You Are Mine, Viona : The Revenge

Hitungan Fernando



Hitungan Fernando

0Ketika matahari sudah mulai terbenam Viona membuka kedua matanya secara perlahan, karena merasa sedikit kesulitan bernafas. Saat sudah berhasil membuka kedua matanya Viona akhirnya menyadari bahwa yang membuatnya sedikit kesulitan bernafas adalah sang suami yang sudah memeluknya dengan sangat erat, saat sedang berusaha melepaskan pelukan tangan Fernando yang melingkar di dadanya Viona akhirnya menyadari bahwa dirinya dan sang suami dalam keadaan telanjang bulat tanpa menggunakan sehelai benang pun dan hanya ditutupi oleh selimut tebal yang membungkus tubuh mereka.      
0

"Memangnya tadi aku bercinta dengan Fernando? bukankah tadi aku tertidur diatas saat sedang bersantai," ucap Viona lirih berusaha mengingat-ingat hal terakhir yang terjadi sebelum ia tak sadar.     

Saat Viona berusaha melepaskan tangan besar Fernando yang melingkar di tubuhnya tiba-tiba rasa sakit menyerang kepalanya dan membuatnya menghentikan niatnya untuk melepaskan diri dari Fernando.     

"Babe…"     

"Akhh,"      

"Babe kau kenapa?" tanya Fernando dengan cepat saat menyadari Viona sedang memegangi kepalanya.      

"Kepalaku sakit,"jawab Viona lirih sambil memejamkan kedua matanya dengan tangan yang menempel di kepalanya.     

Tanpa bicara Fernando kemudian menyentuh kening dan leher Viona untuk mengecek suhu tubuhnya, ia ingin memastikan kalau Viona tak mengalami demam.     

"Kau tak demam, suhu tubuhmu juga sudah normal tidak seperti tadi. Lalu kenapa kau masih pusing tunggu sebentar..kau sudah makan belum?" tanya Fernando dengan cepat.      

"Sudah tadi pagi saat akan berangkat bersamamu," jawab Viona singkat sambil memijat keningnya di kedua sisi.      

"Setelah itu...siang apakah sudah makan siang ?"tanya Fernando kembali.      

Viona menggelengkan kepalanya merespon perkataan sang suami tanpa membuka kedua matanya.     

"Jadi maksudmu kau duduk santai di rooftop sampai ketiduran dengan perut kosong dan menggunakan pakaian tipis tadi," pekik Fernando dengan suara meninggi.     

"Kalau kau mau memarahiku jangan sekarang kepalaku benar-benar sakit saat ini," jawab Viona lirih sambil meringis.     

Fernando menghela nafas panjang mendengar perkataan sang istri, ia terlihat sekali mencoba untuk menahan emosinya agar tidak kembali meledak. Tanpa bicara Fernando turun dari ranjang dan meraih jubah tidurnya yang ada di kursi lalu memakainya dengan cepat dan berjalan menuju pantry meninggalkan Viona yang masih berbaring di atas tempat tidur. Fernando terlihat membuat makanan untuk Viona, ia yakin istrinya itu mengalami sakit kepala karena belum makan sejak siang. Tak lama kemudian Fernando terlihat masuk ke dalam kamar dengan membawa sebuah nampan yang berisi hasil masakannya di pantry, aroma daging salmon yang kuat langsung menusuk hidung Viona dan membuatnya mendadak mual seketika.     

"Kau membuat apa?" tanya Viona dengan cepat sambil menutup mulut dan hidungnya.     

"Pan seared salmon babe, makanan kesukaanmu," jawab Fernando dengan cepat sambil meletakkan nampan yang ia bawa ke atas nakas yang ada di samping ranjang dimana Viona bersandar.     

Melihat potongan salmon yang berbalur dengan lelehan butter yang diberi toping irisan lemon langsung membuat Viona pucat seketika, rasa mualnya sudah tidak bisa tertahan lagi. Tanpa bicara apa-apa Viona kemudian turun dari ranjang dan pergi menuju ke kamar mandi, tak lama kemudian terdengar suara Viona sedang muntah-muntah dengan cukup keras dan jelas karena pintu kamar mandi tidak ditutup oleh Viona saat ia masuk tadi.      

Mendengar Viona muntah-muntah langsung membuat Fernando mematung seketika, ia lalu menggerakkan tangannya mencoba menghitung sesuatu menggunakan jemarinya sambil memejamkan kedua matanya. Tak lama kemudian Fernando membuka kedua matanya dengan tersenyum lebar, ia lalu berlari menuju kamar mandi menyusul sang istri yang masih muntah-muntah di wastafel. Tanpa diperintah oleh Viona yang masih berusaha mengeluarkan isi perutnya yang hanya air itu, Fernando kemudian meraih tengkuk Viona dan memberikan pijatan di area itu supaya membuat Viona nyaman. Setelah hampir 3 menit mengeluarkan isi perutnya Viona akhirnya menyudahi aktivitasnya yang menyiksa itu dengan membasuh wajahnya menggunakan air yang mengalir.      

"Sudah lebih baik?" tanya Fernando pelan sambil tersenyum memeluk Viona yang sudah memakai jubah tidurnya yang memiliki warna dan motif yang sama dengan yang sedang dipakai Fernando.     

"Iya, hanya saja kepalaku masih sakit," jawab Viona lirih.     

Fernando tersenyum mendengar perkataan Viona, ia lalu membalikkan tubuh Viona dan memeluknya dari depan dengan erat. Tak lama kemudian ia berlutut sambil menempelkan wajahnya di perut Viona yang membuat Viona merasa tak nyaman diperlakukan seperti itu.     

"Bangun, apa yang kau lakukan?" tanya Viona risih sambil berusaha menjauh dari hadapan Fernando yang sedang berlutut dihadapannya.     

Alih-alih menjawab pertanyaan sang istri yang berusaha menjauh darinya itu Fernando justru meraih kedua paha Viona lalu memeluknya dengan erat supaya Viona tak bergerak, saat Viona sedang berusaha melepaskan diri dari pelukannya tiba-tiba Fernando mendaratkan sebuah ciuman di perut Viona.     

"Have you been there, little one?" tanya Fernando lirih setengah berbisik.     

"What do you mean Fernando?" tanya Viona kaget.     

Fernando tersenyum mendengar perkataan istrinya itu, ia lalu bangun dari lantai dan kembali berdiri tegak di hadapan Viona dengan senyum yang masih tersungging lebar.     

"Aku rasa kau hamil babe," ucap Fernando pelan sambil meraba perut Viona perlahan.     

"Hamil?! bagaimana bisa aku…"     

Viona langsung menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya seketika saat mengingat hari terakhir ia datang bulan.     

"Tapi aku belum telat datang bulan Fernando," gumam Viona lirih.     

"I know, but i think you are pregnant. I'm very sure about that," jawab Fernando penuh semangat.     

"Bagaimana bisa kau seyakin itu, yang hamil aku kenapa kau yang sangat yakin," sengit Viona jengkel, ia tak suka sekali melihat ke soktauan suaminya itu.     

"Karena aku yakin dengan kualitas spermaku, apalagi kita melakukannya hampir setiap hari disaat kau selesai datang bulan," bisik Fernando lirih sambil mengeratkan pelukannya pada Viona.     

Wajah Viona memerah seketika mendengar perkataan sang suami, ia kembali mengingat apa yang terjadi di Paris. Dimana waktu itu Fernando memang tak melepaskannya satu hari pun dari atas tempat tidur setiap malam mereka akan tidur.     

"Ok sekarang kita ke tempat profesor Erick," ucap Fernando dengan keras sambil menggendong Viona ala bridal style menuju kamar untuk berganti pakaian.     

Viona yang masih ragu hanya diam saja saat Fernando dengan penuh semangat berganti pakaian dan membantunya memilih pakaian untuk bersiap pergi ke tempat praktek profesor Erick, Fernando sudah memutuskan kalau Viona hamil kembali maka yang akan menjadi dokter kandungannya tetap profesor Erick. Profesor Erick adalah dokter yang membantu sang ibu melahirkan dirinya dan sang adik Franklin, oleh karena itu ia ingin anaknya juga di tangani oleh dokter yang sama.     

"Ok baby, kita akan segera pergi ke tempat profesor Erick. Daddy yakin kau sudah ada di perut Mommy-mu...Daddy yakin itu," bisik Fernando berkali-kali sambil meraba perut Viona saat mereka ada di dalam lift.     

Sementara itu Viona yang masih merasakan sakit kepala hanya membiarkan saja apa yang dilakukan sang suami, ia sendiri masih belum bisa berfikir jernih dan menghitung masa suburnya. Namun entah mengapa hati kecilnya merasa kalau yang dikatakan sang suami itu benar, pasalnya selama beberapa hari terakhir ini moodnya naik turun.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.