yang biasanya, setelah mengembalikan kunci locker Denise kemudian keluar dari rumah sakit St Elisabeth tanpa bicara. Ia menahan diri untuk tak meledak di rumah sakit, para bodyguardnya pun langsung berjalan dengan cepat saat melihat Denise keluar dari rumah sakit.      

"Aku mau ke Endurance Sky Building, apa perlu kalian mengikutiku lagi?"tanya Denise dingin.     

"Iya Nona." Sepuluh pria berpakaian serba hitam menjawab kompak pertanyaan Denise.     

Denise menatap tajam para bodyguard yang berdiri dihadapannya. "Ok ayo ikuti aku, papa yang meminta kalian bukan? Ayolah kita ke kantor Daddy ku, ikuti aku kemanapun."      

Perkataan Denise terdengar biasa saja namun penuh sindiran yang tajam, dengan menahan rasa marahnya Denise masuk ke dalam mobil Ferrari merah kesayangannya. Ia lalu memacu mobil berlogo kuda itu ke jalan raya menuju Endurance Sky Building, Denise ingin mengeluarkan kekesalannya di kantor sang paman. Biasanya setiap ia bertengkar dengan kedua orangtuanya Denise selalu pergi pada Fernando atau Viona untuk mencari dukungan dan hal itu masih berlangsung sampai detik ini disaat usianya sudah beranjak dewasa.      

Endurance Sky Building     

Hari ini Aaric dan Abby menghadiri meeting bersama Zabina Petrov dan timnya, saat Zabina presentasi Aaric tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari gadis cantik itu begitupula Abby. Keduanya terlihat sangat serius mendengarkan penjelasan Zabina sebagai salah satu vendor yang akan membantu Endurance Corporation mengembangkan proyek mobil tenaga surya di Mesir.     

"Kalau semua materi disetujui pihak Endurance Corporation, maka pemasangan panel-panel surya itu akan bisa dilakukan dalam dua minggu kedepan,"ucap Zabina pelan mengakhiri penjelasannya.     

"Tapi nona Petrov, waktu yang anda berikan itu terlalu singkat. Kita harus memastikan panel panel surya itu memang mempunyai kualitas nomor satu, karena ini adalah proyek jangka panjang maka kita tidak bisa menggunakan bahan-bahan biasa. Maka dari itu kami harus memeriksa kembali dengan detail alat-alat yang akan digunakan dalam pemasangan panel panel surya itu dan untuk memeriksa semuanya kami membutuhkan waktu yang tidak sebentar,"jawab Abby dengan cepat.      

Zabina tersenyum. "Saya mengerti kekhawatiran Anda tuan Willan, tapi seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa bahan-bahan yang kami gunakan dalam…"     

Brakk     

Pintu ruangan meeting tiba-tiba dibuka dengan kencang dari luar.     

"Xander... Aaric, help me!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.