You Are Mine, Viona : The Revenge

Berpacu dengan waktu



Berpacu dengan waktu

0Begitu mendengar nama Adam Collins disebut oleh sang putra kesadaran Fernando pun kembali sepenuhnya, ia lantas bangun dari ranjang meninggalkan Viona yang masih tidur dengan pulas pasca pergulatan mereka beberapa saat yang lalu sebelum tidur. Meskipun usia mereka sudah tak muda lagi akan tetapi kehidupan seks mereka masih membara seperti waktu masih muda dulu.     
0

"Katakan pada Daddy darimana kau mengenal nama itu nak,"ucap Fernando pelan saat sudah berada dibalkon dengan kesadaran 100%.     

Aaric menarik nafas panjang, perlahan ia pun mulai menceritakan dari awal soal kehadiran Elsa pada sang ayah sehingga ia akhirnya menemukan sebuah fakta bahwa gadis itu ternyata seorang mesin pembunuh Adam Collins yang sengaja di kirim ke Paris untuk menghilangkan nyawanya. Ketika Aaric berbicara soal Elsa yang diperintahkan untuk menghabisi seluruh keluarganya tangan Fernando mengepal dengan kuat, ia terlihat sangat marah saat ini. Seandainya ada orang yang melihat ekspresi Fernando saat ini pasti sudah takut melihatnya.     

"Aku tak tahu apakah dia..."     

"Dia adalah penghianat yang Daddy buang bertahun-tahun lalu dan sekarang Daddy menyesal kenapa tak membunuhnya saja waktu itu,"sahut Fernando dengan cepat memotong perkataan Aaric.     

"J-jadi Daddy benar-benar mengenalnya, jadi pria bernama Adam Collins ini memang ada?"tanya Aaric tak percaya, ia masih berharap kalau email yang ia baca sebelumnya hanya sebuah kesalahan sampai saat ini.     

"Tenang nak, masalah ini biar daddy yang menyelesaikannya. Daddy akan membunuh pria cacat itu, pamanmu akan mengurusnya termasuk sang mesin pembunuh itu,"jawab Fernando dengan cepat.     

Deg     

"Wait Daddy, maksud Daddy apa?!"pekik Aaric panik.     

"Semuanya Daddy yang akan mengurusnya, kau tak usah khawatir. Lebih baik kau kuliah dengan baik dan jaga pola makanmu, Daddy tutup teleponnya. Bye Son, I love you."     

Deg...Deg...Deg     

Jantung Aaric berdetak semakin cepat mendengar perkataan terakhir sang ayah, wajahnya pun berubah tegang seketika. Meskipun ayahnya tak mengatakan apa yang akan ia lakukan namun Aaric sudah bisa menebak apa yang sang ayah akan perbuat, apalagi ayahnya sudah menyingung soal sang paman Tobias Dante.     

"Loren...Loreeen...."     

Teriakan Aaric terdengar sangat keras saat memanggil nama sang bodyguard, tangannya bergetar saat ini karena sangat panik dan belum pernah Aaric mengalami hal seperti ini. Rasa takut yang sangat besar.     

Para anak buah Aaric berlarian keluar dari kamar, mereka kaget saat mendengar sang tuan muda memanggil nama Loren dengan keras. Pasalnya selama ini tuan mudanya itu belum pernah melakukan hal seperti itu, karena itulah mereka saat ini panik dan keluar secara berebutan dari kamar Elsa termasuk Bruce. Semua pria itu terkejut saat melihat ekspresi Aaric yang sangat mengerikan, wajahnya memerah dengan mata yang penuh kemarahan.     

"Tuan..."     

"Cari dan temukan Elsa secepatnya, nyawanya terancam. Aku minta kalian bisa melakukan tugas ini dengan baik, temukan Elsa sebelum aku tiba di Ottawa,"ucap Aaric pelan dengan suara bergetar.     

"Elsa..Ottawa, apa maksudnya Tuan?"tanya Loren bingung.     

Alih-alih menjawab pertanyaan Loren dengan perlahan Aaric menoleh ke arah Bruce yang berdiri disamping Dave. "Pimpin operasi ini Bruce, aku percaya padamu. Ingat Bruce, kau berpacu dengan waktu."     

Bruce yang langsung menyadari kalau ada yang tak beres perlahan menganggukkan kepalanya, setelah melihat respon dari Bruce tanpa bicara Aaric pun bergegas pergi meninggalkan apartemen itu. Dengan berlari Aaric pergi menuju lift yang berada tak jauh dari tempatnya berada, sementara anak buahnya yang bingung hanya bisa diam. Hanya Bruce satu-satunya orang yang paham dengan perintah Aaric yang sangat tak jelas itu,     

Setelah lift tiba di lobby Aaric berlari menuju mobilnya seperti orang kesetanan, ia bahkan secara tak sengaja menabrak seorang security yang akan membuang sampah. Bukannya berhenti Aaric justru mempercepat langkah kakinya, ia tak memperdulikan sang security yang saat ini sedang mengumpatnya. Yang ada dalam pikiran Aaric saat ini adalah bisa secepatnya pulang ke rumahnya, melarang sang ayah bertindak sendiri. Di dalam mobilnya Aaric langsung menghubungi Pedro salah satu pilot pesawat jet miliknya yang juga tinggal di Paris.     

"Bersiap Pedro, aku harus pulang. Aku ingin bertemu Daddy,"ucap Aaric dengan suara keras saat tersambung dengan sang pilot yang sedang bermain bersama anaknya.     

"Anda serius Tuan?"tanya Pedro kaget.     

"Sangat serius Pedro, aku dalam perjalanan menuju apartmen untuk mengambil perlengkapanku dan langsung ke bandara. Jangan sampai aku tiba lebih dulu dibandara Pedro,"jawab Aaric penuh ancaman.     

Pedro yang baru saja memiliki anak ketiga langsung memberikan bayi ketiganya itu pada sang istri yang sama terkejutnya dengan dirinya karena tiba-tiba diminta pergi ke Ottawa. "Tapi asistenku, dia sedang..."     

"Aku akan mendampingimu menerbangkan pesawat,"sahut Aaric singkat.     

Glek, Pedro menelan ludahnya dengan susah. Pedro pun akhirnya patuh, ia tak berani membantah lagi. Dengan cepat pilot profesional itu pun bersiap untuk pergi ke bandara, mendengar sang tuan muda ingin menerbangkan pesawat bersamanya langsung membuat dirinya sadar kalau sudah terjadi hal yang sangat darurat saat ini. Meskipun bukan pilot profesional namun Aaric dan Abby berhasil mendapatkan lisensi untuk menerbangkan pesawat, karena itulah ia bisa menjadi asisten pilot. Setelah memberikan kecupan di kening sang istri Pedro pun langsung masuk ke mobilnya untuk segera pergi ke bandara menuju pesawat Gulfstream G550 milik keluarga Fernando yang memang stanby di Paris untuk alat transportasi Aaric yang dikirimkan Fernando, awalnya Aaric menolak karena ia tak mau terlalu mencolok namun karena dipaksa oleh sang ibu akhirnya ia pasrah saat pesawat jet itu datang ke Paris beserta kedua pilotnya yang juga tinggal di Paris bersama keluarganya.     

"Please Dad, jangan perintahkan paman Tobias turun tangan...aku mohon. Elsa tak bersalah, ia hanya diperalat oleh pria bernama Adam Collins itu,"ucap Aaric lirih berkali-kali saat sedang memacu mobil kesayangannya di jalanan Paris dengan kecepatan tinggi menuju bandara, setelah pulang ke apartemen untuk mengambil paspor.     

Sementara itu dengan masih menggunakan piyama tidurnya Fernando sudah melakukan meeting dadakan dengan Tobias yang langsung mengangkat teleponnya begitu panggilan Fernando masuk.     

"Siap Tuan, anda jangan khawatir. Saya sudah memerintahkan anak buah saya di Paris untuk memburu gadis kecil ini,"ucap Tobias pelan sambil tersenyum saat menatap foto Elsa yang dikirimkan oleh Fernando.     

Begitu selesai berbicara dengan putra keduanya Fernando langsung melakukan pelacakan soal Adam Collins dan berhasil menemukan tempat tinggalnya sekarang dengan mudah, begitu juga dengan identitas Elsa berikut foto terbarunya. Sebagai mantan atasan Adam Collins mudah bagi Fernando untuk meretas komputer mantan pengacara itu, awalnya ia mengira Adam Collins sudah hidup normal dengan keluarganya. Karena itu ia tak melakukan penyelidikan lebih lanjut saat mengetahui kalau saat ini Adam Collins sudah hidup dengan berkecukupan, begitu mengetahui mantan pengacara pribadinya Morgan Collins tewas dengan cara mengenaskan Fernando berhenti mengawasi Adam putranya. Makanya ia kehilangan banyak sekali info tentang pria itu.     

"Aku sudah memberikan satu kesempatan untukmu hidup bebas Adam, tapi ternyata kau menyia-nyiakan kesempatan itu dariku,"ucap Fernando lirih sambil menatap email-email dari Adam Collins yang dikirimkan pada Elsa.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.