You Are Mine, Viona : The Revenge

Penyakit hati



Penyakit hati

0Teddy yang sedang berjaga di depan kamar Viona terlihat bingung saat mendengar sang nyonya tertawa sudah hampir satu jam.     
0

"Jangan heran, mungkin nyonya sedang menonton acara favoritnya itu. Jadi nyonya tertawa seperti itu,"ucap Tasya pelan saat secara tak sengaja mendengar suara tawa Viona dari dalam kamar.     

"Begitukah? Tapi ini sudah hampir satu jam,"gumam Teddy lirih merespon perkataan anak buahnya.     

"Jangan lupa pak, Nyonya saat ini sedang hamil dan moodnya itu suka berganti-ganti dengan cepat. Jadi kau tak usah heran jika mendengar Nyonya tertawa seperti itu, satu lagi lebih baik kita jangan ganggu Nyonya. Karena percayalah saat anda mengganggu seorang wanita yang sedang melakukan kegiatan kesukaannya maka bersiaplah anda akan kena imbasnya, apalagi jika wanita itu sedang hamil. Anda tak lupa kan tragedi ramen yang menimpa Tuan Fernando beserta kedua asistennya beberapa bulan yang lalu,"sahut Tasya pelan, mencoba mengingatkan Teddy tentang peristiwa mengenaskan yang menimpa Fernando, Justin dan Harry yang harus berurusan dengan rumah sakit karena mereka bertiga mengalami diare parah pasca makan lima mangkok ramen yang cukup pedas dalam waktu satu jam.     

Teddy bergidik ngeri saat mengingat kejadian itu, pasalnya setelah tiga orang itu kembali dari rumah sakit Fernando mengeluarkan maklumat supaya para pelayan di rumahnya tidak membuat atau mengonsumsi makanan yang sejenis ramen dan teman-temannya. Viona yang pada awalnya tidak tahu apa-apa sempat terkejut saat mengetahui Fernando mengalami diare karena makan ramen, karena penasaran ia pun lalu mengintrogasi suaminya dan didapatlah sebuah pengakuan mengejutkan dimana ternyata Fernando dan kedua asistennya ternyata sudah malam ramen di tempat mereka membeli ramen sebelumnya sebanyak empat mangkok. Setelah tahu penyebab utama suaminya sakit perut Viona hanya diam saja, ia tak merespon apapun. Yang ia lakukan hanya tersenyum sambil sesekali menyindir sang suami dan kedua asistennya itu, selama hampir satu minggu setelah tragedi ramen terjadi.      

Dengan tersenyum Tasya kembali berjalan mendekati Teddy sang atasan dan berkata," Tuan Fernando saja dibuat mati kutu oleh nyonya kan kalau ia sedang marah, jadi pikirkan dua kali jika kau ingin mengganggu nyonya."     

Teddy pun akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai satu, ia membiarkan Viona tertawa-tawa sendiri didalam kamar. Meskipun ia sangat penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh sang nyonya.     

"Ya sudah nanti disambung lagi, sudah waktunya toko buka. Kalian harus melayani pelanggan dengan baik, jangan buat pelanggan kecewa,"ucap Viona pelan saat akan mengakhiri perbincangannya dengan jenny dan Amina di skype.     

"Iya kak, itu didepan toko juga sudah ada beberapa orang yang mengantri. Nanti selesai bekerja kita sambung lagi ya kak." Amina menjawab dengan penuh semangat perkataan Viona.     

Viona mengangguk kepalanya sambil melambaikan tangannya ke arah kamera laptop, tak lama kemudian ia pun menutup sambungan video itu dengan tersenyum. Viona senang bisa berbicara dengan adik-adiknya meskipun hanya melalui video, karena berbicara cukup lama Viona akhirnya meraih beberapa buah yang ada diatas nakas. Dengan menggunakan perut buncitnya sebagai alas Viona menikmati makanan sehat itu sembari menonton drama Jepang favoritnya, setelah kandungannya semakin besar Viona tak banyak beraktivitas. Ia benar-benar mengalami kesulitan untuk bergerak, pasalnya besar perutnya tak seimbang dengan tubuhnya yang kecil. Selama hamil kenaikan tubuh Viona tidak terlalu jauh, sepertinya semua makanan yang ia makan langsung terserap habis oleh kedua bayinya dan tak menyisakan apapun untuk dirinya. Dan karena inilah Fernando merasa sangat kasihan pada Viona, ia tak tega melihat tubuh kecil istrinya harus menahan dua anak manusia yang semakin bertumbuh diperutnya.      

Setelah tiga bulan peristiwa berdarah di rumah sakit terjadi, dokter Louisa sudah kembali bekerja. Hubungannya dengan sang suami pun menjadi lebih baik, ia juga sudah menerima takdir yang harus membuatnya terpisah dengan kedua anaknya. Aurelie dan Anastasia juga sudah mulai bangkit, mereka tak lagi terpuruk dengan apa yang mereka alami. Saat ini mereka memilih melakukan banyak hal menyenangkan untuk membantu orang lain, profesor Dexter dan profesor William membuka klinik khusus untuk anak-anak yang membutuhkan pendampingan khusus pasca mengalami tindak kekerasan. Baik dari keluarga atau orang lain, hal ini mereka ambil setelah secara tak sengaja dua bulan yang lalu ada anak kecil umur delapan tahun yang berlarian minta tolong di area rumah sakit Global Bros. Ia berlari di rumah sakit bukan tanpa alasan, anak kecil itu mengatakan kalau ia kabur dari mobil sang ibu yang sedang berhenti tak jauh dari rumah sakit Global Bros. Dengan tubuh penuh lebam biru, anak malang itu mencari pertolongan di rumah sakit dan mengatakan kalau selama ini ia sudah menjadi sasaran kemarahan sang ibu dan kekasih baru ibunya ketika mereka bertengkar.     

Karena alasan itulah pihak rumah sakit Global Bros kini membuka klinik khusus untuk anak-anak korban tindak kekerasan seperti itu, setelah klinik khusus ini dibuka Aurelie dan Anastasia menjadi lebih sering ke rumah sakit. Satu bulan pertama pasca keguguran kedua wanita itu bersikeras untuk hamil lagi, setiap hari saat masa subur tiba mereka akan berlama-lama dikamar mandi karena melakukan pengujian kehamilan menggunakan testpack. Mereka berharap untuk hamil lagi, sampai akhirnya dokter Louisa mengajak mereka bertemu dan berbagi kesedihan yang sama. Sebagai wanita yang sama-sama pernah kehilangan anak mereka menjadi sangat akrab dan akhirnya kini mereka mengalihkan kesedihan dengan mengurus anak-anak di rumah sakit, melupakajn sejenak hasil testpack yang hanya satu garis saja.      

"Sepertinya keputusan kita membuka klinik ini tepat Will,"bisik profesor Dexter pelan pada profesor William saat mereka sedang melihat ke arah ruangan bermain dimana Anastasia dan Aurelie sedang bermain bersama anak-anak.     

"Iya, seandainya waktu itu aku tak mendengarkan saran Fernando mungkin aku tak akan melihat senyuman di wajah Aurelie seperti itu sekarang,"jawab profesor William lirih, saat kejadian datangnya anak malang yang minta tolong saat itu Fernando langsung bertindak tegas. Ia menghubungi Andrew untuk menindaklanjuti orang tua yang melakukan kekerasan itu, sampai akhirnya Fernando memerintahkan profesor William untuk membuka klinik penyembuhan mental khusus anak-anak itu di rumah sakit Global Bros.      

"Bicara tentang si brengsek Fernando sudah hampir tiga bulan ini dia tak datang ke rumah sakit, sebenarnya apa yang sedang ia lakukan sampai tak punya waktu untuk datang ke rumah sakit?"celetuk profesor Dexter pelan.     

Deg     

Wajah profesor William berubah mendengar pertanyaan dari teman baiknya itu, ia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya ada Profesor Dexter karena tak berani melanggar perintah Fernando. Ia belum berani membuka rahasia yang disembunyikan oleh Fernando selama beberapa bulan terakhir ini demi kebaikan Viona dan perasaan sang istri yang juga sangat menginginkan anak lagi.      

Tanpa mengalihkan pandangannya dari Aurelie profesor William berkata," Sebagai orang penting ia memiliki banyak pekerjaan yang tak kita tahu Dexter, dia pasti sangat sibuk sekali saat ini. Mengingat Fernando adalah seorang penggila kerja, jadi kau tak usah heran jika ia tak pernah datang ke rumah sakit akhir-akhir ini."     

"Iya aku paham, hanya aneh saja. Lalu dokter Viona, dia baik-baik saja kan? Maksudku tiba-tiba ia harus berhenti bekerja lagi, rasanya aneh saja mengingat dokter Viona adalah dokter yang sangat giat bekerja harus kembali berhenti bekerja. Jika tak terjadi apa-apa padanya lalu kenapa dia harus…"     

"Stop Dexter, jangan bahas lagi tentang dokter Viona. Akan lebih baik kita menjadi orang yang tak banyak bicara daripada harus berbicara suatu hal yang tak kita ketahui, jangan bicarakan lagi soal dokter Viona kalau kau tak mau berurusan dengan Fernando." Profesor William memotong perkataan profesor Dexter dengan cepat, setelah berkata seperti itu profesor William pun pergi meninggalkan profesor Dexter menuju ke ruang kerjanya kembali.      

Namun saat sampai di sebuah lorong yang sepi profesor William langsung bersandar pada dinding dan memegang dadanya yang sedang berdetak kencang.      

"Tuhan, tolong berikan kepercayaan lagi pada kami untuk memiliki anak. Aku benar-benar tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada istriku saat tahu ternyata selama ini dokter Viona sedang hamil dan akan melahirkan anaknya sebentar lagi, aku bukan iri atas apa yang Fernando dan dokter Viona dapatkan. Hanya saja aku tak siap jika harus melihat istriku kembali bersedih mengingat anak kami yang sudah tiada,"ucap profesor William lirih dengan suara parau. "Aku tak iri Tuhan, aku tak iri pada mereka berdua yang sebentar lagi akan memiliki anak."      

Karena kedua kakinya tak mampu menahan berat tubuhnya profesor William lalu jatuh terduduk dilantai dengan kepala menunduk, ia belum siap jika harus melihat sang istri kembali menangisi anaknya yang sudah pergi ke surga.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.