You Are Mine, Viona : The Revenge

True leader



True leader

0Setelah menghabiskan sekitar 4 jam untuk belajar, Abby akhirnya terbebas dari semua itu ketika bel tanda berakhirnya perkuliahan berbunyi. Jadi pemimpin mafia sekaligus sebagai mahasiswa membuat otak dan tenaganya banyak terkuras, Karena itulah ia selalu memakan ice cream untuk mengembalikan mood nya lagi, salah satu cara yang selalu ia lakukan sejak masih kecil dulu.      
0

Setiap kali Abby datang ke kantin untuk membeli ice cream para mahasiswi yang sudah menunggunya di kantin, selalu histeris ketika melihatnya mulai memakan ice cream kesukaannya. Padahal sebenarnya Abby sama sekali tidak berniat untuk menarik perhatian para mahasiswi itu, yang ia lakukan adalah memang benar-benar ingin mengembalikan semangatnya kembali setelah otaknya panas menerima pelajaran dari para profesor.     

"Cih.. laki-laki suka ice cream, tak jantan sekali,"cibir seorang mahasiswa semester tujuh saat melihat Abby menikmati makanan favoritnya itu.     

"Jangan keras-keras Joe nanti anak kecil itu akan mendengarnya,"sahut seorang pemuda tampan yang selama ini menjadi idola kampus Theo Ferguson sebelum Abby datang.      

Mendengar perkataan sang pemimpin para pemuda lainnya tertawa terbahak-bahak, mereka puas sekali mengejek Abby yang baru saja lewat di tempat duduk mereka di kantin. Sebagai mahasiswa senior apapun yang mereka lakukan akan ditakuti para juniornya, termasuk Martin Kane dan teman-temannya yang juga tak menyukai Abby. Ia hanya tersenyum puas saat melihat Abby dipermalukan oleh kakak seniornya, meskipun populer dikalangan para mahasiswi namun Abby juga dibenci teman-temannya yang lain. Pesona seorang Abby benar-benar membuat semua gadis terpikat padanya, akan tetapi Abby sama sekali tak berminat menjalin hubungan dengan para mahasiswi di kampusnya karena tak mau identitas keduanya diketahui. Selain itu ia juga malas terikat hubungan, baginya mudah saja untuk mendapatkan teman tidur. Barisan wanita cantik nan seksi akan dengan senang hati melayani seorang Xander, sang pemimpin mafia yang terkenal akan kemisteriusannya karena selalu memakai topeng.      

Drrtt..      

Ponsel di dalam saku baju Abby bergetar dengan cukup keras sehingga memaksa sang empunya untuk melihatnya.     

Karena ice cream kesukaannya tinggal sedikit Abby pun langsung memakannya sekaligus, sehingga mulutnya penuh dengan ice cream.      

"Bicaralah Marco…"     

"Bos, baru saja anak buah tuan Sergio Mendes menghubungiku. Ia mengatakan saat ini sudah ada dalam perjalanan menuju tempat yang sudah kita tentukan bos,"jawab Marco to the point mengabarkan berita penting soal pertemuan dengan Sergio Mendes.      

Deg      

"Masuk Marco, bawa mobil masuk ke area kampus. Aku akan segera kesana,"pekik Abby panik sambil melihat jam di tangan kirinya.      

"Siap bos."     

Abby pun langsung melepas kacamatanya dan berlari dengan cepat menuju ke halaman utama kampusnya, saat Abby berlari ia menjadi pusat perhatian semua orang. Pasalnya Abby berlari dengan sangat cepat, wajah tampannya pun terlihat dengan jelas karena ia tidak menggunakan kacamata tebal yang selama ini ia gunakan untuk menyamarkan wajahnya. Belum hilang keterkejutan para mahasiswa itu mereka kembali dikagetkan dengan keberadaan sebuah mobil Range Rover mewah berwarna serba hitam yang baru saja masuk ke halaman kampus dan dinaiki oleh Abby, mobil itu pun langsung pergi saat Abby naik. Sontak kabar mengenai Abby yang pergi menggunakan mobil mewah akhirnya tersebar di seluruh kampus dari mulut ke mulut, sampai akhirnya berita itu terdengar oleh Martin Kane dan anak buahnya beserta kelompok pimpinan Theo Ferguson.      

Para pemuda itu sangat mengetahui bahwa mobil sejenis Range Rover anti peluru yang disebutkan para mahasiswa yang lain itu bukanlah mobil murah, karena itu saat ini di kampus nama Abby kembali menjadi buah bibir para mahasiswi yang memujanya.     

"Fuck, siapa sebenarnya anak itu. Kenapa semua identitasnya sangat sulit ditemukan,"ucap Theo Ferguson kesal, rasa irinya pada Abby pun semakin menjadi-jadi.      

"Tenang bos, besok kita akan cari tahu. Jadi anda tak usah khawatir, saya akan mengerahkan anak buah kita untuk mengurus anak itu,"sahut anak buah Theo Ferguson yang bernama Joe dengan cepat.     

Theo Ferguson tersenyum mendengar perkataan anak buahnya itu. "Ok, aku percaya padamu. Urus semuanya dengan baik, aku mau anak itu tunduk pada kita."     

Joe dan anak buah Theo Ferguson yang lain pun menjawab dengan kompak perkataan pimpinan mereka itu, Theo Ferguson selama ini ditakuti karena ia punya paman seorang petinggi dari sebuah kelompok mafia. Karena itulah ia menjadi sangat arogan dan penindas, apalagi pada mahasiswa baru yang menurutnya terlalu menarik perhatian banyak gadis cantik seperti Abby. Prinsip seorang Theo Ferguson adalah tak ada siapapun yang boleh terkenal dan dipuja selain dirinya selama seorang Theo Ferguson masih kuliah di kampus itu.      

"Hentikan mobilmu Marco, biar aku yang menyetir,"pinta Abby pelan saat sudah berganti pakaian dan topengnya.      

"Jangan bos, kalau anda yang membawa mobil maka wibawa anda akan hilang. Jadi lebih baik anda duduk manis sana dibelakang,"ucap Marco dengan cepat menolak perintah Abby.     

"Tapi kau membawa mobil seperti membawa sepeda saja,"sahut Abby dingin.     

"Maaf bos, baiklah aku akan menambah kecepatan jadi tolong kencangkan sabuk pengaman anda,"jawab Marco kembali sembari menginjak gas dengan kuat.      

Setelah diprotes oleh sang tuan, akhirnya mobil yang dibawa Marco pun melesat dengan cepat di jalan raya. Abby tak mau terlambat sampai di tempat yang sudah ditentukan bersama Sergio Mendes, karena itulah ia meminta Marco untuk menambah kecepatan mobilnya. Bagi Abby waktu adalah segalanya, ia tak mau dicap sebagai orang yang arogan karena datang terlambat. Prinsip Abby adalah lebih baik menunggu daripada ditunggu, sebuah pesan yang selalu disebutkan oleh sang ibu berkali-kali saat ia masih tinggal di Kanada.      

Mobil Range Rover milik Abby pun akhirnya tiba di sebuah restoran terbaik di kota Sisilia, mereka pun langsung disambut oleh para staf restoran yang sudah diminta secara khusus untuk melayani seorang Xander dan anak buahnya yang akan makan di tempat itu. Bahkan sang general manager dari restoran itu juga ikut terjun untuk bertemu Xander.     

"Selamat datang Tuan Xander, silahkan masuk. Tempat anda ada di ruangan VVIP, mari ikuti saya Tuan,"ucap sang GM restoran itu dengan sangat sopan.     

"Terima kasih, oh iya apakah rekan saya Tuan Sergio Mendes sudah tiba?"tanya Abby basa-basi.     

"Belum Tuan,"jawab sang GM singkat.     

Abby menggunakan kepalanya perlahan merespon perkataan sang general manager yang memandunya menuju ke ruangan VVIP yang sudah ia pesan, senyumnya mengembang saat melihat tempat yang akan ia gunakan untuk meeting dengan Sergio Mendes.      

"Silahkan Tuan, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi saya,"ucap sang general manager dengan ramah.     

"Ok, kamu mengerti,"sahut Marco singkat mewakili Abby.      

Tak lama kemudian general manager restoran itu pun meninggalkan Abby dan kedua anak buahnya untuk melanjutkan pekerjaan yang lain, berjaga di pintu masuk menyambut Sergio Mendes yang belum tiba. Anak buah Abby yang lain pun mulai berdatangan, sekitar empat mobil serba hitam terlihat masuk ke area parkir restoran. Mereka mengawal sang tuan yang sedang berada didalam, tak lama kemudian terlibat rombongan Sergio Mendes tiba. Sama seperti Abby sebelumnya, Sergio Mendes disambut dengan sangat sopan oleh pihak restoran. Ia juga diantar ke ruangan dimana Abby berada.      

"Tuan Xander!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.