You Are Mine, Viona : The Revenge

Misi pertama



Misi pertama

0Sepulang dari kampus Aaric menghabiskan waktunya di gym untuk memperkuat kuda-kuda serta kemampuannya untuk membela diri, olahraga yang ia geluti sejak kecil adalah yang berhubungan dengan martial art. Aaric tak suka menghabiskannya banyak waktu di depan komputer seperti sang kakak, meskipun Abby juga seorang pemegang sabuk coklat namun kemampuannya masih jauh dibawah Aaric yang memang sangat tertarik pada dunia bela diri. Karena itulah setelah berada jauh dari orangtuanya Aaric memilih untuk memperdalam lagi kemampuan bela dirinya, meskipun ada sepuluh bodyguard yang menjaganya namun Aaric tak mau mengandalkan mereka. Karena Aaric yakin suatu saat akan ada masanya ia berjuang sendiri tanpa bantuan orang-orang suruhan ayahnya itu.     
0

"Bangun Loren, jangan seperti wanita!!"hardik Aaric dengan keras sambil terus melompat-lompat kecil dalam balutan baju karate berikat pinggang hitam.      

Loren mengangkat satu tangannya ke udara. "Aku menyerah, aku menyerah... perutku sakit."     

"Jangan lemah Loren, kita baru berlatih tiga puluh menit,"sahut Aaric ketus.      

"Iya tiga puluh menit penuh penyiksaan,"jawab Loren dengan cepat sambil merebahkan tubuhnya diatas matras sambil terlentang, selama tiga puluh menit menjadi lawan Aaric seluruh tubuhnya terasa sakit sekarang. Ia merasa seluruh tulangnya terlepas dari semua persendian yang ada di tubuhnya.     

Aaric menggelengkan kepalanya perlahan melihat Loren, ia tak percaya kalau Loren sudah selemah itu sekarang. Padahal saat masih di Kanada Loren adalah lawan yang paling ia sukai di antara yang lain, pasalnya Loren bisa mengembangi dirinya melakukan berbagai jurus yang ia pelajari selama bertahun-tahun di sebuah klub karate yang yang dipilihkan secara langsung oleh sang ayah. Sebuah klub karate yang dulu pernah menjadi tempat Fernando dan Frank berlatih saat mereka masih kecil, karena tak tega melihat Loren kepayahan. Aaric akhirnya berlatih sendiri, ia melakukan berbagai jurus tendangan dan pukulan melawan samsak yang tergantung di tengah-tengah ring tinju. Dari tempatnya berbaring Loren bisa melihat semua yang dilakukan oleh sang tuan, pilihannya untuk menyerah ternyata tepat. Tenaga Aaric benar-benar luar biasa dan kalau ia paksakan mengimbangi permainan sang tuan maka bisa dipastikan besok pagi ia tak akan bisa bangun dari ranjang.      

"Hiyahhhh!!!!" jerit Aaric dengan keras saat melakukan tendangan keras kearah samsak dengan gerakan memutar tubuhnya 360°.      

Loren menelan ludahnya dengan susah payah saat melihat apa yang baru saja sang tuan lakukan, ia bergidik ngeri saat mendengar kerasnya suara yang ditimbulkan saat samsak itu terkena tendangan maut dari kaki Aaric.      

Setelah melakukan tendangan Aaric nampak berdiri tegak sambil bersandar pada tali yang mengitari ring tinju tempatnya berlatih, Aaric terlihat sangat kepayahan sekali karena memang ingin menghabiskan tenaganya. Melihat sang tuan kelelahan Loren lalu bangun dari tempatnya berbaring, dengan cepat ia meraih sebotol air minum mineral yang tak dingin dan memberikannya pada Aaric.      

"Thanks Loren,"ucap Aaric singkat saat menerima botol air minum mineral pemberian Loren.     

"Jangan berlebihan Tuan, ingat segala sesuatu yang berlebihan tak baik." Loren mencoba memberikan nasehat pada Aaric.     

Aaric menipiskan bibirnya mendengar perkataan Loren, perlahan ia mengangkat botol minuman yang masih tersisa sepertiga air itu ke atas kepalanya dan langsung menuangkannya di atas kepalanya sehingga tubuhnya yang basah keringat kini tercampur dengan air. Aaric biasa melakukan itu untuk mendinginkan tubuhnya karena baru saja melakukan olahraga yang cukup keras.      

Perlahan Aaric mengangkat tangannya dan mendarat di pundak Loren. "Aku tahu kemampuan tubuhku Loren, kau tak perlu khawatir. Lagipula apa yang baru aku lakukan tadi belum ada apa-apanya dari latihan yang aku terima setiap hari dulu di club, itu hanya pemanasan saja."     

"Pemanasan?!"     

"Yes, pemanasan. Aku justru baru akan memulai latihan yang sebenarnya dengan mengajakmu melakukan sparing lagi seperti tadi,"jawab Aaric dengan cepat.     

Loren langsung melangkahkan kakinya mundur kebelakang menjauhi Aaric, wajahnya juga terlihat ketakutan saat mendengar perkataan tuan muda yang ia layani itu mengajaknya untuk berlatih lagi. Melihat asistennya yang ketakutan Aaric tertawa terbahak-bahak, ia terlihat sangat senang sekali sudah memberikan Loren sedikit shock terapi. Karena hari sudah mulai malam hari pun bergegas meninggalkan gym yang sudah ia sewa selama satu jam itu untuk kembali ke unit apartemennya, melihat sang tuan pergi Lorenz pun mengekor di belakang seperti anak kecil yang tak mau ditinggal sendirian.      

"Malam ini aku ingin pergi ke bar terbaik di Paris, kau temani aku Loren,"ucap Aaric pelan saat berada di lift.      

"Memangnya anda tidak lelah setelah berlatih selama hampir satu jam tadi Tuan?"tanya Loren dengan cepat.     

"Bukankah aku tadi bilang apa yang aku lakukan tadi hanya sebuah pemanasan, kalau memang kau tak mau menemani aku ke bar kalau begitu sekarang kita kembali lagi ke gym dan kita berlatih selama 2 jam ke depan untuk menghabiskan energiku yang masih penuh ini,"jawab Aaric tanpa rasa bersalah.     

Seketika Loren langsung berdiri tegak dan menggelengkan kepalanya, ia pun memilih untuk menemani sang tuan pergi ke bar ketimbang harus berlatih lagi di gym selama dua jam kedepan. Begitu lift berhenti di lantai 30, Loren langsung berlari menuju kamarnya yang berada tepat di kamar Aaric. Melihat Loren berlari Aaric tersenyum kecil, ia pun bergegas melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mempersiapkan diri sebelum pergi ke bar. Semua bodyguard yang diperintahkan Fernando untuk menjaga putra bungsunya itu juga tinggal dalam satu apartemen yang sama dengan Aaric, Fernando tidak mau mengambil resiko sekecil apapun oleh karena itu ia mempersiapkan semuanya dengan sangat detail termasuk memberikan tempat tinggal untuk para bodyguard yang memiliki kemampuan di atas rata-rata itu. Sebagai orang yang memiliki kekayaan tak terhitung Fernando dengan sangat mudah baginya membeli satu kamar lagi di samping kamar sang putra kesayangannya, oleh karena itu semua bodyguard yang berada di Paris benar-benar melayani sang tuan muda dengan sepenuh hati.      

"Baik paman, aku sudah mendapatkan semua informasinya dengan detail. Malam ini juga aku akan langsung meluncur,"ucap Elsa pelan saat menerima tugas baru dari sang paman yang dianggap sebagai dewa penolong nya itu.      

"Good girl, aku percaya padamu Elsa. Jangan kecewakan paman, paman akan mengirimkan uang lagi besok pagi setelah kau melakukan semuanya dengan baik,"sahut Adam Collins dengan penuh semangat, ia senang sekali ternyata Elsa benar-benar bisa dimanfaatkan.     

"Tenang paman, aku tak akan mengecewakanmu. Ya ya sudah kalau begitu aku tutup teleponnya aku harus bersiap untuk melakukan misi malam ini,"ucap Elsa pelan mengakhiri panggilan dari sang paman yang baru saja memberikan sebuah tugas kepadanya untuk pergi ke sebuah bar yang paling terkenal di Paris, untuk memberikan sedikit hadiah pada pemilik bar itu.      

Setelah sambungannya terputus Elsa lalu berganti pakaian, ia memilih memakai celana jeans yang nyaman beserta baju yang cocok untuk dipakai ke tempat hiburan malam. Elsa sengaja memilih jeans sebagai bawahannya supaya ia bisa bergerak dengan leluasa, setelah merasa semua persiapannya selesai Elsa lalu meraih sebuah flashdisk titipan pamannya yang akan ia berikan pada tuan Joy Cely yang merupakan salah satu penguasa yang sangat sukses di dunia hiburan malam.      

"Semangat Elsa, kau harus berhasil. Ingat paman Collins adalah satu-satunya keluargamu saat ini,"ucap Elsa dalam hati saat berjalan menuju lift, mencoba untuk menyemangati diri sendiri untuk misi pertamanya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.