You Are Mine, Viona : The Revenge

Adik durhaka



Adik durhaka

0Setelah mendapatkan izin Angelic pun pergi ke tempat latihan karate untuk melakukan latihan perdana, ia terlihat gugup namun sangat bersemangat.      
0

Ketika memasuki tempat latihan karate Angelic sudah disuguhkan dengan pemandangan yang cukup menarik, dimana saat ini telah terjadi pertandingan antara dua orang pria yang memakai sabuk hitam di area khusus yang dikelilingi banyak orang. Karena penasaran Angelic pun mencari tahu dan cukup terpesona saat melihat dua sosok pria yang sedang bertanding.      

"Ayo Abby, kalahkan dia."     

"Kau pasti bisa Abby."     

"Jangan lama-lama Abby, kalahkan lawanmu."     

Sorak-sorak dari orang yang datang ke tempat itu terdengar sahut menyahut memberi semangat kepada seorang pria bernama Abby yang sedang bertanding, mendengar banyak orang yang mendukung seorang pria bernama Abby akhirnya rasa penasaran Angelic pun datang.     

"Yang mana yang namanya Abby?" Angelic bertanya pada seorang gadis yang berdiri di depannya.      

Gadis yang berdiri di depan Angelic pun menoleh kebelakang, menatap Angelic dengan tatapan tak suka. "Kau anak baru disini?"     

"Iya, aku baru bergabung hari ini."      

"Oh pantas saja kau tak tahu si tampan itu, ok karena kau anak baru maka akan kuberitahu yang mana pangeran kami. Lihat baik-baik dua pemuda itu, pemuda berambut hitam kelam itulah Abby. Meski lawannya Lionel juga tampan tapi tetap saja Abby yang paling sempurna,"ucap gadis itu penuh semangat menjelaskan pada Angelic perihal Abby dan Lionel lawannya bertanding hari ini.      

Angelic menatap ke arah tengah area menatap dua orang pemuda yang sedang bertanding, seperti yang dikatakan gadis sebelumnya Angelic memang melihat jelas bahwa memang si pemuda berambut hitam lebih tampan dari lawannya dan kelihatannya dia juga lebih mendominasi lawannya yang bernama Leonel.      

"Kenapa hanya Abby saja yang banyak pendukung,"gumam Angelic penasaran, ia merasa heran melihat tak ada satupun orang di tempat itu yang menyebut nama Lionel hanya ada nama Abby saja yang terdengar saja dimana-mana.      

Suara sorak semakin terdengar keras saat pria bernama Abby berhasil memenangkan pertandingan, para gadis yang merupakan fans dari Abby pun langsung menghampiri pemuda itu untuk memberikan selamat. Sementara lawannya yang terkapar bisa ditebak hanya duduk sendiri sambil menunduk, melihat pemandangan itu Angelic tak tega. Meski tak mengenal pemuda itu namun Angelic memberanikan diri mendekatinya dan memberikan sebotol air mineral padanya.      

"Kau pasti haus,"ucap Angelic pelan saat memberikan botol minuman kepada Leonel.      

Leonel yang sedang menunduk perlahan mengangkat wajahnya menatap gadis asing yang memberikan air minum padanya. "Aku tak butuh belas kasihmu."      

"Cih, aku tak kasihan. Aku hanya sedang baik hati saja makanya aku memberikan air minum padamu,"ujar Angelic ketus, ia tak senang karena pemuda yang ada di depannya memberikan sambutan tak baik atas niat baiknya.      

"Aku sudah menawarkan padamu, tak mungkin aku menariknya kembali."      

Setelah berkata seperti itu Angelic kemudian meletakkan botol air minum yang ia bawa disamping kaki Lionel, sedetik kemudian ia pun bergegas pergi dari tempat itu menuju tempat registrasi untuk melakukan pendaftaran ulang sekaligus untuk menemui pelatih khusus anggota baru seperti dirinya.      

Melihat gadis yang memberikannya minuman pergi begitu saja Lionel merasa sedikit terganggu, ia menatap Angelic dari atas sampai bawah saat berjalan menuju ruang ganti yang berada disamping ruang pendaftaran. Dan bukan hanya Lionel saja yang menatap Angelic, Abby pun juga menatap gadis itu sejak ia berjalan menghampiri Lionel dengan membawa sebotol air minum.      

"Bodoh, kenapa kalian baru datang. Bukankah aku bilang pertandingan dimulai pukul 4 sore!!"hardik Lionel kesal pada kelima orang anak buahnya yang baru datang.      

"Maaf tuan, tadi jalanan…"     

"Akh fuck, persetan dengan jalanan. Kalian semua memang suka sekali cari masalah denganku."     

Lionel yang kesal lalu bangun dari lantai dan bergegas pergi dari tempat itu dengan masih memakai baju karatenya, ia tak berganti terlebih dahulu seperti yang sudah-sudah. Tangannya menggenggam erat botol air mineral yang diberikan Angelic, melihat sang tuan marah besar kelima pemuda itu pun bergegas pergi dari tempat itu dan menyusul tuannya pergi.      

Dari pinggir lapangan Marco dan Jordan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Lionel, rival utama tuan mereka di tempat karate. Meski Lionel juga pemegang sabuk hitam namun tetap saja kemampuannya masih di bawah Abby, jadi tak heran kalau dia selalu pasti kalah saat melawan Abby.      

"Maaf nona-nona, sepertinya kalian harus menyingkir. Tuan Abby harus berganti pakaian, dia juga butuh udara segar." Marco menghampiri Abby dan mengusir pergi para gadis yang mengelilingi tuannya itu.     

Perkataan Marco tak dihiraukan para gadis yang sedang mencoba mencari perhatian Abby itu, mulai dari menawarkan minuman, memberikan handuk kecil untuk menyeka keringat sampai menawarkan pijatan yang sama sekali tak Abby butuhkan. Melihat tuannya dikerubuti para gadis akhirnya Jordan turun tangan, ia yang lebih tegas dari Marco berhasil membuat para gadis itu menyingkir dari Abby. Begitu para gadis itu pergi Abby pun dikawal Jordan menuju ruang ganti, sementara Marco menghalau para gadis itu untuk mendekati Abby kembali.     

Sejak perkelahiannya di kampus tak ada satupun orang yang berani mengganggu Abby kembali, baik Martin Kane atau pun Theo. Mereka tak memiliki nyali besar untuk mengusik Abby kembali, mereka justru terlihat menjaga jarak dengan Abby dan berusaha untuk tidak melakukan kontak dengan Abby yang mana hal itu sangat menyenangkan untuk Abby. Pasalnya akhirnya ia bisa memiliki ruang gerak yang lebih banyak dan membuatnya bisa pulang tepat waktu karena tak terganggu mereka, seperti hari ini ia bisa datang berlatih karate mengasah kemampuannya dan meladeni tantangan Lionel untuk bertanding.      

Angelic yang sudah berganti pakaian dan bersiap untuk berlatih pertama kali nampak sangat bersemangat, ia menjadi satu-satunya gadis di antara para karateka baru yang mulai berlatih hari ini. Pelatih para murid baru itu pun seorang wanita yang mana itu memberikan kenyamanan untuk Angelic yang baru terjun dalam dunia karate.      

"Dalam karate yang paling penting adalah saling menghargai satu sama lain, apa kalian mengerti?"     

"Yes, Mam." Semua anggota baru termasuk Angelic menjawab dengan kompak perkataan sang pelatih.     

"Baik, kalau begitu kita mulai pada hal yang paling dasar."      

Sekitar 15 orang yang menjadi murid baru dalam club karate itu terlihat sangat serius memperhatikan penjelasan yang diberikan sang pelatih, mereka memperhatikan dengan detail setiap penjelasan yang diberikan pelatihnya. Begitu juga dengan Angelic yang sangat menyimak penjelasan wanita cantik yang menjadi pelatihnya itu.     

"Ramai sekali hari ini,"ucap Abby pelan saat melangkahkan kakinya keluar dari ruang ganti menatap anggota baru yang sedang dilatih Sheila salah atau pelatih khusus anggota baru.      

"Itu karena Anda datang Tuan,"sahut Marco asal bicara.      

Abby menggelengkan kepalanya. "Bukan itu yang aku maksud, tapi mereka."      

Marco dan Jordan menoleh ke arah Sheila yang mengajar anggota baru.      

"Oh anggota baru,"celetuk Marco lirih.      

"Yes…"     

Getaran dari ponsel yang berada dalam saku Abby membuat pria itu membatalkan niatnya untuk melanjutkan perkataannya, ia memilih untuk melihat ponselnya untuk mencari tahu siapa yang menghubunginya. Senyumnya tersungging lebar saat melihat nomor yang sangat tidak asing muncul di layar ponselnya.      

"Dasar brengsek, kau masih hidup rupanya!! Aku kira kau sudah mati adik durhaka."     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.