You Are Mine, Viona : The Revenge

Her boyfriend



Her boyfriend

0Elsa masih duduk diam di depan meja belajarnya dengan mata berkaca-kaca, pasca di maki-maki sang paman karena gagal melakukan tugas Elsa.      
0

"Kalau kau gagal membunuh Dominic Adison maka kau tak mungkin memiliki kesempurnaan lain Elsa, karena Dominic Adison pasti akan memperketat penjagaan yang bisa kau tembus."      

"Aku mendidikku untuk menjadi seorang pembunuh yang handal bukan seorang pecundang seperti ini."      

"Paman benar-benar kecewa padamu Elsa, kau mengecewakan paman."      

"Lebih baik kau kuliah dengan baik saat ini dan jangan hubungi paman terlebih dahulu, paman ingin menenangkan diri terlebih dahulu. Nanti di saat Paman sudah tenang, paman yang akan menghubungimu."     

Kata demi kata dari Adam Collins kembali teringat dalam benak Elsa, ia sedih karena pamannya marah sebesar itu kepada dirinya. Padahal ini adalah kali pertama ia gagal menjalankan tugas, setelah puluhan tugas lainnya berhasil ia lakukan dengan baik.      

Karena terlalu sedih Elsa akhirnya tertidur, ia tidur dalam posisi masih duduk di kursinya dengan kepala yang ia sandarkan di atas kedua tangannya yang ia letakkan di atas meja. Saat Elsa tidur terlihat tetesan air bening mengalir dari kedua matanya, tak pernah merasakan kasih sayang orang tua membuat Elsa hampa. Ia menjadi seorang gadis yang dingin dan kaku, seorang gadis yang hanya bisa memendam semua kekesalan hatinya seorang diri, seorang gadis yang dibuat menjadi seorang pembunuh bayaran oleh Adam Collins.      

Sementara itu di sebuah restoran yang cukup ramai terlihat Aaric dan anak buahnya menikmati makanan yang disajikan pelayan, memiliki orang tua kaya raya membuat Aaric hidup dengan terjamin meskipun berada di luar negeri.      

"Ayo tuan habiskan makananmu, jangan melamun seperti itu,"ucap Loren pelan sambil memasukkan sepotong daging sapi terbaik kedalam mulutnya.      

"Aku tak melamun Loren, aku hanya sedang berpikir saja,"sahut Aaric pelan sambil tersenyum, ia lalu mulai mengiris steak sapi miliknya seperti anak buahnya yang lain.      

Melihat Aaric mulai makan Loren pun tertawa lebar, ia senang tuannya mau memakan makanannya. Setelah berada hampir satu jam di restoran Aaric dan anak buahnya pun pergi meninggalkan restoran, mereka lalu pulang menuju apartemen untuk melakukan sebuah proyek kecil yang ingin Bruce kerjakan. Meskipun ia bekerja pada Aaric namun Bruce merasa tak enak jika tak melakukan apapun di apartemen, karena itulah ia memilih untuk melakukan sebuah pekerjaan kecil yang baru ia dapatkan setelah berganti nama menjadi Bruce O'Brian.      

Sepanjang perjalan pulang Aaric menjadi lebih pendiam, pikirannya masih berkelana memikirkan soal peristiwa yang baru terjadi. Meskipun ia belum tahu siapa pelakunya namun Aaric yakin kalau pelakunya itu bekerja bukan atas kemauannya sendiri, seperti yang sering dikatakan oleh ayahnya dulu bahwa menjadi seorang pengusaha harus siap memiliki banyak musuh. Karena itulah Aaric tak tertarik sama sekali untuk terjun ke dunia yang sama seperti ayahnya, namun karena ia tak mau membuat sang ayah kecewa Aaric menyimpan semua itu dalam dirinya. Aaric masih ingin bebas menjalani hidupnya tanpa terikat dengan tanggung jawab yang besar, seperti ayahnya yang memimpin ratusan kepala keluarga yang bekerja kepadanya.      

"Aku mau langsung tidur, rasanya hari ini lelah sekali,"ucap Aaric pelan saat masuk ke dalam lift yang berada di gedung apartemennya.      

"Anda sakit Tuan muda?"tanya Loren dengan cepat.      

Aaric menggelengkan kepalanya perlahan dengan masih memijat tengkuknya. "Aku hanya lelah."      

"Baiklah kalau begitu kami tak akan mengganggumu,"ucap Bruce pelan ikut bicara.     

Aaric tersenyum ke arah Bruce dan memejamkan kedua matanya perlahan sambil menggerakkan lehernya yang terasa kaku, tak lama kemudian lift pun berhenti di lantai tujuan. Dengan cepat para pemuda tampan itu pun keluar dari lift dan berjalan menuju ke unit apartemen mereka, Bruce yang satu kamar dengan Aaric pun memilih untuk masuk ke kamar Loren dan para bodyguard lainnya. Ia tak mau mengganggu waktu istirahat Aaric dan memilih bekerja di kamar Loren.     

"Selamat istirahat Tuan,"ucap Loren dan para bodyguard lainnya saat Aaric melangkah masuk ke dalam kamar.     

"Terima kasih,"jawab Aaric singkat dengan mengangkat satu tangannya ke udara saat masuk ke dalam kamarnya.     

Loren, Bruce dan para bodyguard lainnya akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar tepat setelah Aaric menutup pintu kamarnya. Bruce yang sudah membawa laptopnya pun langsung bekerja di balkon dengan duduk dilantai yang sudah dialasi karpet bulu yang nyaman, ia memilih bekerja diluar supaya tak diganggu oleh yang lain. Sebagai orang yang cerdas tak sulit untuk Bruce mendapatkan pekerjaan baru, dengan bermodal internet saja Bruce berhasil mendapatkan pekerjaan freelance sebagai penerjemah untuk sebuah perusahaan dari bahasa Rusia ke bahasa Inggris. Untuk Bruce itu bukanlah pekerjaan yang sulit, mengingat ia adalah warga negara Rusia yang bersekolah di Amerika dua bahasa itu sangat mudah untuknya. Karena itulah ia mengambil pekerjaan ini di sela-sela waktu senggangnya, awalnya Bruce sangat senang bisa bekerja dengan Aaric. Ia mengira Aaric adalah seorang CEO atau semacamnya karena melihat caranya berbicara, namun setelah tahu Aaric masih kuliah Bruce menjadi tak enak jika tak melakukan apapun. Maka dari itu ia mencari penghasilan lain, setidaknya dengan upah yang ia dapatkan dari pekerjaannya sebagai seorang penerjemah itu Bruce bisa membeli makanan yang ia inginkan dan membaginya pada Loren dan para bodyguard yang lain.      

"Arrgghh...ada apa ini, kenapa aku tak tenang sekali,"ucap Aaric kesal sambil melemparkan selimut yang ada disampingnya.      

Karena tak tenang Aaric pun memutuskan untuk mandi, ia berdiri dibawah shower cukup lama sampai akhirnya setelah 20 menit Aaric pun menyudahi kegiatannya itu dan bergegas menuju sebuah ruangan khusus dimana semua pakaiannya berada. Awalnya Aaric berpikir dengan mandi semua rasa tak tenangnya akan hilang, namun nyatanya tidak. Ia masih gelisah dan bingung dengan perasaannya sendiri, Aaric pun memutuskan untuk keluar dari apartemen tanpa memberitahu para bodyguardnya. Ia ingin pergi seorang diri untuk menenangkan hatinya, Aaric pergi seorang diri dengan mengendarai mobil mahalnya menyusuri jalanan Paris di sore hari. Saat sedang berada di dekat menara Eiffel tiba-tiba Aaric mendengar sebuah keributan yang berada tak jauh dari tempatnya berada, karena penasaran Aaric pun turun dari mobilnya dan bergegas mendatangi kerumunan orang yang berada di salah satu sisi jalan. Ia pun tersentak saat melihat ada seorang gadis yang sangat familiar tengah menjadi bulan-bulanan para wanita lainnya.      

"Dasar sampah, beraninya kau merusak mobilku. Cepat ganti rugi atau aku akan membuatmu menyesal,"hardik seorang wanita bertato dengan keras.     

"Iya cepat bayar, kau tahu kan itu mobil mahal. Dasar pelacur murahan,"imbuh wanita lainnya dengan suara tak kalah keras.      

Plak     

"Pelacur sialan, kau merusak hariku saja." Seorang wanita berkepang dua yang merupakan pimpinan dari ketiga wanita itu melayangkan tamparannya ke pipi gadis malang yang ternyata adalah Elsa itu dengan penuh emosi.      

Dengan mata berkaca-kaca Elsa menatap ketiga wanita yang sedang marah-marah itu, ia sebenarnya tak melakukan apapun namun karena tadi salah satu dari ketiga wanita yang berada di hadapannya itu menabrak dirinya alhasil gelas berisi kopi miliknya jatuh dan mengotori mobil salah satu dari wanita yang berada di hadapannya saat ini itu. Mereka pun langsung menyalahkan Elsa tanpa mencari tahu siapa yang salah terlebih dahulu.      

"Beraninya kau menatapku dengan mata jelekmu itu dasar kau pelacur sialan, cari mati kau rupa…"     

Wanita berkepang dua itu tak dapat menyelesaikan perkataannya, karena tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang yang memegang tangannya diudara saat ingin menampar Elsa lagi.      

"Siapa kau, kenapa kau ikut campur hah!!"hardik wanita berkepang dua itu kembali penuh emosi.      

"Aku? Aku adalah kekasih dari wanita yang kau tampar barusan,"jawab pria tampan yang tak lain adalah Aaric itu dengan lantang tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita yang tangannya sedang ia pegang itu.      

"What...k-kau kekasih wanita ini?"tanya wanita itu tanpa sadar dengan tergagap.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.