You Are Mine, Viona : The Revenge

Tempat tinggal baru



Tempat tinggal baru

0Jantung Viona terasa seperti akan terlepas dari tempatnya saat mendengar perkataan sang suami yang akan mengirim pergi anak-anaknya ke luar negeri tanpa dukungan finansial, tanpa pikir panjang Viona pun langsung berlari ke arah sang suami dan berdiri sambil berkacak pinggang tepat di depan suaminya itu menjadi pembatas anak-anaknya.     
0

"Apa maksudmu ingin mengirim anak-anakku ke luar negeri tanpa dukungan finansial seperti itu?"tanya Viona dingin.     

"Anak-anak kita sayang, kita yang membuat mereka bersama,"kelakar Fernando.      

Blush      

Wajah Viona terasa panas mendengar perkataan Fernando, namun karena saat ini ia sedang ingin protes akhirnya Viona menahan diri untuk tak luluh dengan kata-kata suaminya itu.     

"Jangan mengalihkan pembicaraan, cepat katakan. Apa maksud dari perkataanmu tadi?"tanya Viona kembali dengan suara meninggi.      

Fernando menarik nafas panjang, ia yang sebenarnya ingin menggoda sang istri akhirnya kembali teringat akan kenakalan kedua anaknya.      

"Sudah waktunya mereka mandiri sayang, mereka laki-laki. Kalau kita terus memanjakan mereka seperti itu maka mereka tidak akan bisa menjadi pemimpin seperti yang kita harapkan, aku mau mereka dikenal karena kemampuan mereka sendiri. Bukan karena nama besar ku ataupun nama besarmu sebagai ibunya. Aku ingin seluruh dunia tahu bahwa seorang Willan bisa berdiri sendiri diatas kakinya tanpa dukungan orang lain, karena itulah mereka harus melalui fase ini,"jawab Fernando serius.      

Viona membatu mendengar perkataan sang suami, karena yang dikatakan oleh suaminya itu sangat masuk akal. Selama ini ia dan Fernando memang terlalu memanjakan kedua putranya itu, karena itulah mereka masih sering bermain-main dan tidak terlihat serius sama sekali dengan pendidikan mereka. Meskipun saat ini keduanya masih cukup dini untuk memikirkan kelangsungan nasib perusahaan keluarga, namun tetap saja mereka harus dididik secepatnya supaya bisa memimpin perusahaan-perusahaan besar yang diwariskan oleh Fernando untuk kedua putranya itu.      

Viona tahu beban mental seperti apa yang ditanggung oleh Fernando untuk kedua putranya yang selama ini di elu elu kan banyak orang itu, sejak kecil mereka dianggap sebagai penerus sempurna seorang Fernando Grey Willan yang memiliki nama yang besar. Karena itulah Fernando berusaha mendidik keras kedua putranya itu, namun sampai saat ini mereka belum mengerti akan kemauan sang ayah karena memang Viona masih terlalu memanjakan kedua anaknya itu. Ia tidak tega jika melihat anak-anaknya itu harus melewati melewatkan masa remajanya dengan bekerja, Viona berharap anak-anaknya itu bisa tumbuh seperti anak-anak yang lain menikmati masa muda mereka terlebih dahulu. Namun di lain sisi ia juga merasa sangat bersalah karena menghambat impian sang suami yang ingin menjadikan anak-anaknya itu seorang Willan yang tangguh, yang mampu memimpin dunia seperti cita-citanya saat mengetahui kalau ia akan memiliki dua anak lelaki kembar bertahun-tahun yang lalu.      

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"tanya Viona lirih.      

Fernando kaget mendengar pertanyaan sang istri, ia tak menduga istrinya itu akan mendukung tindakannya. "Menjadikan mereka pria tangguh seperti impianku, aku akan mengirim Aaric ke Korea dan Abby ke Italia."     

"Korea!!"ucap Aaric spontan mengulangi perkataan sang ayah.     

"Italia? Oh come on Dad,"protes Abby tak senang, ia tak mau meninggalkan tanah kelahirannya karena takut kehilangan popularitas.      

"Kalian suka atau tidak keputusan Daddy sudah bulat, di negara-negara itu kalian juga dilarang membongkar jati diri kalian yang sebenarnya. Jangan pernah bawa nama Willan setiap kali kalian melangkah, Daddy ingin kalian menjadi pria tangguh yang mampu membuat orang-orang tunduk. Menjadi Willan sejati, mendapatkan pengalaman baru yang tak pernah bisa Daddy rasakan saat Daddy masih seusia kalian dulu. Percayalah nak, apa yang akan kalian lalui nanti akan menjadi sebuah pengalaman yang sangat menakjubkan yang tak akan terulang dua kali. Bukan semata-mata karena ini kemauan Daddy saja, tapi ini demi kalian sendiri. Saat kalian hidup mandiri di luar sana kalian akan tahu orang-orang yang memang benar-benar setia pada kalian dan orang-orang yang hanya memanfaatkan kalian saja, karena percayalah kalau kalian tetap menggunakan fasilitas yang kami berikan kalian tidak akan bisa menemukan yang mana pengikut sejati kalian dan yang mana orang-orang yang hanya memanfaatkan kalian saja. Percaya uang bisa membuka topeng yang digunakan oleh seseorang,"jawab Fernando panjang lebar.      

Abby dan Aaric diam mendengar perkataan sang ayah, mereka berdua berusaha mencerna kalimat demi kalimat yang baru saja keluar dari bibir sang ayah. Karena semua kata-kata ayahnya itu benar, orang-orang yang dekat dengan mereka selama ini takut dengan nama besar sang ayah. Oleh karena itu selama ini mereka selalu bisa mendapatkan apapun yang diinginkan baik itu kekuasaan ataupun teman, Abby yang masih berfoya-foya dengan uang dan memanfaatkan nama besar sang ayah merasa tertampar. Namun lain halnya dengan Aaric, selama tahu kalau ia adalah anak seorang Fernando Grey Willan. Hanya beberapa rekan kerja sang ayah saja yang tahu kalau ia adalah salah satu bilangan yang sering dikeluhkan para pengusaha karena dianggap sebagai calon menantu idaman.     

Viona terlihat khawatir karena kedua anaknya tak ada yang merespon perkataan sang suami, ia gelisah dan takut kalau kedua anaknya akan menolak perintah Fernando dan membuat mereka akan masuk dalam masalah yang lebih besar. Dan sebenarnya bukan hanya Viona yang gelisah, Fernando pun juga merasa tak sabar menunggu respon kedua putra kesayangannya itu. Ia ingin tahu apakah kedua anaknya memang benar-benar mampu mewujudkan mimpi-mimpinya atau tidak, walau bagaimanapun kedua putranya itu sudah menjadi sasaran dari para rival bisnisnya sejak mereka masih kecil. Karena itulah ia menjaga kedua buah hatinya itu dengan sangat hati-hati, akan tetapi Fernando sadar bahwa yang ia lakukan salah. Sudah waktunya ia membuat kedua anaknya itu berdiri diatas kaki mereka masing-masing.      

"Aku bersedia,"ucap Aaric tiba-tiba memecah keheningan.      

Deg      

Abby pun langsung menoleh ke arah sang adik kembar dengan mata terbuka lebar. "A-apa yang kau katakan itu Aaric?"     

"Seperti yang Daddy katakan tadi, aku bersedia pergi ke Korea dan menyembunyikan identitas asliku. Akan tetapi aku punya syarat."     

"Syarat apa?"tanya Fernando penasaran dengan menahan senyum bahagianya.      

"Biarkan Loren ikut denganku dan aku juga punya satu orang lagi, dia orang baru yang aku temui saat di Paris. Namanya Bruce O'Brian, aku ingin kedua orang itu ikut denganku ke Korea,"jawab Aaric lantang penuh keyakinan, ia sadar kalau semua anak buahnya adalah orang-orang terbaik yang sangat loyal kepada dirinya. Namun Aaric sadar kalau ia tak bisa membawa semua orang ikut dengannya ke Korea, karena itulah hari hanya memilih 2 orang saja yaitu Loren dan Bruce.      

"Ok, tak masalah. Daddy setuju,"sahut Fernando dengan cepat.      

"Terima kasih Daddy,"ucap Aaric pelan sambil tersenyum, ia siap menjalani hidup barunya di Korea.      

Fernando tersenyum, ia kemudian menoleh ke arah putra pertamanya. "Bagaimana denganmu Abby?"     

Deg      

"A-aku tidak…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.