You Are Mine, Viona : The Revenge

Istana Frank



Istana Frank

0Para pelayan yang ada di toko perhiasan itu nampak menjerit kegirangan karena melihat prosesi lamaran yang dilakukan oleh prosesor Franklin kepada dokter Louisa, mereka menganggap apa yang dilakukan Profesor Frank adalah sebuah lamaran yang paling istimewa dan diinginkan hampir semua orang wanita yang ada di dunia ini.     
0

Sementara itu dokter Louisa yang masih belum percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar saat ini nampak tak bisa menguasai dirinya sendiri, buliran air mata mengalir dengan deras dari kedua mata indahnya sudah membasahi pipinya.     

"Apakah aku saat ini tidak sedang bermimpi." Tanya  dokter Louisa lirih sambil menatap profesor Frank yang masih berlutut di hadapannya dengan membawa cincin berlian.     

"Inii bukan mimpi Lou, aku bertanya serius kepadamu. Apakah kau bersedia menerimaku dan mendampingiku selama sisa hidupku nanti dalam keadaan suka ataupun duka, apakah kau mau menikah denganku Louisa?" Tanya balik Profesor Frank sambil tersenyum.     

"Lou…     

"Y--yes i do, yes i do Frank." Jawab dokter Luisa dengan tergagap.     

Mendengar jawaban dokter Louisa membuat Profesor Frank tersenyum lebar, ia lalu memasukkan cincin berlian yang sudah ia pesan sebelumnya ke jari manis dokter Louisa yang sudah ia hafal ukurannya. Begitu cincin berlian itu terpasang cantik di jari manis tangan kiri dokter Louisa semua pelayan toko yang ada di ruangan itu langsung bertepuk tangan dan mengucapkan selamat kepada dokter Louisa dan Profesor Frank.      

Profesor Frank langsung memeluk dokter Louisa yang nampak menangis haru, dia akhirnya menyalami para pelayan toko satu demi satu. Pasalnya dokter Louisa tidak dapat membendung rasa bahagia dan harunya, ia masih menyembunyikan wajahnya di dada bidang profesor Frank yang saat ini sudah berubah statusnya menjadi calon suaminya.      

Setelah selesai menyalami semua pegawai toko perhiasan yang menyaksikan proses lamarannya      

Profesor Frank akhirnya mengajak dokter Louisa untuk pulang, ia ingin mengajak dokter bisa pergi ke sebuah tempat yang sudah lama tak ia kunjungi selama hampir satu tahun terakhir ini.     

"Kita mau pergi kemana?" Tanya Dokter Louisa  pelan kepada Profesor Frank yang kini menjadi tunangannya itu, dia merasa heran ketika melihat Profesor fans membawa mobilnya keluar dari kota menuju ke sebuah daerah pinggiran barat.      

"Kau akan tahu setelah kita sampai di sana." Jawab Profesor Frank dengan cepat sambil tersenyum.     

"Apakah masih lama?" Tanya Dokter Louisa kembali dengan manja.      

"kurang lebih empat puluh menit lagi, kenapa memangnya?" Tanya balik Profesor frank pada dokter Louisa yang sedang bergelayut di lengannya.     

"Aku mengantuk bolehkah aku tidur sebentar." Ucap dokter Louisa meminta izin kepada Profesor Frank yang sedang mengendarai mobil mewahnya.     

"Tidurlah aku tahu kau lelah."Jawab Profesor Frank sambil tersenyum.     

Dokter Louisa langsung merebahkan tubuhnya di kursi yang ada di sebelah Profesor Frank, ia pun nampak sudah melepas sabuk pengamannya. Profesor Frank pun tak marah ketika melihat dokter Louisa sudah tak memakai sabuk pengamannya karena mobil mereka sudah sampai di pinggiran desa jadi tidak akan ada polisi yang memberhentikan mereka jika penumpang disebelah supir tak memakai sabuk pengaman.     

Setelah berkendara hampir empat puluh menit mobil yang membawa Profesor Frank dan dokter Louisa akhirnya tiba di sebuah daerah yang masih terlihat sangat asri, mereka memasuki kawasan pribadi yang hanya terlihat sebuah rumah yang nampak terawat ada di tengah-tengah kawasan wilayah itu. Seorang penjaga gerbang nampak langsung memberi hormat kepada Profesor Frank ketika mobil itu masuk.     

"Kita sedang ada di mana?" Tanya Dokter Louisa kepada Profesor Frank dengan bingung sambil menatap rumah yang ada di hadapannya.     

"Ada di rumahku." Jawab Profesor Frank singkat.     

"Ini rumahmu?" Tanya dokter Louisa sekali lagi, ia nampak tak percaya dengan perkataan Profesor Frank.     

"Yes, rumah ini kubangan beberapa tahun yang lalu. Dan aku hanya mengunjunginya beberapa kali saja dalam dua tahun terakhir ini." Jawab Profesor Frank pelan sambil mengulurkan tangannya supaya dokter Louisa turun dari mobil.     

Dokter Louisa meraih tangan calon suaminya itu dengan tersenyum cantik, perlahan ia turun dari mobil dan menatap takjub ke arah rumah yang ada di hadapannya saat ini. Rumah itu lebih mirip sebuah istana kecil di masa lalu yang mempunyai banyak tiang dan koridor serta memiliki halaman luas yang sangat terawat, dibagikan belakang rumah itu nampak ada beberapa ekor kuda mahal yang ada di kandangnya.     

"Ketika Fernando membangun istananya di ibukota aku membangun istana kecil ini di sini."Ucap Profesor Frank tiba-tiba mencoba menjelaskan asal usul istana yang sedang mereka kunjungi saat ini.     

"Lalu kalau kau tidak tinggal disini lalu siapa yang tinggal?" Tanya dokter Louisa penasaran.     

"Kami semua yang tinggal di sini nona." Jawab seorang wanita tua yang baru keluar dari dalam istana bersama dengan delapan orang wanita paruh baya lainnya menyambut kedatangan Profesor Frank dan dokter Louisa.     

"Bibi May."      

"Tuan muda kedua."      

Profesor Frank langsung berlari ke arah wanita paruh baya yang dipanggil bibi May itu dengan setengah berlari meninggalkan dokter Louisa yang masih terlihat kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi saat ini.      

"Aku rindu padamu bibi." Ucap Profesor Frank lirih dalam pelukan sang pelayan.     

"Saya juga rindu pada anda tuan muda kedua." Jawab sang pelayan dengan cepat.     

"Maafkan aku baru bisa datang mengunjungimu bi." Bisik Profesor Frank pelan.     

"Bibi tau tuan muda kedua pasti sangat sibuk bukan dirumah sakit, oh iya mana tuan muda Fernando mengapa ia tak ikut bersama anda?" Tanya bibi May penasaran.     

"Fernando sedang sibuk bi, banyak hal yang harus dia urus di perusahaan apalagi saat ini istrinya sedang hamil bi." Jawab Profesor Frank lirih dengan senyum yang dipaksakan, hatinya masih terasa sakit ketika menceritakan tentang Viona.     

"Oh iya istri tuan Fernando sedang hamil, bibi melihat beritanya di TV." Jawab bibi May dengan mata berbinar-binar.     

"Gadis cantik itu siapa tuan?" Tanya bibi May lirih pada profesor Frank saat menyadari keberadaan dokter Louisa yang masih berdiri di halaman.     

"Dia calon istriku bi." Jawab Profesor Frank dengan cepat.     

"Wahhh jadi anda akan menikah, wah syukurlah." Pekik bibi May dengan suara meninggi sambil memeluk Profesor Frank dengan erat karena bahagia.     

Setelah puas memeluk sang tuan muda kedua bibi May akhirnya berjalan dengan cepat ke arah dokter Louisa, ia memeluknya dengan erat calon istri tuan muda keduanya itu. Ia merasa sangat bahagia karena mengetahui kalau tuan muda keduanya akan segera mengakhiri masa lajangnya, pasalnya selama ini ia adalah orang yang selalu menanyakan kapan Profesor Frank akan menikah dan sebentar lagi mimpinya akan segera tercapai untuk melihat tuan muda keduanya menikah.     

"Ayo nona dokter masuk." Ucap bibi May ramah pada dokter Louisa.     

"Nama saya Louisa bi...panggil Lou saja tak masalah." Jawab dokter Louisa sambil tersenyum.     

"Mana mungkin saya berani menyebut nama anda saja dokter, anda akan segera menjadi istri tuan muda kedua jadi sangat tidak mungkin kalau saya memanggil anda dengan nama saja." Sahut bibi May pelan sambil menepuk punggung tangan dokter Louisa yang sedang ia tuntun masuk ke dalam rumah.     

Mendengar perkataan bibi May membuat dokter Louisa terdiam, ia pun pasrah dipanggil dengan sebutan nona dokter oleh sang pelayan terlama calon suaminya itu. Karena hari sudah cukup sore Profesor Frank mengajak calon istrinya itu untuk masuk melihat kamar utamanya yang selalu rapi dan bersih.     

"Ini kamar kita malam ini." Ucap profesor Frank pelan sambil menunjukkan kamar besarnya pada dokter Louisa.     

"Kita akan menginap disini?" Tanya dokter Louisa bingung.     

"Yes, memangnya kenapa?" Tanya balik Profesor Frank dengan santai.     

"Aku tak membawa pakaianku kemari, lalu bagaimana aku…     

"Buka lemari besar yang ada di belakangmu." Ucap Profesor Frank memotong perkataan dokter Louisa dengan tiba-tiba.     

Tanpa diperintah dua kali dokter Louisa kemudian membuka lemari besar yang ada di belakangnya, kedua matanya langsung membelalak lebar ketika melihat isi dalam lemari yang sedang ia buka itu.     

"Ini…     

"Semua lingerie seksi ini masih baru dan tak ada satupun yang terpakai lihatlah." Ucap Profesor Frank kembali memotong perkataan dokter Louisa sambil menunjukkan tag harga yang masih ada di masing-masing lingerie seksi yang ada di dalam lemari pakaiannya.     

"Untuk apa kau punya semua ini, apakah kau sering membawa wanita kemari sehingga kau punya stok pakaian seksi sebanyak ini atau jangan-jangan kau sengaja mempersiapkan untuk mereka jika datang ketempat ini!!" Sahut dokter Louisa dengan suara meninggi.     

"Kau adalah wanita pertama yang aku ajak ke rumahku ini jadi mana mungkin ada wanita lain, aku mempunyai lingerie sebanyak itu karena aku ingin jika suatu saat aku sayang kemari wanitaku sudah tak perlu membawa koper atau pakaian ganti karena semua kebutuhannya sudah ada disini." Jawab Profesor Frank sambil tersenyum tipis.     

"Jadi.. akhhh      

Dokter Louisa tak dapat menyelesaikan perkataannya karena jemari Profesor Frank yang sudah dicuci sebelumnya masuk kembali ke balik celana dalamnya dengan mudah karena ia menggunakan rok.     

"Kita akan bercinta sampai pagi disini…"     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.