You Are Mine, Viona : The Revenge

Salah bicara



Salah bicara

0Abby yang baru saja selesai bercinta dengan Kyle kekasihnya yang seorang mahasiswa kedokteran nampak tengah menikmati rokoknya di balkon seorang diri, sementara Kyle sang kekasih sudah terlelap pasca bercinta dua ronde dalam waktu satu jam. Tak bertemu selama lebih dari satu minggu membuat mereka berdua menggila, selama berhubungan dengan Kyle dalam waktu tiga bulan terakhir Abby menggunakan nama Xander. Karena menurutnya nama itu lebih keren ketimbang Abby, nama kesayangan yang diberikan kedua orangtuanya.      
0

Saat sedang menikmati waktu bersantainya sebelum melanjutkan aktivitasnya kembali bersama sang kekasih, tiba-tiba Abby dikagetkan dengan pesan yang masuk ke ponselnya.      

"Cih, bajingan itu pulang. Pasti ada sesuatu yang sudah terjadi,"ucap Abby lirih saat baca pesan yang dikirimkan oleh sang ibu.      

Tanpa menunggu perintah untuk pulang Abby pun kemudian bergegas untuk memakai pakaiannya kembali, sebelum pulang ia menuliskan pesan kepada sang kekasih dan menyelipkan beberapa lembar uang di kertas yang ia tulis. Meskipun dirinya adalah anak orang paling berpengaruh di Ottawa namun abita identitasnya, hal ini terpaksa ia lakukan supaya tidak ada wanita yang berharap banyak kepada dirinya seperti kekasihnya saat ini. Abby hanya ingin menikmati masa remajanya yang indah tanpa harus terbebani seperti teman-temannya yang lain, mendapatkan menikmati seks tanpa merasa tertekan dan ketakutan akan dimintai pertanggungjawaban oleh wanita yang ia tiduri karena tahu dirinya anak orang berpengaruh.      

Dengan menggunakan mobil kesayangannya Abby meninggalkan hotel tempatnya check-in bersama Kyle untuk kembali ke rumah, tak bertemu sang saudara kembar selama beberapa bulan terakhir membuat dirinya rindu. Meskipun mereka tak pernah akur jika sedang bersama-sama.      

"Adikku dimana dia?"tanya Abby penuh semangat saat ia menginjakkan kaki di rumah.      

"Siapa yang kau sebut adik brengsek!!"pekik Aaric dengan keras.      

"Hahaha...semua orang tahu siapa sang kakak dan siapa sang adik,"sahut Abby penuh ejek, ia sengaja membahas masalah klasik yang selalu menjadi bahan pertengkarannya dengan Aaric.     

"Fuck you, kita hanya berbeda beberapa detik saja!!"     

"Meskipun berbeda beberapa detik tetap saja aku yang lebih dulu keluar dari perut Mommy."      

"You!!"     

Aaric tak dapat menyelesaikan perkataannya karena sudah melihat sang ibu yang baru muncul dari taman belakang, seperti anak kecil Aaric lantas berlari menuju sang ibu dan memeluknya erat.      

"Kenapa lagi?"Viona bertanya lembut pada putra keduanya itu.      

Tanpa bicara Aaric pun mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah sang saudara kembar. "Dia Mom, selalu saja cari masalah denganku."     

"Aku? Enak saja, kau itulah yang tak mau menerima kenyataan,"sahut Abby ketus.     

"See, Mommy lihat kan? Abby selalu seperti itu Mom."     

Viona mengulas senyum, perlahan ia merapikan rambut Aaric. "Memang apa salahnya menjadi anak kedua? Banyak keuntungan yang akan didapatkan anak kedua, seperti kasih sayang yang lebih banyak dari Mommy dan uang jajan yang lebih banyak dari Daddy."     

"Benarkah!!!"pekik Aaric penuh semangat     

"Tentu saja, memangnya Mommy pernah berbohong?"tanya Viona dengan cepat, saat bicara Viona melirik ke arah putra pertama untuk melihat reaksi anaknya yang nakal itu.      

Mendengar perkataan sang ibu membuat Abby langsung menghampirinya dan berdiri tepat di samping sang adik kembarnya. "Aku juga anak Mommy, Mommy tak bisa pilih kasih seperti itu."     

Viona mengulurkan tangannya dan mencubit hidung mancung putra sulungnya itu dengan gemas, sehingga membuat anak tampannya itu meringis kesakitan.      

"Mom, sakit!!"ucap Abby sambil meringis.     

"Makanya jangan nakal, kalian berdua itu saudara kenapa senang sekali bertengkar? Kalau Mommy dan Daddy sudah meninggal jangan-jangan kalian akan saling…"     

"Mom!!!"pelik Aaric dan Abby bersamaan sambil berusaha menutup mulut sang ibu.      

"Jangan bicara sembarangan,"imbuh Aaric dengan cepat.      

"Iya, kenapa Mommy bicara seperti itu." Abby pun ikut menimpali perkataan sang adik.     

"Memangnya Mommy salah bicara?"tanya Viona tanpa rasa bersalah.     

"Tentu saja!!"jawab Abby dan Aaric kompak dengan keras, sehingga suara mereka terdengar oleh Fernando yang yang baru saja keluar dari ruang kerjanya setelah selesai meeting bersama Justin dan Harry.      

Mendengar teriakan kedua anaknya membuat Fernando penasaran, ia pun bergegas menghampiri sumber suara karena ingin tahu apa yang sudah membuat kedua anaknya berteriak seperti itu diikuti kedua asistennya yang baru saja masuk karena cuti beberapa hari setelah istri-istri mereka melahirkan.      

"Ada apa ini, kenapa kalian berteriak seperti itu?"tanya Fernando dengan suara meninggi saat sudah bergabung bersama anak dan istrinya.      

Abby dan Aaric langsung menoleh kerah sang ayah, keduanya pun dengan kompak menjawab pertanyaan sang ayah mengulangi perkataan ibunya yang saat ini sedang mereka tutup mulutnya supaya tidak bisa berbicara lagi. Air muka Fernando langsung berubah saat mendengar perkataan kedua putranya, sorot matanya pun terlihat tak bersahabat menatap sang istri yang saat ini sedang diapit oleh Abby dan Aaric yang tak mau melepaskan dirinya.     

"Lepaskan Mommy kalian,"ucap Fernando dingin.     

Merasa ada yang tak beres dengan sang ayah, kedua saudara itu pun langsung melepaskan pelukannya dari sang ibu dan melangkah mundur kebelakang meninggalkan ibunya berhadapan langsung dengan sang ayah.      

"Sepertinya perang dunia akan dimulai lagi,"bisik Aaric lirih pada sang kakak.     

"Sstt diam kau, jangan sampai Daddy ikut memarahi kita,"sahut Abby dengan cepat.      

Aaric pun spontan menutup bibirnya supaya tidak berkata lagi menggunakan satu tangannya dengan tidak mengalihkan pandangannya dari sang ayah yang saat ini masih menatap ibunya tanpa suara.     

"Babe…"     

"Jangan bicara." Fernando langsung memotong perkataan Viona dengan ketus, ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah dua anaknya yang tingginya sudah hampir sama dengan dirinya itu.      

"Kalian berdua masuk kamar, jangan keluar sebelum Daddy menyuruh kalian keluar,"ujarnya tegas memerintahkan kedua anaknya untuk masuk ke dalam kamar tempat mereka biasa menerima hukuman dari sang ayah, walaupun sebenarnya kamar itu adalah kamar bermain mereka.      

Seperti anak kecil yang patuh, Abby dan Aaric pun lantas berjalan menuju kamar mereka yang ada di lantai satu dengan menundukkan kepalanya. Tak ada satupun kata yang keluar dari bibir kedua pemuda tampan itu, mereka sangat takut jika sang ayah sudah marah. Meskipun diluar mereka liar namun ketika didalam rumah keduanya seperti kucing yang penurut, setelah melihat kedua anaknya masuk ke ruangan tempat hukuman mereka Fernando lantas menoleh ke arah Justin dan Harry.      

Ditatap seperti itu oleh sang tuan membuat Harry dan Justin gugup, meski tak berbuat salah namun keduanya tetap memberikan tatapan penuh penyesalan saat ini.      

"Kembali kekantor, urus semua yang baru kita bicarakan. Setelah itu kalian kembali lagi nanti malam,"ucap Fernando dingin.     

"Siap Tuan."      

Justin dan Harry pun langsung pergi meninggalkan sang tuan tanpa berani banyak bicara lagi, mereka bersyukur bisa secepatnya pergi dari perang dunia 3 yang akan segera terjadi.      

"Babe…"     

"Masuk kamar."     

"Tapi babe…"     

"Do it now Viona!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.