You Are Mine, Viona : The Revenge

Family secrets



Family secrets

0Sonia Oliveira duduk di sofa yang berada diruang keluarga sambil memeluk putri bungsu kesayangannya Natalie, sementara suami dan kedua anak yang lain berdiri sambil menundukkan kepalanya.     
0

"Kau yakin sudah tidak apa-apa sayang?"     

Natalie menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja Mom."     

"Ok, sekarang kau naik kekamarmu tunggu Mommy ya.     

"Tapi Mom..."     

Sonia meraih tangan Natalie dan menciumnya perlahan dengan penuh kasih. "Patuh ya sayang,"ujarnya lembut.     

Diperlakukan seperti itu oleh sang ibu akhirnya Natalie pun luluh, tanpa membantah lagi gadis itupun bergegas pergi dari ruang keluarga menuju kamarnya yang ada dilantai dua. Awalnya Natalie ingin menguping apa yang dibicarakan kedua orang tua dan kakaknya itu, akan tetapi niatnya tak bisa dilanjutkan sebab ibunya terus menatapnya, mengawasi dirinya benar-benar pergi dari tempat itu. Natalie pun menyerah, ia lalu mempercepat langkahnya menuju kamar.     

Setelah memastikan putri kesayangannya benar-benar pergi Sonia lalu bangun dari sofa dan berdiri tepat dihadapan suami dan kedua anaknya Nelly dan Victor.     

"Bukankah aku sudah bilang padamu jangan bahas hal-hal seperti itu jika ada Natalie ditengah-tengah kita, kenapa kau melupakan itu Ruben!!"     

"Aku tak melakukan hal yang salah sayang, kenapa kau marah seperti itu,"jawab Ruben dengan cepat.     

Sonia membeliak, menatap suaminya dengan sorot mata jengkel.     

"Apa kau tak tahu kesalahan besar yang kau perbuat tadi Ruben? Kau membahas penis seorang pria dihadapan putrimu yang masih polos, kau membahas kejamnya dunia mafia dihadapannya. Dihadapan Natalie yang kubesarkan selayaknya gadis normal lainnya. Sekarang kau bertanya padaku apa kesalahanmu?!"     

Ruben Oliveira terdiam, ia tak bisa membantah perkataan istrinya. Meskipun ia pemimpin sebuah organisasi mafia yang cukup disegani, tetap saja dihadapan sang istri ia seperti kucing persia yang penurut.     

"Lalu kalian berdua juga, kenapa kalian suka sekali membully adik bungsu kalian. Bukankah Mommy sudah mengatakan sejak awal bahwa kalian bisa mengikuti jejak ayah kalian dengan syarat jangan usik Nate, tapi yang kalian lakukan tadi apa? Menggodanya, mengejeknya seperti itu. Nate itu berbeda dengan kalian berdua, ia tak tahu apa-apa dengan dunia kalian. Apa perkataan Mommy waktu itu tak kalian ingat baik-baik Nelly, Victor?"Sonia bicara dengan suara keras pada kedua buah hatinya yang lain itu.     

Nelly dan Victor pun seperti Ruben, sang ayah. Keduanya hanya bisa diam, menundukkan kepalanya tak memberikan jawaban apapun pada ibunya.     

"Aku hanya minta satu Ruben, aku hanya minta satu anak darimu yang bisa aku didik seperti anak-anak yang lain. Tolong bantu aku mewujudkan cita-citaku itu, aku sudah merelakan Nelly dan Victor mengikuti jejakmu. Kalau kau ingin mengambil Nate-ku yang polos untuk masuk ke organisasi lalu aku akan bersama siapa Ruben? Setiap hari ketika kalian pergi rasanya jantungku diremas-remas dari dalam, cemas, khawatir, gelisah dan takut jika terjadi hal buruk pada kalian saat bekerja. Kalau seandainya kau membuat Nate seperti Nelly dan Victor lalu aku bagaimana Ruben? Aku akan semakin gila memikirkan kalian berempat,"ucap Sonia jujur mengatakan isi hatinya. "Tolong jangan ubah Natalie, aku mohon."     

Ruben tersentak mendengar perkataan istrinya, begitu juga dengan Nelly dan Victor.     

Dengan penuh kasih pria itu meraih tubuh istrinya dan memeluknya erat, diciumnya pucuk kepala wanita yang dicintainya itu dengan penuh cinta. "Nate milikmu, aku tak akan mungkin membawanya ke dunia mafia sayang. Jangan khawatir."     

"Iya Mom, maafkan kami sudah terus menerus menggoda Nate,"ujar Victor dengan cepat menimpali perkataan sang ayah.     

Nelly yang sejak tadi kesal karena merasa ibunya terlalu mencintai adik bungsunya itu bergabung dengan ayahnya memeluk sang ibu dengan erat. "Maafkan aku Mom, aku bersalah. Aku tak akan menggoda Nate lagi mulai sekarang."     

Sonia terisak mendengar perkataan suami dan kedua anaknya, ia benar-berar terharu dan bahagia saat ini. Rasa takut kehilangan suami dan anak-anaknya membuat dirinya menjadi sangat posesif pada Natalie, Sonia menganggap Natalie adalah penguatnya disaat suami beserta anak pertama dan anak keduanya sedang bekerja. Karena itulah ia tak mau jika Natalie menjadi bagian dari organisasi pimpinan Ruben.     

"Berjanjilah jangan bahas hal-hal seperti itu lagi jika ada Natalie diantara kita, Mommy sudah membiarkan kalian mengikuti jejak ayah kalian. Jadi jangan bawa Nate juga, biarkan Nate bersama Mommy dirumah. Menjalani hidup normal seperti keluarga yang lain,"ucap Sonia kembali dengan suara parau.     

"Iya Mom, kami mengerti." Nelly dan Victor menjawab kompak perkataan sang ibu.     

Sementara itu Ruben diam tak mengeluarkan sepatah katapun, ia membiarkan istrinya mengeluarkan uneg-unegnya kali ini. Ia pasrah jika istrinya itu marah kepada dirinya, karena semua ketakutan istrinya itu adalah hasil dari kesalahannya juga yang sudah membawa dua anak pertama mereka masuk ke dunia hitam, dunia yang ia geluti sejak remaja.     

Tanpa sepengetahuan Sonia, dari lantai dua Natalie menguping pembicaraan mereka. Gadis itu terduduk di lantai, menyembunyikan dirinya dari balik dinding. Tanpa sadar kedua tangannya terkepal dengan kuat.     

"Aku tak mau jadi gadis lemah Mom, aku tak mau direndahkan oleh seorang pria." Natalie bergumam lirih memberikan respon atas permintaan ibunya yang meminta supaya kedua kakak dan ayahnya untuk tak membawanya masuk ke dunia hitam, akan tetapi semakin dirinya dilarang semakin besar pula niatnya untuk membuktikan pada ibunya bahwa ia bukan gadis lemah.     

Perlahan Natalie bangun dari lantai, ia kemudian benar-benar pergi menuju kamarnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Akan tetapi pada saat akan membuka buku tiba-tiba Natalie teringat akan Abby, ia mengingat kembali apa yang Abby lakukan tadi siang.     

"Sepertinya aku tahu pada siapa aku harus berguru,"ucap Natalie lirih penuh tekad, pipinya bersemu merah saat mengingat si tampan Abby yang menyembunyikan wajahnya dengan kacamata tebalnya.     

 Memikirkan Abby membuat Natalie tak jadi belajar, ia justru berbaring diranjangnya dan akhirnya tertidur pulas. Wajahnya mengulas senyum ketika terlelap dengan bayangan wajah Abby yang menyertainya.     

***     

Saat waktu menunjukkan pukul sepuluh malam Abby terbangun dari tidurnya, rasa lapar diperut membuatnya tersadar dari alam mimpi. Hal pertama yang ia lakukan ketika bangun tidur adalah memeriksa ponsel pribadinya, memastikan ada pesan masuk atau tidak dari orang-orang terdekatnya. Sejak memutuskan memimpin 666 Abby tak pernah berhubungan lagi dengan kedua orang tua atau saudara kembarnya Aaric yang berada di Korea, ia memutuskan untuk tak berhubungan dengan mereka supaya bisa fokus dengan istana yang ia sedang bangun. Aaric pun juga melakukan komitmen yang sama, ia juga tak menghubungi kedua orangtuanya dan hal itulah yang Abby juga lakukan.     

Abby tersenyum menatap wallpaper ponselnya, menatap foto cantik ibunya saat masih muda dulu membuatnya semakin yakin bahwa ayahnya lah yang mengejar-ngejar ibunya pertama kali.     

"Aku rindu padamu Mom, terus sebut namaku dalam doa pagi dan malammu Mom. Bantu aku membuat bangga Daddy, membuat semua orang tahu kehebatan seorang Willan."     

Setelah berkata seperti itu Abby kemudian mencium foto sang ibu dan beranjak bangun dari ranjangnya pergi ke meja makan untuk mencari makanan, meskipun ia tak memiliki pasangan akan tetapi untuk urusan perut Abby sangat terjamin. Ketika Abby sedang menikmati makanan, Marco dan Jordan yang sedang bermain catur lalu menghampirinya.     

"Ada apa?"     

"Tuan Sergio Mendes, ia mengirimkan uang dua kali lipat dari jumlah yang sudah disepakati dari awal bos."Jordan langsung menjawab dengan cepat.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.