You Are Mine, Viona : The Revenge

Mencoba Jujur



Mencoba Jujur

0Adam langsung menoleh ke arah sumber suara yang ada dibelakangnya, dimana ibu Debora sedang duduk di kursi roda didorong Justin dan Harry yang sedang membawa botol infusnya. Melihat sang ibu sudah bangun dan kini duduk dihadapannya membuat Adam nyaris berteriak, ia lalu berlari ke arah sang ibu dan langsung berlutut dihadapan ibunya dengan mata berkaca-kaca.     
0

"Ibu kenapa turun dari ranjang?" tanya Adam lirih sambil mencium tangan sang ibu yang tak terpasang jarum infus.     

"Ibu sudah baik-baik saja nak," jawab ibu Debora pelan sambil tersenyum ke arah Adam, bayi laki-laki yang  berusia enam bulan ketika pertama kali ia temukan kini sudah menjadi pria dewasa yang tampan.       

"Tapi ibu harus istirahat bu, ibu belum benar-benar fit…ibu masih…     

"Ibu punya dua anak dokter hebat, lalu apa yang perlu ibu takutkan sayang," ucap ibu Debora lembut sambil meraba rambut Adam dan melirik ke arah Viona.     

Deg     

Adam yang sedang menunduk di hadapan sang ibu langsung mengangkat wajahnya dan menatap wajah sang ibu dengan tatapan bingung dan tak mengerti dengan arah pembicaraan sang ibu.     

"Ibu tau semuanya nak, mengenai Anji yang seorang dokter hebat di kota bahkan ibu juga tau kalau tuan Fernando adalah suaminya," ucap ibu Debora setengah berbisik sambil mengulurkan tangannya memanggil Viona agar datang ke arahnya.     

"B-bagaimana ibu tau kalau Anji dokter dan pria brengsek itu…     

"Kau!!!" sengit Harry jengkel terpancing emosi saat mendengar Adam menjelekkan sang tuan.     

"Jaga bicaramu nak, dia adalah orang yang menolong kita nak. Apa kau lupa tentang semua kenaikannya?" tanya ibu Debora pelan mencoba untuk menenangkan Adam.     

"Tapi pria itu yang membuat Anji menderita bu, apa ibu lupa dengan kejadian sepuluh bulan yang lalu saat kita bertemu Anji pertama kali dimakam ibu Maria?" tanya balik Adam menahan kesal.     

Ibu Debora tersenyum mendengar perkataan Adam, ia lalu meraih tangan Viona yang sudah sampai disampingnya.     

"Semua pertemuan yang terjadi sudah di gariskan oleh Tuhan, seandainya sepuluh bulan yang lalu tak ada kejadian buruk itu mungkin sampai ibu meninggal pun ibu tak akan pernah bertemu lagi dengan Anji," ucap ibu Debora pelan sambil meraih tersenyum kea rah Viona.     

"Ibu jangan bicara seperti itu, ibu akan berumur panjang. Ibu akan sembuh dan kita bisa pulang lagi bersama-sama bu," sahut Viona dengan cepat merespon perkataan sang ibu.     

"Kau tentu tau harus pulang kemana nak, ingat kau adalah seorang istri tak baik seorang istri tinggal terpisah dari suaminya," celetuk ibu Debora mencoba mengingatkan Viona tentang statusnya.     

Viona terdiam mendengar perkataan sang ibu begitu juga dengan Adam yang terlihat sangat marah, ia masih tak terima saat mengetahui bahwa Fernando yang ia anggap pria baik itu ternyata adalah pria yang selama ini ia benci. Ibu Debora tersenyum melihat kedua anaknya diam,ia tau kedua anaknya itu sedang dalam situasi yang tak baik. Oleh karena itu ibu Debora meminta Justin untuk membawanya masuk kedalam rumah sakit, Justin pun melakukan apa yang diminta ibu Debora. Ia mendorong kursi roda ibu Debora masuk ke dalam rumah sakit kembali meninggalkan Viona dan Adam yang akhirnya mengikuti dari belakang.     

Entah apa yang membuat kondiis ibu Debora jauh lebih baik dari sebelumnya, padahal tadi malam ia masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan namun siang ini ia jutru sudah bisa melepaskan alat bantu pernafasannya. Hal ini membuat Viona senang karena perubahan yang sangat baik ditunjukkan oleh sang ibu, para dokter tempat ibu Debora dirawat akhirnya tau kalau Viona adakah seorang dokter bedah terbaik lulusan sekolah kedokteran di Inggris dari suster Demi. Rupanya setelah pulang ke rumah suster Demi mencari tau tentang Viona, ia sangat kaget saat melihat data diri Viona yang merupakan seorang dokter terbaik selama ia bekerja di Inggris oleh karena itu ia mengabarkan berita ini pada semua rekan kerjanya di rumah sakit.     

"Sebuah kehormatan bagi rumah sakit ini bisa didatangi dokter hebat seperti anda dokter Viona," ucap dokter kepala rumah Mt. Elizabeth pada Viona.     

"Saya yang beruntung karena  rumah sakit ini memberikan pelayanan yang terbaik untuk ibu saya," jawab Voiona pelan sambil meraih tangan sang kepala rumah sakit yang sedang terulur padanya.     

"Tentu saja dok, kami pasti akan memberikan perawatan terbaik untuk ibu dan suami anda dokter. Maafkan atas keterlambatan kami yang menyadari akan kehadiran anda beserta keluarga di rumah sakit ini dokter," sahut sang dokter kepala itu kembali.     

Viona hanya tersenyum mendengar perkataan sang dokter, ia lalu meminta laporan mengenai konisi ibu Debora pada dokter yang menangani sang ibu. Sebagai dokter bedah reputasi Viona lebih tinggi dari Adam yang hanya seorang dokter umum, jadi tak heran hanyak orang yang langsung menaruh hormat pada Viona.     

Para suster yang menangani ibu Debora pun nampak lebih ramah dari sebelumnya, mereka sebenarnya sudah segan pada ibu Debora saat mengetahui biaya rumah sakitnya sudah dibayar lunas oleh Fernando. Namun saat tau kalau Fernando ternyata adalah suami dari Viona yang ternyata adalah dokter bedah terbaik yang merupakan anak dari ibu Debora mereka semakin ramah pada ibu Debora, Adam hanya terdiam saat melihat perlakuan para suster dan dokter yang berbeda 360 derajat pada sang ibu.     

Setelah membaca laporan medis milik ibu Debora yang baru saja diberikan oleh suster senyum Viona mengembang, ia senang karena ternyata kondisi sang ibu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia yakin kalau ibunya makin membaik mereka sudah bisa pulang besok pagi, saat Viona akan mengganti botol infus sang ibu yang sudah hampir habis tiba-tiba pintu ruang perawatan ibu Debora terbuka secara kasar dari luar.     

"Nyonyaa….nyonyaa…" panggil Justin terenggah-engah sesaat setelah membuka pintu ruang perawatan ibu Debora secara kasar.     

"Ada apa Justin kenapa kau seperti habis lari marathon seperti itu?" tanya Viona heran.     

"Tuan…kondisi tuan menurun nyonya, tiba-tiba saja tuan tubuhnya panas sekali aku takut tuan…     

Justin tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba Viona langsung mendorongnya dan pergi keluar dari ruangan ibu Debora tanpa bicara setelah meletakkan botol infus baru untuk ibu Debora diatas meja, melihat sang nyonya pergi Justin kemudian mengikuti dari belakang tanpa berpamitan pada ibu Debora dan Adam.     

"Kau lihat kan nak, mereka masih saling mencintai. Tak pantas rasanya kalau kita menahan Anji untuk tinggal bersama kita disini," ucap ibu Debora pelan sambil meremas tangan Adam yang duduk disampingnya.        

"Sejak kapan ibu tau kalau Fernando suami Anji?" tanya Adam datar.     

"Anji memberitahu ibu beberapa hari yang lalu nak, itupun harus ibu paksa baru Anji mau cerita tentang kehidupan masa lalunya," jawab ibu Debora sambil tersenyum.     

"Lalu ibu setuju  kalau Anji kembali lagi pada pria jahat itu?" tanya Adam kembali.     

"Nak…ada banyak hal yang tak bisa kita paksakan didunia ini, kita juga tak bisa egois memisahkan pasangan suami istri yang masih saling mencinta nak. Mereka pun berpisah karena kesalahpahaman semata, bukankah sebagai seorang kakak kau harusnya bahagia melihat adikmu kembali bisa bersama dengan suaminya," jawab ibu Debora.     

Adam terdiam mendengar perkatan sang ibu, ia terlihat ragu untuk mengungkapkan isi hatinya. Setelah menarik nafas panjang Adam akhirnya yakin akan mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya pada sang ibu.     

"Aku mencintai Anji bu…mencintainya sebagai seorang perempuan…     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.