You Are Mine, Viona : The Revenge

Italia, new second home



Italia, new second home

0Abby yang tiba di Italia pun langsung mencari tempat tinggal, bersama Jordan dan Marco ia pergi ke sebuah komplek apartemen sederhana. Meski uangnya masih cukup banyak untuk menyewa apartemen yang lebih bagus akan tetapi Abby tetap memilih apartemen yang sederhana, hal ini dikarenakan ia tak mau kehabisan uang sebelum waktunya. Sama seperti sang adik, Abby juga memiliki tabungan meskipun jumlah tabungannya hanya tiga per empat dari jumlah tabungan sang adik. Tapi ia belum mau menggunakan uangnya itu, ia masih menggunakan uang modal dari sang ayah untuk mencari tempat tinggal.      
0

Setelah mencari-cari di sebuah situs jual beli apartemen akhirnya Abby dan kedua anak buahnya menemukan satu apartemen yang cocok, tidak terlalu besar namun nyaman dan letaknya strategis dekat dengan jalan raya. Tanpa pikir panjang ia pun bergegas menghubungi pihak terkait untuk membantunya mendapatkan apartemen itu, mereka akhirnya membuat janji di apartemen itu untuk melakukan proses pembayaran.      

"Bos, aura tempat ini tidak bagus sekali. Apa kita tak ada tempat lain?"bisik Marco pelan pada Abby.      

"Memangnya apa yang kau rasakan?"tanya Abby sambil tersenyum ketika baru saja turun dari taksi.     

"Entahlah, ada aura hitam dari komplek ini,"jawab Marco serius.     

"Iya bos, sepertinya tempat ini tempat yang tak bagus." Jordan yang sejak tadi diam pun ikut bicara menimpali perkataan Marco.      

"Jangan sok tahu, tempat ini terlihat menyeramkan karena banyak pepohonan yang rimbun. Nanti kalau pohon-pohon ini dirapikan pasti suasananya akan berbeda,"ucap Abby pelan menjawab perkataan kedua anak buahnya. "Ini adalah daerah mafia, apa kalian takut berurusan dengan mereka?"     

Deg     

"Mana mungkin aku takut, Jordan tak selemah itu bos,"sahut Jordan gugup.     

"Betul, mana mungkin. Kami adalah pria-pria yang pemberani dan siap mati untuk anda,"imbuh Marco tak mau kalah.     

Abby hanya tertawa mendengar perkataan kedua anak buahnya, ia sebenarnya tahu kemana arah pembicaraan kedua anak buahnya itu. Karena ia sendiri pun juga memiliki perasaan yang tak enak juga, akan tetapi karena ia tak mau membuat kedua anak buahnya itu khawatir. Akhirnya Abby menahan sendiri perasaannya dan mencoba berpikiran positif.      

Langkah Abby dan kedua anak buahnya terhenti saat melihat seorang wanita paruh baya yang sedang memegang beberapa berkas dan berpakaian formal berdiri tidak tenang di depan gedung apartemen, berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan sebelumnya akhirnya Abby menyadari kalau wanita itu adalah wanita yang beberapa saat lalu berkomunikasi dengannya. Tanpa berpikir lama Abby pun segera mendatangi wanita itu dan ternyata memang benar, wanita itu adalah sang marketing yang akan membantunya mendapatkan salah satu kamar di gedung apartemen yang berada di belakang mereka saat ini.      

"Kenapa apartemen sebagus ini disewakan dengan harga semurah ini nyonya?"tanya Abby penasaran     

"E-entahlah tuan, para pemilik apartemen ini tidak mengatakan apa alasannya. Mereka hanya menitipkan kepada saya untuk menjual atau menyewakannya pada orang lain,"jawab nyonya Camelia sang agen marketing dengan gugup.     

Abby yang sudah bisa membaca ada yang gak beres lalu tersenyum. "Apa karena tempat ini dikelilingi sarang mafia, jadi para pemilik apartemen ini membanting harga serendah ini Nyonya?"     

Deg     

Nyonya Camelia yang tengah memandang ke arah lain langsung terkejut saat mendengar perkataan pria muda di hadapannya, keringat dingin pun seketika membanjiri seluruh tubuhnya.      

"A-apa kau bagian dari mereka?"tanya nyonya Camelia terbata.     

Senyum Abby langsung mengembang lebar, ia senang karena ternyata tebakannya benar padahal sebenarnya ia hanya asal bicara.      

"Apa menurut anda pria setampan aku bagian dari para mafia itu?"tanya balik Abby menyombongkan diri.     

"Aku tak percaya wajah anak muda, wajah itu bisa menipu. Buktinya para pejabat yang berwajah tampan, berpakaian rapi bisa mencuri uang rakyat. Jadi fisik itu tak menjamin kebaikan hati seseorang,"jawab nyonya Camelia dengan berani.     

Abby tertawa mendengar perkataan wanita yang berada di hadapannya itu, ia senang ternyata agen marketing yang sedang berbincang dengannya itu cukup menarik.      

"Jadi bagaimana? Apa anda jadi menyewa tempat ini?"tanya nyonya Camelia kembali. "Atau kalian akan meminta tinggal di apartemen ini secara cuma-cuma seperti teman kalian itu, para mafia brengsek."     

"Hei nyonya!! Jaga ucapanmu, memangnya kami ada tampang seperti itu? Kami pasti akan menyewa sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya, jadi anda jangan asal bicara seperti itu,"hardik Marco dengan keras, ia tak suka Abby disebut sebagai mafia.      

Mendengar suara Marco yang keras membuat nyonya Camelia menciut, ia yang sebelumnya membentak Abby pun menjadi takut saat menyadari kalau dua pria yang sejak tadi diam kini terlihat marah kepada dirinya. Marco dan Jordan benar-benar marah dan tidak suka kepada wanita paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya itu, mereka merasa kalau wanita itu sudah banyak bicara dan terlalu meremehkan tuan muda mereka. Kemarahan Jordan dan Marco akhirnya hilang saat Abby menatap mereka berdua, memberikan kode agar kedua anak buahnya itu tidak lagi marah kepada sang agen marketing yang sudah ketakutan.      

"Tenang saja Nyonya, saya akan tetap menyewa tempat ini seperti perjanjian yang sudah kita sepakati sebelumnya. Saya akan langsung membayar lunas di depan untuk biaya sewa tempat ini selama 1 tahun kedepan, jadi anda tidak perlu meragukan saya dan maafkan juga sikap kedua teman saya ini yang sedikit emosional. Karena seperti anda tahu sendiri semua orang tidak memiliki batas kesabaran yang sama,"ucap Abby pelan sambil tersenyum.      

"Maaf tuan, saya bersalah. Saya sudah salah menilai, saya sebenarnya tidak ingin memiliki pikiran jelek seperti ini Tuan. Hanya saja karena saya sudah sering sekali ditipu oleh para mafia itu, jadi rasa percaya saya kepada orang lain sudah memudar. Saya jadi bingung membedakan mana yang benar-benar serius ingin menyewa dan mana yang hanya memanfaatkan saya untuk mendapatkan tempat tinggal gratis saja,"jawab nyonya Camelia dengan suara yang hampir tak terdengar.     

Mendengar perkataan nyonya Camelia membuat Jordan dan Marco merasa bersalah, mereka berdua nampak saling pandang beberapa saat sebelum akhirnya menatap ke arah Abby untuk meminta bantuan. Abby hanya tersenyum saat melihat sikap kedua anak buahnya itu, perlahan Abby meraih sapu tangan bersih dari dalam saku bajunya dan memberikannya pada sang agen marketing.      

"Memangnya sebesar apa jaringan mafia itu Nyonya? Apa anda tak keberatan menceritakannya pada kami,"ucap Abby pelan memberikan pertanyaan pada wanita yang baru saja menyeka air matanya itu.      

Nyonya Camelia menatap Abby dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Mereka adalah iblis tuan, para manusia yang tak pantas disebut manusia."     

"Kenapa memangnya Nyonya?"tanya Marco penasaran.      

Nyonya Camelia menarik nafas panjang, ia kemudian menceritakan secara detail apa yang sudah dilakukan oleh komplotan mafia yang tinggal di sekitar apartemen. Saat bercerita air mata nyonya Camelia menetes dengan deras, ia mengingat salah satu peristiwa buruk yang juga menimpa dirinya di mana saat itu ia hampir diperkosa beramai-ramai oleh geng mafia yang sedang mabuk saat ia baru pulang bekerja.      

"Aku sudah tua saja mereka masih bernafsu, bagaimana dengan para gadis muda hiksss...aku benar-benar kasihan pada gadis-gadis muda yang mereka perjual belikan. Kalian pemuda baik, lebih baik kalian batalkan saja. Jangan sewa apartemen ini, cari saja apartemen lain. Jangan tergoda harga murah tuan, lebih baik selamatkan diri kalian,"ucap nyonya Camelia dengan suara bergetar menahan tangis saat mengakhiri ceritanya.      

"Seperti itulah? Hmmm sepertinya menarik." Abby bicara dalam hati.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.