You Are Mine, Viona : The Revenge

The first interaction



The first interaction

0"Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne"ucap Aaric pelan saat mengeja nama kampus tempatnya akan menuntut ilmu.      
0

Selama empat tahun kedepan Aaric akan belajar di Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne mengambil jurusan hukum bisnis, Aaric sengaja memilih jurusan itu agar dapat digunakan untuk mengembangkan perusahaan sang ayah. Setelah berdiri cukup lama di depan pintu gerbang kampusnya, Aaric kemudian melangkahkan kakinya menuju area kampus mengikuti beberapa mahasiswa yang lain. Hari ini adalah hari pertama perkuliahan dimulai, banyak sekali wajah-wajah baru yang sangat bersemangat mengikuti perkuliahan termasuk Elsa Wesley yang sejak tadi memperhatikan Aaric tanpa berkedip.      

Sebenarnya tak mudah bagi seseorang masuk di salah satu kampus terbaik yang ada di Prancis itu, apalagi untuk Elsa yang tidak memiliki uang. Namun karena biaya kuliahnya dijamin sepenuhnya oleh sang paman, akhirnya Elsa bisa menikmati bangku perkuliahan di sebuah kampus ternama yang tak pernah ia bayangkan seumur hidupnya itu. Meskipun sangat senang bisa berkuliah di Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne, Elsa tak melupakan misi utamanya untuk membalas dendam kepada keluarga Willan dengan menyingkirkan putra kedua keluarga berkuasa itu terlebih dahulu.      

Karena Elsa berada dalam satu kelas yang sama dengan Aaric, ia tak mengalami kesulitan apapun. Dengan mengikuti Aaric dari belakang, Elsa akhirnya berhasil menemukan ruang kelasnya yang berada di lantai 3 salah satu kampus tertua di Paris itu. Meskipun anak orang paling berpengaruh di Kanada namun penampilan Aaric tidaklah mencolok, ia tidak memakai jam tangan mahal seperti beberapa pemuda yang secara tak sengaja ia lihat sebelumnya ketika berjalan menuju ruang kelas. Aaric ingin mengekspor jati dirinya pada banyak orang dan pada saat melakukan perkenalan Aaric hanya menyebut nama nama Alexander saja sebagai nama belakangnya tanpa menyebutkan namanya secara lengkap.      

Tak lama kemudian kelas tempat Aaric dan Elsa berada pun akhirnya dimasuki oleh seorang pria paruh baya yang merupakan salah satu dosen pengajar mereka hari ini, ia terlihat membawa sebuah tablet pintar yang langsung terkoneksi dengan internet yang yang akan ia gunakan selama pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan pembelajaran dosen itu melakukan sesi perkenalan singkat dengan melakukan absen satu-persatu memanggil para mahasiswanya yang sudah duduk dengan tertib di kursinya masing-masing.     

"Oh jadi kelas ini memiliki beberapa mahasiswa dari luar negeri, bagus sekali. Ini akan menjadi sebuah kelas yang menarik, sebelumnya perkenalkan nama saya Marcello Harvey salah satu pengajar yang sudah mengabdikan diri bertahun-tahun di kampus ini. Saya harap kalian semua bisa menerima pelajaran yang akan saya berikan dengan baik dan kita semua bisa akrab satu sama lain. Baiklah kalau begitu kita mulai saja perkuliahan hari ini ini,"ucap Marcello Harvey sang profesor yang mengajar mata kuliah hukum dengan ramah.      

"Baik Prof." Semua mahasiswa menjawab dengan kompak perkataan sang profesor.     

Karena pelajaran akan dimulai, Aaric kemudian memakai kacamata bacanya untuk membantunya membaca. Meskipun sebenarnya mata Aaric masih normal akan tetapi ia merasa sedikit terganggu jika membaca tulisan dalam ruang gelap, seperti saat ini dimana sang profesor sedang melakukan presentasi melalui proyektor. Elsa yang dudu tak jauh dari Aaric menipiskan bibirnya melihat apa yang dilakukan Aaric, ia merasa kalau pemuda itu sedikit berlebihan menggunakan kacamata. Elsa selalu merasa seorang anak muda yang memakai kacamata sombong, ia mempunyai pengalaman jelek dengan seseorang yang menggunakan kacamata.      

Saat Elsa sedang fokus beberapa mahasiswa pria yang berasal dari Paris menatapnya tanpa berkedip, meskipun Elsa memakai pakaian yang cukup oversize namun entah mengapa para pemuda itu justru menatapnya tanpa berkedip. Mereka terpikat akan kecantikan alami Elsa yang tak terpulas makeup.      

"Elsa Wesley, saat istirahat nanti kita harus mendapatkan nomor ponselnya,"ucap seorang mahasiswa bertindik lirih.     

"Baik bos, kami akan mendapatkan nomor ponselnya untuk anda,"jawab seorang pemuda lainnya merespon dengan cepat perkataan sang pemuda yang dipanggil bos itu.      

"Good, dia tipeku sekali. Aku sangat penasaran dengan ukuran payudaranya yang ia sembunyikan di balik baju kebesarannya itu,"imbuh sang pemuda bertindik itu kembali sambil menjulurkan lidahnya membasahi bibirnya, ia terlihat sangat tertarik sekali pada Elsa.      

Keempat mahasiswa lainnya hanya tersenyum tanpa suara mendengar perkataan pemimpin mereka, karena profesor Marcello Harvey terlihat menatap ke arah belakang sontak kelima pemuda itu diam. Mereka langsung pura-pura sibuk memperhatikan penjelasan sang profesor, sebuah cara klasik yang dilakukan para mahasiswa pembangkang. Elsa yang tak tahu sedang diperhatikan oleh kelima temannya nampak sangat fokus pada penjelasan sang profesor, meskipun sudah mahir bicara dalam bahasa Perancis namun tetap saja ia harus fokus saat menerima pelajaran.      

Meskipun Elsa datang ke Paris demi balas dendam, akan tetapi ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar. Karena itulah ia sangat fokus pada pelajaran, dua jam terasa sangat cepat berlalu untuk para mahasiswa yang memiliki semangat untuk belajar yang tinggi. Akan tetapi hal sebaliknya berlaku pada mahasiswa yang tak memiliki semangat belajar, para mahasiswa yang masih ingin tebar pesona di hari pertama kuliah itu terlihat ingin sekali menyudahi pembelajaran mereka hari ini. Karena itu ketika bel tanda akhir pelajaran berbunyi mereka sangat senang sekali dan bergegas merapikan barang-barang mereka yang ada diatas meja dan segera pergi keluar untuk melancarkan tujuan utama mereka yaitu mencari perhatian kakak senior.      

"Ma-maaf…"     

Aaric yang sedang merapikan tablet pintarnya kedalam tas nampak dikagetkan oleh seorang gadis yang berdiri dihadapannya.      

"Ada yang bisa saya bantu?"tanya Aaric ramah.      

"Sera...Seraphina, namaku Seraphina,"ucap sang gadis itu memperkenalkan dirinya pada Aaric dengan terbata sembari mengulurkan tangannya ke arah Aaric.      

Aaric tersenyum, ia kini tahu tujuan gadis itu berdiri dihadapannya. "Namaku Alarick, kau bisa memanggilku Aaric."      

"Bolehkah kita berteman?"tanya Seraphina tanpa rasa sungkan.     

"Tentu saja, kita satu kelas bukan? Itu artinya kita sudah jadi teman Sera,"jawab Aaric pelan sambil tersenyum sehingga membuat wajah tampannya terlihat semakin mempesona.     

Seraphina yang sejak awal sudah tertarik pada Aaric nampak tersipu malu saat melihat wajah tampan Aaric yang tersenyum kepadanya, ia terlihat salah tingkah karena melihat senyum Aaric. Pesona seorang Willan memang tak bisa diragukan lagi, apalagi ditambah dengan gen luar biasa dari Viona. Karena itulah wajar kalau di hari pertama kuliah Aaric sudah langsung mendapatkan pengagum yang langsung terang-terangan mengajaknya berteman.      

Dari bangkunya Elsa menyunggingkan sebuah senyum sinis saat melihat Aaric yang kini dikerubuti oleh Seraphina dan beberapa gadis lainnya yang mengikuti langkah Seraphina, mereka satu persatu bersalaman pada Aaric untuk berkenalan. Tanpa bicara Elsa pun melangkahkan kakinya menuju ke pintu keluar untuk pergi ke kantin, perutnya terasa lapar karena belum terisi makanan sejak kemarin ia tidur. Saat hampir sampai di pintu langkah Elsa terhenti saat kelima orang mahasiswa pria yang sejak tadi menatapnya tanpa berkedip tiba-tiba menghadang langkahnya tepat persis di depan pintu, mereka berlima menatap Elsa dengan arogan dan penuh intimidasi.      

"Permisi, aku ingin keluar,"ucap Elsa pelan.     

"Kau baru bisa keluar setelah kami ijinkan nona manis,"sahut seorang pemuda botak dengan cepat.     

"Betul, itu pun kau harus ikut kami pergi ke kantin untuk menemani kami makan dan minum hahaha,"imbuh pemuda lainnya yang sontak membuat keempat temannya tertawa terbahak-bahak.      

Mendengar perkataan para pemuda yang ada di hadapannya kesabaran Elsa hampir habis, ia terlihat menahan diri agar tak menunjukkan kemampuannya di hadapan para pemuda menyebalkan yang sangat arogan itu. Ia tak boleh terlalu mencolok, sesuai pesan sang paman.     

Elsa yang sedang melamun pun kembali kesadarannya saat tiba-tiba salah satu pemuda di hadapannya akan menyentuh wajahnya, dengan sigap ia pun memundurkan langkahnya.      

"Jangan kurang ajar!!"pekik Elsa keras.      

"Jangan jual mahal nona, kami tahu jenis wanita macam apa kau ini nona. Kau pasti tak akan menolak jika…"     

Prok     

Prok     

Prok     

Tiba-tiba terdengar tepuk tangan yang cukup keras dari arah belakang yang berasal dari Aaric, Aaric kini sudah berdiri tak jauh dari Elsa.     

"Hebat sekali, lima orang pria mencoba mengganggu seorang gadis dan mencoba untuk merendahkannya secara terang-terangan di siang bolong seperti ini. Apakah ini yang namanya seorang pria? Apa kalian tidak malu melakukan hal yang sangat rendah seperti ini,"ucap Aaric dengan lantang sambil melangkahkan kakinya mendekati Elsa yang berada tak jauh dari kelima pengganggunya itu.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.