You Are Mine, Viona : The Revenge

Who are you Elsa?



Who are you Elsa?

0Elsa menangis dengan keras sambil berjongkok sehingga menarik perhatian banyak orang, termasuk beberapa profesor yang sedang berjalan kaki di dekat tempatnya berada saat ini.      
0

"Kalian ini ishh... bisa-bisanya melakukan hal semacam ini, katakan kalian dari semester berapa!!"hardik seorang profesor wanita pada kesepuluh orang mahasiswa tingkat atas yang sedang berdiri tak jauh dari Elsa.     

"Ka-kami tak melakukan apapun Miss, kami hanya...aww awww."     

Perkataan salah satu mahasiswa yang sedang berbicara itu karena dirinya tiba-tiba dijabat oleh seorang profesor yang lain.     

"Jangan kira kami tak tahu apa yang kalian lakukan kepada mahasiswa semester 1 ini, sejak awal tadi kami sudah melihat kalian menghadang jalan gadis ini dan membuatnya takut sampai ia menangis seperti ini. Lebih baik sekarang kalian ikut kami ke ruang rektor, tindakan yang kalian lakukan ini sudah sangat meresahkan dan tak dapat ditolerir lagi. Perbuatan senior yang membully juniornya adalah sebuah tindakan yang tak bisa dimaafkan di kampus ini, jadi kalian harus ikut saya ke ruangan rektor untuk mendapatkan tindakan,"ucap profesor Tony yang merupakan seorang profesor senior yang terkenal paling killer dengan keras.      

"Ampun prof...ampun saya tidak begitu prof. Tadi kami hanya ingin…"     

"Sudah jangan banyak alasan, ayo kalian semua ikut kami!!"imbuh profesor Tony kembali memotong perkataan salah satu dari sepuluh orang yang ingin mengganggu Elsa itu dengan cepat.      

"Ampun Prof...ampun."     

"Maafkan kami prof, tolong jangan bawa kami ke ruang rektor."     

"Iya prof, kami janji tak akan iseng lagi prof. Kami tak akan menakuti junior lagi prof."     

Kesepuluh mahasiswa tingkat akhir yang sedang digiring ke ruang rektor itu mencoba meminta ampun kepada profesor Tony, namun sang profesor yang terkenal sangat tegas dan disiplin itu tak menghiraukan permintaan ke-10 mahasiswanya yang sudah dianggap melanggar aturan itu. Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne akan menindak tegas para mahasiswanya yang berani melakukan pembullyan, apalagi jika hal itu dilakukan pada para mahasiswa baru. Karena itulah profesor Tony tak menghiraukan rengekan para mahasiswa senior itu, ia terus memaksa sepuluh pemuda itu berjalan menuju ruangan rektor untuk mendapatkan tindakan.     

Sementara itu Elsa yang sedang ditenangkan oleh seorang profesor wanita terlihat menyeka air matanya saat duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari jalanan tempatnya dihadang oleh anak buah Michael sebelumnya.     

"Maaf prof, kalau saya sudah membuat keributan,"ucap Elsa lirih sambil terisak.     

"Tidak Elsa, kau tidak berbuat salah. Anak-anak itu memang harus mendapat tindakan dan kau sebagai korban tak perlu minta maaf,"jawab profesor wanita yang bernama Barbara itu dengan ramah.     

"Tadi aku hanya ingin pulang, tapi tiba-tiba dihadang seperti itu oleh sepuluh orang senior itu. Karena itulah aku menangis, aku takut Prof. Aku tinggal jauh dari orang tua, aku sendirian di Paris. Bagaimana kalau mereka terus menggangguku lagi Prof, ini adalah hari pertamaku kuliah. Aku hanya ingin menambah teman tapi sudah ada beberapa mahasiswa pria yang menggangguku, karena itulah aku mencoba membela diri dan aku tak menyangka kalau…"     

Elsa tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba profesor Barbara meletakkan satu jarinya di bibir Elsa. "Bicara perlahan Elsa, aku tak mengerti apa yang kau katakan."      

Elsa menarik nafas panjang dan mulai menceritakan apa yang sudah terjadi beberapa saat yang lalu di depan ruang kelasnya, di mana ia diganggu oleh Michael dan keempat temannya.      

"Aku jujur Prof, aku tak sengaja mendorong Michael. Aku melakukan hal itu karena refleks saat ia berusaha menyentuh area pinggangku, aku hanya berusaha melindungi diriku Prof..hikss...aku tak ada niat lain untuk menyakitinya. Aku melakukan itu untuk melindungi diriku Prof...aku serius...huhu."      

Tangis Elsa pecah kembali saat menceritakan apa yang terjadi padanya dan Michael, ia sengaja menceritakan semuanya pada profesor yang ada di hadapannya itu untuk mencari pembelaan. Elsa sangat yakin kalau sepuluh orang senior yang menghadangnya itu adalah suruhan Michael, karena itulah ia menceritakan semuanya pada sang profesor yang kini sedang memeluknya itu. Elsa yakin sebagai sesama wanita profesor Barbara akan mengerti dengan perkataannya, tak lama kemudian profesor Barbara pun menyeka air mata Elsa dan berjanji akan melindungi Elsa dari Michael beserta teman-temannya.     

"Sekali lagi terimakasih Prof, maaf merepotkan anda,"ucap Elsa lirih sambil menyeka air matanya.      

Profesor Barbara tersenyum mendengar perkataan Elsa, dengan lembut ia kemudian menyeka air mata Elsa yang masih membasahi pipinya.     

"Jangan takut Elsa, sebagai wanita kita harus berani bicara. Jadi kedepannya para pengganggu itu tak akan berani macam-macam lagi, Jangan mau jadi wanita lemah, kita harus memiliki kemampuan untuk melawan para pria kurang ajar seperti itu,"jawab profesor Barbara lembut.      

"Tapi bagaimana kalau nanti mereka akan melakukan hal seperti itu lagi diluar kampus Prof? Apa yang harus saya lakukan? Atau lebih baik saya meminta maaf saja pada Michael... ja-jadi saya tak akan di…"     

Grep     

Kedua pundak Elsa langsung dicengkram kuat oleh profesor Barbara. "Sadar Elsa, kau tak salah. Jangan lakukan itu, kalau kau meminta maaf pada Michael maka Michael akan besar kepala. Ia akan semakin menindasmu kedepannya, tenang saja dan serahkan semuanya pada kami. Padaku dan pada profesor yang lain, kami para profesor dari kampus Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne tak akan mungkin diam saja melihat perundungan seperti ini terjadi pada mahasiswi kami. Urusan Michael kau tenang saja, aku akan memastikan sendiri kalau dia tak akan berani macam-macam lagi padamu."     

"Tapi Michael sepertinya anak orang kaya Prof, aku yang hanya mahasiswi pendatang ini pasti akan sangat mudah ia singkirkan. Aku takut prof, apa memang aku harus mengubur cita-citaku untuk menjadi seorang ahli hukum ini dengan kembali ke kampung halamanku dan bekerja di peternakan seperti yang…"     

"Percayalah Elsa, Michael tak akan mungkin berani macam-macam lagi. Kau tenang saja, ya sudah lebih baik kau pulang dan istirahat tenangkan dirimu. Tak usah berpikir yang aneh-aneh, sekali lagi aku tegaskan padamu kalau seorang Michael Alamo tak akan mungkin bisa macam-macam lagi kepadamu,"sahut profesor Barbara kembali memotong perkataan Elsa.      

Dengan sedikit ragu lalu Elsa menganggukan kepalanya, perlahan ia memeluk profesor Barbara yang menatapnya dengan lembut itu. Saat memeluk sang profesor, Elsa berkali-kali mengucapkan terima kasih sehingga membuat professor Barbara tersenyum. Tak lama kemudian Elsa pun beranjak bangun dari kursi yang ada di taman itu meninggalkan sang profesor untuk pergi ke halte bus yang tak jauh berada di dekat pintu utama kampus, ketika sudah keluar dari kampus Elsa lalu meraih sebuah sapu tangan yang ada di dalam saku bajunya dan mulai menyeka wajahnya. Secara tiba-tiba Elsa tersenyum puas sambil menoleh ke arah kampus, ia senang karena rencananya berhasil. Sebenarnya tadi Elsa ingin melawan sepuluh orang pria yang menghadang jalannya itu, namun secara tidak sengaja ia melihat ada dua orang profesor yang berjalan di belakangnya karena itu ia memilih berakting dengan pura-pura menangis seperti tadi untuk meraih simpati kedua profesor yang yang terkenal cukup disiplin itu. Dan rencananya berhasil meraih simpati kedua Profesor itu sehingga secara tidak langsung ia sudah menyingkirkan Michael yang menjadi pengganggunya, sebelum datang ke Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne sebenarnya Elsa sudah menyelidiki semua profesor yang akan ia temui termasuk kedua profesor yang sudah menolongnya tadi karena itulah ia tak ragu berakting pura-pura lemah untuk mendapatkan simpati para dosennya itu. Dengan langkah riang Elsa berjalan menuju halte karena bus yang akan membawanya pulang ke apartemen sudah tiba, tanpa Elsa ketahui didalam sebuah mobil Range Rover berwarna hitam terlihat beberapa pasang mata melihat apa yang sedang Elsa lakukan sedari tadi.      

"Sepertinya gadis itu bukan gadis lemah tuan muda, sebaiknya Anda berhati-hati padanya,"ucap Loren pelan pada Aaric.      

Aaric tersenyum. "Aku rasa kau benar kali ini Loren, aku sudah meremehkan kemampuan gadis itu. Baiklah kalau begitu lebih baik kita pulang dan dan tolong selidiki gadis itu untukku secara detail, walau bagaimanapun aku akan bertemu dengannya setiap hari di kampus oleh karena itu aku ingin tahu siapa dirinya yang sebenarnya."     

"Baik tuan muda, saya mengerti,"jawab Loren dengan cepat.      

Tak lama kemudian mobil Range Rover berwarna hitam itu pun melaju menuju jalan raya meninggalkan area Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne diikuti dua mobil lainnya di belakang, meskipun sedang kuliah di luar negeri namun Fernando tak lupa memberikan bodyguard untuk mengawal putra bungsunya itu.      

"Who are you Elsa,"ucap Aaric dalam hati, ia merasa ada yang aneh pada gadis itu. Sejak mereka bertatap muka pertama kali, Aaric sudah bisa membaca ada sebuah kebencian yang sangat besar terpancar dari kedua mata Elsa saat melihat dirinya. Karena itulah ia sangat penasaran dengan gadis rambut blonde itu.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.