You Are Mine, Viona : The Revenge

Ikatan saudara



Ikatan saudara

0Fernando terlihat kebingungan mencari Viona kesana kemari, ia hampir tak bisa bernafas dengan tenang dari siang setelah mengetahui kalau Viona tidak pulang bersama supirnya. Justin dan Harry yang ditugaskan menyadap semua CCTV di seluruh Ottawa tetap tak mendapatkan hasil.      
0

"Kemana kau babe…pulanglah babe…"      

"Jangan siksa aku begini babe…"      

"Tolonglah babe kembalilah padaku, kasian anak kita,"      

"My love please…pulanglah…"      

Fernando berulang kali mengirimkan pesan pada Viona yang tak terkirim, sudah ratusan kali ia menghubungi Viona akan tetapi ia tak sekalipun mendapatkan jawaban.     

"Justin kenapa kau belum juga mendapatkan hasil?" tanya Fernando pada Justin yang sedang sibuk dengan laptopnya.     

"Maaf tuan, anak buahku belum ada yang mendapatkan keberadaan nyonya," jawab Justin terbata.     

"Oh God….babe kau dimana" ucap Fernando lirih sambil menggaruk rambutnya yang to gatal.     

Fernando mengetahui Viona pergi saat mendapati laporan dari James yang tak berhasil menemukan sang nyonya, sejak itu Fernando langsung mencari di seluruh rumah sakit dan akhirnya ia tahu bahwa istrinya itu pergi dari rumah sakit menggunakan bus.      

"Sudah hampir jam sepuluh malam babe….pulanglah, jangan siksa aku seperti ini," ucap Fernando dalam hati sambil menatap layar besar di kantornya, dimana saat ini ia sedang meminta orang-orang IT terbaik untuk meretas semua CCTV yang ada diseluruh kota untuk mencari keberadaan Viona.     

Saat sudah hampir frustasi tiba-tiba ponselnya berdering dengan cepat meraih ponsel marahnya itu diatas meja.     

"Bicaralah Teddy," ucap Fernando pelan ketika sudah tersambung dengan sang kepala pelayan di rumah.     

"Tuan...nyonya pulang tuan, baru saja nyonya sampai rumah dengan menggunakan taksi tuan," ucap Teddy dengan berteriak.     

"Apa!!! kau jangan bergurau Teddy !!!" teriak Fernando dengan suara meninggi.     

"Saya gak berani bohong tuan, demi Tuhan." sahut Teddy tergagap.     

"Ok aku pulang, tolong jaga jangan sampai istriku pergi lagi," ucap Fernando dengan nada meninggi sebelum menutup teleponnya.     

"Ada yang terjadi tuan?" tanya Justin pelan.     

"Istriku pulang Justin, Viona pulang kerumah. Ayo ikut aku pulang dan Harry tolong urus mereka," jawab Fernando dengan berlari menuju lift disusul Justin.     

Harry mengangguk pelan merespon perkataan sang tuan, ia lalu membubarkan team pencari Viona yang baru dibuat tiga jam itu. Semua orang yang ada di ruangan itu merasa lega ketika mengetahui bahwa sang nyonya yang sedang mereka cari sudah pulang ke rumah, setelah merapikan barang-barangnya mereka pun akhirnya bisa pulang ke rumahnya masing-masing setelah mendapatkan bayaran dari Harry.      

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah Fernando nampak tidak tenang, ia berulang kali melihat jam mahal yang ada di tangan kirinya dan meminta Justin untuk kecepatan mobilnya akan tetapi Justin mengatakan kalau mobil yang ia bawa sudah melampaui batas kecepatan normal yang diperbolehkan di jalan tol. Justin tidak mau bermasalah dengan polisi karena jika hal itu terjadi maka waktu mereka untuk pulang akan semakin lama.      

Setelah berkendara hampir tiga puluh menit mobil yang dikendarai oleh Justin akhirnya sampai dirumah, Fernando pun langsung melompat keluar dari mobil ketika mobil baru akan berhenti. Ia sudah tak sabar ingin bertemu Viona, walau sudah mendapatkan laporan dari Teddy yang mengatakan kalau Viona sudah pulang ke rumah sejak tadi akan tetapi ia masih belum tenang jika belum melihat istrinya itu secara langsung dengan kedua matanya.      

"Istriku…     

"Nyonya ada di lantai dua tuan," jawab Teddy dengan cepat memotong perkataan Fernando.     

"Thanks," sahut Fernando dengan cepat, ia lalu meneruskan langkah kakinya menaiki anak tangga. Bahkan demi bisa cepat sampai di lantai dua ia langsung melewati tiga anak tangga sekaligus.     

Setelah sampai di lantai dua Fernando langsung berlari menuju kamarnya, ia benar-benar sudah tidak bisa menahan rasa rindunya lagi untuk bertemu dengan Viona. Dengan nafas tersenggal-senggal Fernando berdiri di depan pintu kamarnya, ia pun mulai memasukkan kombinasi angka untuk membuka pintu kamarnya. Setelah berhasil membuka pintu kamarnya Fernando lalu berjalan masuk ke dalam kamar besarnya itu, kedua mata tajamnya langsung mencari sosok Viona yang belum ia temukan dimanapun sampai akhirnya ia menyadari pintu di ruang pakaiannya terbuka sedikit. Dengan perlahan ia masuk ke dalam closet itu dan hatinya seperti disiram es ketika melihat Viona sedang duduk di karpet sambil bersandar di dinding dengan masih menggunakan  jubah mandinya.     

Fernando berjongkok di sebelah Viona, ia kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh sang istri akan tetapi niatnya ia batalkan ketika menyadari bahwa istrinya itu sudah tertidur. Dengan hati-hati Fernando menggendong Viona menuju keranjang besar mereka dan menurunkan Viona perlahan supaya tak membuat istrinya itu terbangun.     

"Pergi kemana kau babe sampai tak mengabariku," ucap Fernando pelan sambil menyentuh pipi Viona dengan perlahan.     

Senyumnya merekah ketika melihat jubah mandi yang dipakai oleh Viona sedikit tersingkap sehingga membuat perut buncit Viona bisa melihat dengan jelas, perlahan ia menurunkan wajahnya dan mendaratkan ciumannya di perut Viona dengan penuh cinta. Karena takut Viona sakit karena hanya memakai jubah mandi saja Fernando akhirnya mencarikan pakaian tidur untuk sang istri, ia memilih dress tidur panjang yang sangat mudah dipakai. Dengan hati-hati Fernando melepaskan jubah mandi yang masih melekat di tubuh anak istri dan menggantinya dengan dress tidur yang baru ia ambil dari closet, setelah memastikan Viona tidur dengan nyaman Fernando kemudian berjalan menuju kamar mandi iya ingin membersihkan dirinya sebelum pergi tidur karena seluruh tubuhnya sudah lengket dengan keringat saat ini setelah berlarian mencari sang istri selama hampir enam jam.     

Setelah berdiri di bawah shower yang mengalirkan air dingin selama hampir sepuluh menit Fernando akhirnya menyudahi acara mandinya, ia lalu meraih jubah mandi miliknya yang masih bersih yang ada di rak khusus yang ada di kamar mandi. Dengan kaki yang masih basah Fernando keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju closet untuk mencari pakaian tidur, tak lama kemudian ia keluar dari kloset dengan memakai pakaian tidur yang warnanya senada dengan pakaian yang dipakai Viona. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di samping Viona yang sudah terlelap, rasa resah dan gelisah di dalam dadanya langsung lenyap tak tersisa ketika sudah kembali melihat istrinya itu ada disampingnya. Saat akan meminjamkan mata tiba-tiba Fernando teringat dengan ponsel Viona, ia ingin memastikan apakah ponsel sang istri sengaja dimatikan atau kehabisan baterai.      

"Ternyata dia kehabisan baterai,"ucap Fernando pelan sambil tersenyum ketika menyadari bahwa ponsel istrinya sudah kehabisan daya dengan bukti ia tak bisa mengaktifkan ponsel mahal itu beberapa kali.     

Setelah memastikan kegundahannya Fernando kemudian naik kembali ke atas ranjang dan memeluk Viona dari belakang dengan penuh cinta, perlahan namun pasti kedua matanya langsung tertutup ia pun mulai mengarungi samudra mimpi menyusul Viona yang sudah terlelap sejak tadi.     

Sementara itu di apartemen milik Amina dan Jenny kedua gadis itu belum bisa memejamkan kedua matanya karena masih memikirkan tentang Viona yang ada di toko muffin, mereka pun tak bisa mengatakan keberadaan sang kakak kepada Fernando karena sudah terlanjur janji sebelumnya.      

"Bagaimana ini Amina aku belum bisa tidur," ucap Jenny pelan sambil menutup wajahnya dengan bantal.     

"Aku juga Jenny, aku benar-benar tak tenang saat mengetahui kakak ada di toko saat ini," jawab Amina singkat.     

Ceklek     

Jenny menyalakan lampu tidur yang ada di tengah-tengah ranjang mereka, Amina dan Jenny memang tidur satu kamar akan tetapi mereka tidur di ranjang yang terpisah. Perlahan jenny duduk diatas ranjangnya sambil memeluk bantal bentuk hello kitty kesayangannya menatap Amina yang masih berbaring di ranjangnya.     

"Apa perlu kita menghubungi kakak ipar?" tanya Jenny pelan.     

"Jangan Jenny, kau tau kakak bukan seperti apa. Aku yakin ia akan membunuh kita saat tau kalau kita menghubungi kakak ipar," jawab Amina dengan cepat sambil duduk diatas ranjang menatap Jenny.     

"Lalu bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan kakak, aku takut disalahkan oleh kakak ipar Amina," ucap Jenny dengan terisak.     

"Aku tau maksudmu Jenny, tapi aku takut jika melanggar janjiku pada kak Vio maka nanti kak vio akan memusuhi kita Jenny," sahut Amina dengan anda bergetar.     

Jenny menelan salivanya mendengar perkataan Amina, ia tahu betul bahwa Viona adalah orang yang sangat tidak suka dibohongi apalagi kalau mereka sudah berjanji padanya. Oleh karena itu mereka sekarang hanya bisa pasrah dan berusaha untuk tidur dengan berharap pagi segera datang supaya mereka bisa pergi ke toko maafin untuk mengecek keadaan Viona.     

"Semoga kau baik-baik saja kak, nasib kami ada ditanganmu," ucap Jenny dalam hati, ia sangat takut hidup di jalanan lagi jika Fernando mengusirnya dari apartemen.     

Di ranjangnya Amina nampak berdoa berkali-kali memohon pada Tuhan agar menjaga Viona malam ini, ia terlihat sangat khusyuk saat berdoa. Walaupun ia dan Viona beda keyakinan akan tetapi ia tetap mendoakan sang kakak angkat yang sudah ia anggap sebagai kandung.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.