You Are Mine, Viona : The Revenge

Second life



Second life

0"A-aku tidak menolak, aku setuju pergi ke Italia seperti perintah Daddy,"jawab Abby lantang.      
0

Sebuah senyum langsung tersungging di wajah Fernando, ia terlihat sangat puas sekali dengar jawaban kedua putranya.      

"Bagus, itu baru Willan sejati. Kalian benar-benar anakku,"sahut Fernando penuh kebanggaan.      

"Tapi aku memiliki syarat yang sama juga seperti Aaric, aku akan membawa dua orang pengikut setiaku ke Italia dan satu lagi aku mau setiap bulan uang jajanku masih dikirim,"ucap Abby kembali tanpa rasa bersalah.     

Tatapan kedua mata Fernando pun berubah tajam pada Abby dan membuat Abby bergidik ngeri, ia pun lantas mengoreksi perkataannya dengan cepat supaya tak memancing amarah ayahnya kembali.     

"I'm just kidding dad hehehe,"imbuh Abby dengan cepat.      

"Ya sudah sekarang kalian bersihkan tubuh kalian yang penuh bulu angsa itu, kalian berdua sudah mirip anak angsa seperti itu,"sahut Fernando pelan.     

Abby dan Aaric saling pandang satu sama lain beberapa saat, tak lama kemudian senyum mereka pun mengembang.      

"Kalau kami anak angsa berarti Daddy juga angsa,"pekik Abby dan Aaric kompak.      

"What!!!"     

"Kabuurrr!!!"teriak Abby dan Aaric kembali sambil berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan sang ayah yang nampak marah.      

Fernando terlihat kesal disebut sebagai angsa oleh anak-anaknya, sementara Viona hanya tertawa geli melihat kedua anaknya berani bicara seperti itu. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya yang sebentar lagi akan berpisah dengan kedua anaknya.     

"Kau senang sekali sayang,"gerutu Fernando menyindir sang istri.     

"Itu namanya senjata makan Tuan, lagipula yang dikatakan anak-anak itu benar kalau mereka berdua adalah anak angsa maka kau adalah ayah angsa,"sahut Viona dengan cepat sambil tertawa geli.      

"Kau sendiri?"     

"Aku? Tak mungkin aku angsa, secara yang menyebut anak-anak sebagai angsa adalah kau bukan aku. Jadi nikmati saja karmamu ayah angsa." Viona menjawab dengan cepat sambil berlari cepat meninggalkan sang suami, seperti seorang gadis remaja Viona menjulurkan lidahnya menggoda sang suami ketika ia berhasil masuk ke dalam rumah.      

Melihat tingkah sang istri membuat Fernando tersenyum, ia kemudian memejamkan matanya dan menatap ke arah langit untuk menikmati udara yang cukup sejuk di taman istananya. Senyum Fernando tiba-tiba mengembang lebar.     

"Dari semua hewan yang aku suka, angsa adalah salah satu favoritku. Karena angsa sangat setia pada pasangannya, seperti aku yang akan terus mencintaimu Viona,"gumam Fernando lirih sambil menatap ke arah rumah dimana ia melihat Viona sedang berusaha menghilangkan bulu-bulu angsa dari wajah tampan kedua anaknya.      

Fernando kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam istana megah nya bergabung bersama kedua anak dan istrinya, ia ingin menghabiskan banyak waktu bersama keluarga kecilnya itu sebelum kedua anaknya pergi menjalankan perintahnya hidup mandiri di negara yang sudah ia tentukan.      

Paris, Perancis     

"Kau yakin Elsa meninggal bukan karena kecelakaan?"tanya Loren pelan pada Bruce setengah berbisik.      

"Yakin sekali, tadi aku tak sengaja mendengar salah satu anak buah tuan Fernando mengatakan kalau ia tak sengaja menembak ban mobil Elsa,"jawab Bruce lirih sambil terus menatap beberapa anak buah Fernando yang saat ini sedang berada di lokasi kecelakaan Elsa.      

Meskipun kecelakaan Elsa sudah terjadi beberapa saat yang lalu namun tempat itu masih ramai dikunjungi oleh para polisi, beserta para wartawan yang ingin mencari berita begitu pula dengan anak buah Fernando yang masih berjaga di area kecelakaan.      

Loren menelan ludahnya dengan susah payah, ia tak tahu harus melapor apa pada sang tuan muda. Ia yakin sekali kalau tuan besarnya pasti tak tahu mengenai hal ini, Loren yang sudah mengenal Fernando jauh lebih lama dari Bruce sangat mengetahui sifat pria itu. Meskipun dulu Fernando terkenal sangat kejam dan berhati dingin namun sejak ia menikah dan memiliki anak semua sifatnya berubah sampai detik ini, karena itulah Loren yakin sekali kalau bukan Fernando yang memerintahkan anak buahnya untuk merusak mobil Elsa seperti itu sehingga membuatnya mengalami kecelakaan fatal seperti ini.      

"Lebih baik jangan beritahukan hal ini terlebih dahulu kepada bos, karena aku yakin ia pasti akan sangat marah jika tahu hal ini. Aku tak mau ia bertengkar dengan kedua orang tuanya,"ucap Bruce pelan.      

"Iya aku mengerti Bruce, aku juga tak mau merusak hubungan ayah dan anak karena kesalahan para bodyguard bodoh itu,"sahut Loren dengan cepat mencibir anak buah Fernando.      

Bruce dan Loren akhirnya meninggalkan tempat kecelakaan itu saat melihat anak buah Fernando pergi, mereka berdua tak mau mencari masalah dengan tetap berada di tempat yang sudah di garis polisi itu. Sepanjang perjalanan pulang menuju apartemen Loren tak henti-hentinya menyesali nasib buruk Elsa, yang harus meninggal dengan cara mengenaskan seperti itu. Meskipun tak mengenal Elsa secara langsung namun Loren pernah melihatnya beberapa kali saat menjemput sang tuan pulang kuliah, karena itulah ia merasa sedikit berduka saat ini. Walau bagaimanapun Elsa hanyalah seorang gadis yang dimanfaatkan oleh orang jahat dan ia benar-benar mengutuk pria yang bernama Adam Collins itu.      

Karena kekacauan di tempat kecelakaan itu berhasil diamankan petugas akhirnya tempat itu pun kembali bisa dilintasi oleh kendaraan, meskipun masih ada garis polisi yang terpasang di sekitar tempat pengisian bahan bakar. Semua orang yang berusaha untuk mencari berita di tempat itu sudah pulang satu demi satu, dan meninggalkan para petugas kebakaran yang masih berusaha untuk memadamkan api dan para polisi yang masih bertugas. Dan pada saat beberapa mobil dan bus melintas dari arah gang kecil terlihat seorang gadis berjalan terhuyung dengan kepala yang berlumuran darah, gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Elsa Wesley. Pada saat mobil yang ia kendarai mulai oleng karena satu bannya pecah pasca tertembak, Elsa berhasil keluar dari mobil dan melompat ke arah semak-semak lalu bersembunyi di sebuah rumah yang tak jauh dari mobil yang terbakar itu.     

Elsa menatap nanar ke arah tempat pengisian bahan bakar yang masih berkobar, Elsa memejamkan matanya mengingat kejadian terakhir sebelum ia melompat dari mobil. Dimana saat dia berusaha untuk membanting setir ke arah lain, Elsa melihat seorang tunawisma yang sedang berbaring di tempat itu dan karena Elsa tak dapat menguasai mobil akhirnya bagian kiri mobilnya menabrak sang tunawisma yang sedang berbaring itu. Sementara Elsa keluar dari pintu mobil sebelah kanan setelah ia menendang pintunya dengan kuat.      

"Maafkan aku, aku tak bermaksud untuk membunuhmu. Itu hanya kecelakaan yang tak aku inginkan,"ucap Elsa lirih sambil memegangi kepalanya yang sakit.     

Elsa berhasil membawa tas ranselnya yang berisi uang, karena tak mau ditangkap Elsa pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu dengan terseok-seok. Elsa berusaha mencari klinik terdekat untuk meminta pertolongan, setidaknya luka di kepalanya harus ditangani terlebih dahulu sebelum ia hilang kesadaran. Saat Elsa sudah berjalan cukup jauh ia melihat ada sebuah klinik dokter hewan yang akan tutup, tanpa berpikir panjang Elsa pun bergegas pergi ke klinik itu.     

Bruk     

Elsa akhirnya hilang kesadaran tepat didepan klinik, sang pemilik klinik yang tak lain adalah dokter hewan itu akhirnya menemukan dirinya. Dokter hewan itu pun langsung membawa Elsa ke dalam mobilnya untuk dibawa ke klinik terdekat.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.