You Are Mine, Viona : The Revenge

I am your new leader



I am your new leader

0Berbekal info dari Nyonya Camelia sang agen marketing apartemen, Abby dan kedua anak buahnya pergi ke salah satu gudang yang dijadikan markas utama sang pemimpin komplotan mafia. Mereka bertiga pergi dengan melakukan penyamaran, berdandan dan bertingkah seperti para mafia yang lain.     
0

Plak...Plak…     

Cetarr...Cetaar..     

"Bos.."     

Abby langsung menoleh ke arah Jordan dan memberinya kode untuk diam, Jordan pun langsung menutup rapat mulutnya supaya tak menghancurkan rencana yang sudah dibuat oleh sang tuan muda yang sedang melakukan misi itu. Mereka bertiga pun meneruskan langkah mereka mengikuti para mafia yang lain menuju ke arah sumber suara, kedua mata terbuka lebar saat melihat pemandangan yang saat ini mereka lihat begitu juga dengan Jordan dan Marco. Meskipun ayahnya merupakan pemimpin para mafia di Ottawa, akan tetap Abby belum pernah melihat ayahnya melakukan kekejaman seperti yang sedang ia lihat saat ini.      

"Ampun Tuan….ampun, saya tak akan mengulanginya lagi."     

"Maafkan kami Tuan kami tidak akan ceroboh lagi."     

"Maaf Tuan, maafkan kami."     

"Ampun...ampun..sakit tuan, hentikan ampun."     

Beberapa gadis muda yang sudah tak memakai pakaian nampak mengiba meminta maaf pada seorang pria yang merupakan pimpinan dari komplotan mafia kecil yang meresahkan itu, ia nampak sedang menghukum anak buahnya yang gagal mendapatkan uang hari ini dengan mencambuk mereka tanpa menggunakan baju. Sehingga tubuh mereka akan langsung terluka ketika terkena cambuk yang sangat menyakitkan, mereka pun di perlakukan tanpa keperimanusiaan. Ditelanjangi didepan banyak laki-laki dan disiksa, sebelum akhirnya dijadikan pemuas nafsu pria-pria bejat yang haus seks itu.      

Gadis-gadis itu saling berpelukan dengan air mata yang terus mengetes, mereka saling melindungi satu sama lain ketika cambuk-cambuk menari-nari diatas tubuh mereka. Jeritan memilukan hati pun terdengar keras, memenuhi area itu. Tak ada satupun diantara mereka yang menolong para gadis malang itu, mereka terlalu takut pada sang pemimpin.     

Saat gadis-gadis itu menjerit-jerit kesakitan tiba-tiba pria yang duduk di sebuah kursi merah yang berada di podium mengangkat tangannya, sehingga para algojo yang mencambuk gadis-gadis itu menghentikan perbuatannya.     

"Kalian tahu kalian salah hari ini?"tanya pria itu dengan suara serak.     

Kedelapan gadis malang itu menjawab dengan kompak, tanpa berani bertatap muka secara langsung dengan pria yang baru saja bicara itu.     

"Jangan beri ampun Tuan Roberto, mereka akan seperti ini terus kalau tak diberi pelajaran. Beri efek jera pada mereka, supaya yang lain tak akan mengikuti apa yang mereka lakukan ini Tuan,"sahut seorang pria berambut putih tiba-tiba menimpali perkataan para gadis malang itu.     

"Betul tuan Roberto, jangan beri ampun. Berikan pada kami, biar kami ajari mereka menjadi pelacur yang baik sebelum kita jual." Seorang pria lainnya ikut menambahkan perkataan sang pria berambut putih.      

Ruangan itu pun langsung dipenuhi suara tawa dari para pria yang lain begitu mendengar perkataan sang pria kedua yang ingin menikmati tubuh gadis gadis malang itu, sementara kedelapan gadis itu hanya bisa menangis meminta untuk dilepaskan. Membayangkan diperkosa beramai-ramai membuat para gadis itu ketakutan setengah mati, sang pemimpin yang dipanggil Roberto itu pun terlihat mengulas senyum.      

"Apa kalian ingin menikmati tubuh para ikan segar ini saudaraku?"tanya Roberto sang pemimpin dengan lantang.     

"Mauuuu!!!!"jawab hampir sekitar 50 orang pria secara kompak.     

"Tidakkkk...ampun tuan ampunn!!"     

"Huhu jangan tuan Roberto, kami minta ampun."     

"Kami berjanji akan bekerja dengan baik tuan besok, beri kami kesempatan satu kali lagi tuan."     

"Ampun Tuan Roberto, ampuni kami."     

Para gadis itu pun langsung panik dan langsung mengiba, meminta maaf agar tak diumpankan pada para predator yang sejak tadi ingin melahap mereka itu. Para gadis itu sangat ketakutan, bahkan tubuh mereka sampai bergetar hebat karena ketakutan. Sementara itu disebuah sel yang ada di pojok terdapat  beberapa gadis lainnya hanya bisa menunduk sambil saling berpelukan, mereka tak bisa berbuat apa-apa saat melihat teman-temannya di telanjangi seperti itu. Karena jika mereka menolong atau membuka mulut, maka nasib mereka akan seperti kedelapan gadis yang mendapatkan penghasilan paling rendah hari ini itu. Ditelanjangi, dihukum cambuk sebelum akhirnya diperkosa beramai-ramai.      

Melihat para gadis yang berada di hadapannya ketakutan, Roberto Polo sang pemimpin kelompok mafia kecil itu tertawa terbahak-bahak. Ia senang sekali melihat para gadis tak berdaya itu mengiba, meminta belas kasihan kepada dirinya agar tak diumpankan ke anak buahnya.     

"Kalian ingin aku ampuni?"tanya Roberto dengan lantang.     

"Iya Tuan... ampuni kami." Sahut kedelapan gadis bugil itu hampir bersamaan.      

Roberto Polo lalu melemparkan sebuah koper kecil berwarna hitam kehadapan para gadis itu. "Kalau begitu bangun dan puaskan diri kalian satu sama lain dengan sex toys yang ada di dalam koper itu."     

Deg     

Kedelapan gadis yang sudah berharap banyak itu pun langsung hancur kembali, mereka tak menyangka akan diminta melakukan hal menjijikan seperti itu dihadapan semua orang.      

Suara tangisan dari para gadis malang itu pun terdengar kembali, mereka bahkan menangis lebih keras dari sebelumnya. Sangat memilukan hati siapapun yang mendengar, termasuk Abby dan kedua anak buahnya yang sejak tadi melihat kegilaan pria bernama Roberto Polo itu.      

Rahang Abby mengeras, ia sudah tak bisa menahan diri lebih lama lagi kali ini. Tanpa pikir panjang Abby lalu mengeluarkan sebuah pistol jenis CZ 75 dari balik jaketnya yang merupakan pemberian nyonya Camelia, Abby saat ini juga sudah mengenakan topeng masqurede yang ia ambil dari sebuah kotak saat ia akan masuk ke tempat itu. Sehingga saat ini wajahnya tak mungkin dikenali, begitu juga dengan Marco dan Jordan yang juga mengenakan topeng yang sama. Tanpa menunggu lama Abby pun membidik kening Roberto Polo.     

Dorrr…     

Brukk     

"Aaaaaaa!!!!!"para wanita seksi disebelah Roberto Polo menjerit dengan keras ketika melihat sang Tuan sudah jatuh ke tanah dengan kening yang sudah tertembus peluru.      

Kegaduhan pun seketika terjadi, semua anak buah Roberto Polo mencari orang yang sudah membunuh sang pemimpi sampai akhirnya suara tembakan kembali terdengar. Sebuah tembakan peringatan yang dilepaskan Abby kembali.      

"Siapa kau!!!"teriak salah seorang anak buah Roberto Polo dengan keras pada Abby dan kedua anak buahnya.      

Semua pria itu pun langsung menoleh ke arah Abby, Marco dan Jordan mengikut sang pria yang baru saja berteriak. Dengan tenang dan penuh intimidasi Abby berjalan mendekati para mafia itu.      

"Namaku Xander, aku adalah pemimpin kalian yang baru. Tempat ini sudah aku pasang bom, kalau kalian menolak maka aku akan membunuh kalian satu persatu sehingga kalian bisa menyusul pemimpin kalian yang bernama Roberto itu,"ucap Abby dengan lantang memperkenalkan dirinya sambil mengangkat pistolnya ke arah pria yang baru saja bertanya padanya itu.     

"Xander...kau kira kau ini siapa, berani bicara seperti itu dan ingin aakkhghh…"     

Pria itu tak dapat menyelesaikan perkataannya karena lehernya sudah tertebas pedang yang dibawa oleh Marco, seketika pria itu pun jatuh ke tanah dan menggeliat-liat sambil memegang lehernya yang mengucurkan darah segar dan deras sampai akhirnya ia tak bergerak lagi.      

"Ok, siapa lagi yang ingin bernasib sama dengan Roberto dan pria ini?"tanya Abby dengan suara keras.     

Melihat sang pemimpin dan wakilnya tewas secara mengenaskan, para pria yang berada di tempat itu kemudian langsung berlutut satu demi satu di hadapan Abby yang memperkenalkan diri dengan nama Xander. Para mafia memiliki kode etik yang sangat jelas, dimana mereka akan patuh dan tunduk pada seseorang yang berhasil membunuh pimpinannya dan Abby sangat tahu akan hal itu. Oleh karena itu ia langsung mengincar Roberto terlebih dahulu supaya ia bisa menguasai anak buahnya, tumbuh besar bersama Tobias Dante tangan kanan sang ayah yang merupakan pemimpin mafia yang ada di Ottawa membuat Abby paham akan kehidupan para mafia.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.