You Are Mine, Viona : The Revenge

Dokter juga manusia



Dokter juga manusia

0Saat Abby hampir tiba di mall tiba-tiba saja ia teringat bahwa seorang Ruben Oliviera tak tahu wajah aslinya, pasalnya selama ia menghadiri berbagai acara di pertemuan para pemimpin kelompok mafia yang ada di Italia Abby selalu menggunakan topeng yang tak membuat mereka bisa melihat wajahnya. Setelah menyadari kebodohannya Abby kemudian menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan tertawa terbahak-bahak, karena panik ia jadi lupa segalanya. Melihat mobil sang tuan berhenti, Marco dan Jordan pun ikut menghentikan mobilnya dan menghampiri sang tuan yang ternyata sedang menertawakan kecerobohannya.      
0

Wajah Marco dan Jordan pun langsung pucat saat mengetahui alasan Abby tertawa.      

"It's ok, kalian tak perlu minta maaf terus seperti kepadaku. Karena sejujurnya aku juga benar-benar sedang tidak fokus, mendengar nama Ruben Oliviera datang pikiranku langsung blank,"ucap Abby pelan menjawab permintaan maaf Marco dan Jordan yang sudah membuat Abby meninggalkan meeting pentingnya. "Justru aku yang berterima kasih kepada kalian karena sudah mengingatkan hal yang hampir aku lupakan, setidaknya aku harus lebih waspada lagi jika ada salah satu kelompok dari Italia yang lainnya."     

"Siap Tuan, sekali lagi maafkan kami. Kami benar-benar ceroboh,"sahut Marco lirih.     

"Kami berjanji hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di masa depan, ini akan menjadi kesalahan pertama dan terakhir kami." Jordan ikut menimpali perkataan Marco.      

Abby hanya tersenyum mendengar perkataan kedua tangan kanannya itu, karena sudah berada di pusat kota akhirnya Abby memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak melupakan tumpukan dokumen yang harus diselesaikan secepatnya. Bersama Marco dan Jordan, Abby berjalan-jalan di sebuah mall terbesar yang ada di Ottawa, beberapa orang gadis yang mengenalinya nampak berbisik-bisik di belakang sambil menunjuk-nunjuk foto besar dirinya bersama Aaric yang terpajang di sebuah papan iklan yang sedang mempromosikan proyek mega besar endurance corporation di Mesir. Proyek yang digadang-gadang akan menjadi saingan mobil listrik yang sedang populer saat ini.      

"Lebih baik kita makan, kebetulan aku sedang lapar. Kira-kira kalian ada ide apa untuk makan siang kita kali ini?"tanya Abby pelan sambil menatap deretan restoran terbaik yang ada di hadapannya.      

"Burger."     

"Pizza."     

"Oh come on, aku sudah bosan dengan semua makanan itu,"sahut Abby dengan cepat.     

Seketika Marco dan Jordan pun menggeleng dengan kompak, mereka berdua tak mempunyai bayangan apapun untuk mencari makanan enak saat ini. Kedua pemuda itu masih merasa sedikit bersalah pada Abby pasca membuat tuannya itu panik. Saat Abby akan berjalan menuju sebuah restoran Cina tiba-tiba seorang gadis yang menggunakan kacamata hitam menghentikan langkah Abby, ia bahkan dengan terang-terangan memotong jalan Abby.      

Melihat ada wanita asing yang mengganggu sang tuan Marco dan Jordan pun langsung bertindak cepat, kedua pria itu berusaha menyingkirkan gadis itu dari hadapan Abby. Meski awalnya gadis itu memberontak, namun karena ia kalah kuat akhirnya dengan mudah gadis itu dijauhkan dari Abby.      

"Jangan sakiti dia, lepaskan saja. Ayo kita masuk, aku lapar."      

Suara Abby yang cukup keras akhirnya membuat Marco dan Jordan melepaskan cengkraman tangannya dari tubuh gadis asing yang sebelumnya menghalangi jalan Abby, kedua pria itu langsung masuk ke dalam restoran menyusul Abby yang sudah masuk lebih dulu.      

Gadis yang sebelumnya menghalangi jalan Abby itu perlahan melepaskan kacamata hitamnya, kedua mata biru indahnya menatap nanar ke arah Abby yang sedang duduk bersama Jordan dan Marco. "Kau bilang akan mencarimu Alex, tapi ternyata kau bohong. Bahkan ketika aku datang mencarimu ke Ottawa kau tak mengenaliku, harus berapa janji lagi yang akan aku ingkari Alex hiks."      

Gadis bermata biru itu langsung menangis histeris, meski tanpa suara ia terlihat sudah sangat terluka. Tanpa berbicara gadis itu berlari dari lantai 3 mall menuju lobby, ia ingin kembali ke apartemennya dan memuaskan diri menangis disana. Seperti yang sudah ia lakukan selama dua minggu terakhir ini pasca tiba di Ottawa.      

"Kau jahat Alex, kau pembohong hiks...aku membencimu. Sangat membencimu, aku tak akan memaafkanmu Alex. Litte star juga tak akan memaafkanmu, kami membencimu Alex." Gadis cantik itu masih mengeluarkan beberapa patah kata saat sudah berada di taksi yang akan mengantarkannya ke apartemen yang berada tak jauh dari rumah sakit Global Bros, tempat tinggal barunya yang akan ia tinggali seorang diri.      

Endurance Sky Building     

Aaric yang sedang berada di ruangan sang ayah tiba-tiba menundukkan wajahnya sampai menyentuh meja sembari memegangi dadanya menggunakan tangan kanannya, Fernando yang melihat itu langsung panik dan menghampiri sang putra.      

"Son, are you ok? What happen? Aaric, can you hear me?" Fernando langsung memberondong Aaric dengan banyak pertanyaan, dadanya mencelos saat melihat salah satu putra kesayangannya tiba-tiba memegangi dadanya seperti sedang kesakitan.     

"I'm ok Dad, don't worry."     

Fernando mendengus. "No, you're not okay. Come to the hospital, Your mother should check your condition firsthand."     

"Dad, please."     

"Jangan membantah Aaric, kita ke rumah sakit sekarang. Justin siapkan helikopter!"pekik Fernando dengan keras, kedua matanya terasa panas.      

Bayangan Aaric kesakitan beberapa saat yang lalu kembali hadir dalam benak Fernando, sejak kecil kedua anaknya tak ada yang pernah sakit. Viona dan Fernando memberikan perawatan yang terbaik untuk kedua putra mereka yang terlahir prematur, karena itu ketika Fernando melihat Aaric tiba-tiba kesakitan seluruh sendi dalam tubuhnya langsung melemas seketika.      

"Tapi pekerjaan kita…"     

"Persetan dengan pekerjaan, aku kaya raya. Tak masalah kehilangan satu proyek, nyawa putraku jauh lebih berharga dari semua itu." Fernando langsung memotong perkataan Aaric dengan cepat.      

Aaric terdiam mendengar perkataan sang ayah, ia tak percaya akan mendengar kalimat itu lagi dari ayahnya setelah bertahun-tahun berlalu. Tak lama kemudian Justin masuk kembali ke dalam ruangan Fernando dan memberitahukan bahwa helikopter yang diinginkan oleh Fernando sudah siap di rooftop.      

"Bantu Aaric jalan, aku akan menghubungi Viona."     

"Siap Tuan,"jawab Justin dengan cepat.     

Fernando meraih ponselnya dan langsung menekan panggilan cepat yang terhubung ke nomor sang istri. "Harry kau rapikan berkas-berkas ini."     

"Baik Tuan."     

"Yes honey…"     

"Siapkan ruangan VIP, aku dalam perjalanan menuju rumah sakit. Aaric, anak kita dia sakit."     

"Apa!!!!!"jerit Viona dengan keras sehingga membuat Fernando menjauhkan ponsel dari telinganya.      

"Tak ada banyak waktu untuk menjelaskan, lebih baik kau siapkan ruangannya aku akan segera naik helikopter bersama anakmu,"sahut Fernando dengan cepat.     

"Ok..ok aku akan mengurus ruangannya, hati-hati aku menunggu kalian." Suara Viona terdengar serak saat menjawab perkataan terakhir Fernando sebelum akhirnya menutup panggilan dari sang suami.      

Fernando pun langsung memasukkan ponselnya begitu tiba di rooftop, ia langsung mempercepat langkah kakinya menuju helikopter menyusul Aaric dan Justin yang sudah masuk lebih dulu.     

"Dad, i'm ok."     

"Shut up Alarick Alexander Willan, ayo berangkat Justin."     

Justin yang sudah duduk di kursi co pilot langsung menganggukan kepalanya, karena sang pilot sudah mendapatkan izin terbang akhirnya helikopter itu bisa mengudara dengan cepat menuju ke rumah sakit Global Bros. Dimana Viona menunggu anak dan suaminya datang dengan mata berkaca-kaca, meskipun ia seorang dokter namun ketika mengetahui darah dagingnya sakit hatinya tetap hancur.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.