You Are Mine, Viona : The Revenge

Saingan baru Fernando



Saingan baru Fernando

0"Aku tutup dulu Frank, Viona membutuhkan aku. Bye." Fernando langsung menutup panggilan teleponnya dan membuang ponselnya begitu saja di sofa, ia lalu berlari mendekati Viona yang saat sudah duduk sambil menutup mulutnya dengan menggunakan satu tangan kirinya.     
0

"Kau kenapa babe?"     

"Antar aku ke huekkk…"     

Viona tak menyelesaikan perkataannya karena tak dapat menahan lebih lama lagi rasa mualnya sampai akhirnya ia muntah dipakaian Fernando, bahkan muntahan Viona juga mengenai bedcover. Tanpa menunggu lama Fernando lalu meraih tubuh Viona dan membawanya ke sofa tempat ia duduk sebelumnya dengan hati-hati, setelah itu dengan telaten Fernando membersihkan sisa air di sekitar mulut Viona menggunakan tisu.     

Karena masih mual Viona menutup mulutnya lagi, mencium aroma muntahannya yang hanya air itu kembali membuat Viona pusing.      

"Kau ingin muntah lagi?"tanya Fernando pelan berusaha tenang, meskipun sebenarnya ia sangat panik.      

"Bau, ganti bajumu. Aku ingin muntah lagi menciumnya,"jawab Viona dengan cepat tanpa mengangkat telapak tangan yang menutupi mulutnya.     

Pada awalnya Fernando bingung dengan maksud perkataan sang istri, namun akhirnya Fernando sadar bahwasanya Viona merasa tak nyaman dengan bekas muntahan yang menempel dipakaiannya. Tanpa menunggu lama Fernando lalu membuka pakaiannya dan melemparkannya begitu saja dilantai, ia juga langsung meraih tisu basah untuk menyeka perutnya berusaha menghilangkan aroma tak sedap dari muntahan Viona.      

Saat Fernando sibuk membersihkan dirinya, Viona tak mengalihkan pandangannya dari tubuh indah sang suami. Deretan otot perut Fernando yang indah membuat birahi Viona naik, ia terlihat beberapa kali sampai menelan ludahnya perlahan ketika melihat Fernando membersihkan area sekitar bawah pusarnya yang berbulu halus.      

"Babe…"     

"Sebentar, aku mau membersihkan tubuhku terlebih dahulu supaya kau nyaman sayang." Fernando memotong perkataan Viona dengan cepat, tanpa menghentikan aktivitasnya. Tujuan Fernando saat ini adalah ingin membuat tubuhnya bersih dan tak berbau lagi supaya Viona nyaman.      

Setelah yakin tubuhnya bersih, Fernando lalu berjalan menuju ranjang. Ia meraih telepon yang ada diatas nakas, Fernando menghubungi para pelayannya untuk segara datang kekamar untuk membersihkan kamarnya yang kotor dan berantakan. Tak lama setelah Fernando menutup telepon, pintu kamarnya diketuk dari luar. Dengan cepat Fernando pun membuka pintu kamarnya yang terkunci untuk mempersilahkan para pelayan masuk ke dalam kamarnya.      

Tanpa diperintah dua kali para pelayan itu pun langsung bergerak dengan cepat, dua orang pelayan langsung mengerjakan ranjang yang sudah kotor dengan bekas muntahan sang nyonya. Sementara dua pelayan lainnya membersihkan lantai menggunakan alat pel yang canggih, lima menit kemudian ranjang pun sudah cantik kembali dengan satu set bedcover yang bersih dan harum. Lantai pun sudah kembali bersih tanpa noda, bahkan pakaian Fernando yang tergeletak di lantai juga langsung dibawa para pelayan keluar untuk dibawa ke laundry room. Teddy yang baru datang langsung memberikan air hangat pada Viona yang masih duduk di sofa.      

"Terima kasih Teddy,"ucap Viona pelan sembari menyerahkan gelas pada Teddy kembali.      

"Apa ada lagi yang anda butuhkan Nyonya?"tanya Teddy sopan.     

"Tidak ada, aku butuh istirahat saja. Rasa mualku belum mau pergi,"jawab Viona lirih.      

Fernando yang baru kembali dari tempat penyimpanan pakaian langsung bertindak cepat saat melihat Viona memijat kepalanya, ia langsung meraih tubuh Viona dan membawanya menuju ranjang. Saat Fernando baru membaringkan Viona diranjang Jenny dan Amina langsung menerobos masuk, mereka berdua yang baru saja mandi dan bersiap untuk istirahat cukup kaget saat mendengar para pelayan panik ketika mengetahui sang nyonya muntah-muntah kembali setelah hampir tiga bulan tak muntah.      

"Apa yang kakak rasakan sekarang? Apa yang membuat kakak tak nyaman?"     

"Bagian mana yang harus dipijat kak? Biar aku yang pijat?"     

"Apa posisi tidur kakak tak nyaman?"     

"Jawab kak Vio, jangan diam saja. Kami jadi bingung harus melakukan apa?"     

"Iya kak, ucapkanlah sesuatu."     

Viona menatap kedua adiknya secara bergantian dengan tersenyum hangat. "Kalau kalian terus-menerus memberikan pertanyaan seperti itu, lalu aku harus menjawab yang mana dulu?"     

Jenny dan Amina terdiam beberapa saat, mereka berdua lalu menunduk dan menangis bersamaan yang sontak membuat Viona serta Fernando dan Teddy yang ada di samping mereka kaget.      

"Ini kenapa kalian berdua jadi menangis?"tanya Fernando bingung.     

"Ssstt jangan berisik, sana kau duduk di sofa. Jangan ganggu kami,"ucap Viona ketus sambil menatap Fernando dengan tajam.      

"Tapi babe…"     

Viona menggerakkan tangannya, mengusir Fernando agar menjauh dan tak ikut campur. Karena tak mau membuat Viona marah Fernando akhirnya menurut, ia berjalan pelan menuju sofa dan duduk dengan tenang bersama Teddy yang berdiri di sampingnya.      

Setelah Fernando pergi Viona lalu menepuk ranjangnya yang kosong. "Naiklah, aku tahu kalian rindu padaku. Malam ini kita tidur bersama ya,"ucapnya pelan.      

"No, aku menolak!! Mana bisa mereka tidur bersamamu, aku yang berhak tidur bersamamu sayang." Fernando berteriak keras saat mendengar perkataan sang istri yang meminta kedua adiknya naik keatas ranjang dan tidur bersamanya. "Aku suamimu, aku yang harusnya tidur satu ranjang denganmu bukan Jenny dan Amina,"imbuhnya lagi.     

Viona yang sebenarnya belum selesai bicara hanya menghela nafas panjang melihat reaksi suaminya, ia benar-benar dibuat pusing dengan pilihan yang ada di depan matanya saat ini. Memilih antara Jenny dan Amina yang sedang menangis dan sang suami yang marah karena tak mau tidur terpisah darinya membuat ia tak bisa berkata-kata, ia menjadi satu-satunya orang yang waras saat ini.      

"Teddy kemarilah,"pinta Viona pada Teddy.     

Karena namanya dipanggil Teddy pun langsung berjalan dengan cepat menuju tempat sang nyonya berada. "Iya Nyonya, ada yang bisa dibantu?"     

"Ajak suamiku keluar, aku perlu bicara dengan adik-adikku. Sudah lama kami tak bertemu,"jawab Viona lembut sambil membelai rambut Amina yang saat ini masih berlutut di sampingnya dengan menenggelamkan wajahnya di kaki Viona yang tertutup selimut.     

"Mengajak tuan keluar?"     

"Iya, ajak saja dia melakukan hal yang ia sukai. Hanya sebentar saja Teddy, please." Viona memelas meminta bantuan pada Teddy, satu-satunya orang yang ia tahu bisa membantunya menenangkan Fernando yang keras kepala.     

Teddy menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia dilema saat ini. Tak mungkin ia menolak permintaan sang nyonya yang sudah memohon padanya seperti itu, akan tetapi di lain sisi ia juga ragu apakah bisa membawa sang tuan keluar dari kamar atau tidak. Pasalnya ia tahu betapa keras kepalanya tuannya itu, apalagi kalau sudah berhubungan dengan istrinya. Namun karena Teddy merasa tak enak pada sang nyonya yang masih menatapnya penuh harap akhirnya Teddy memberanikan diri mencoba untuk membawa Fernando keluar dari kamar sesuai permintaan sang nyonya, pada awalnya Fernando menolak bujuk rayu Teddy. Namun saat Teddy menyinggung soal kejadian tiga bulan yang lalu dimana Fernando menghancurkan ponsel Viona akhirnya Fernando pun tak berkutik, iq akhirnya setuju dengan permintaan Teddy untuk keluar dari kamar sebentar meninggalkan Viona dan kedua adiknya.      

Melihat sang suami pergi dari kamar dengan semudah itu Viona tersenyum lebar, ia tak menyangka Teddy benar-benar bisa menaklukkan Fernando yang sangat keras kepala itu.      

"Hei, bangunlah. Ayo naik ke ranjang, Fernando sudah pergi. Kalian bisa tidur bersamaku malam ini, sudah lama kita tak tidur bersama,"ucap Viona pelan meminta Jenny dan Amina untuk bangun.      

"Jenny... Amina, ayo bangun atau aku marah pada kalian."      

Mendengar ancaman Viona akhirnya Jenny dan Amina pun bangun setelah berlutut cukup lama di pinggiran ranjang.      

"Kenapa berdiri? Ayo berbaring disampingku,"pinta Viona lembut.     

"Sebelum kami berbaring ada hal penting yang ingin kami tanyakan padamu kak,"jawab Amina lirih.     

"Iya kak, ada pertanyaan besar yang harus kakak jawab."Jenny ikut bicara menimpali perkataan Amina.     

Viona menggelengkan kepalanya perlahan melihat tingkah kedua adiknya yang lebih dari satu tahun tak bertemu dengannya itu. "Ok, bicaralah. Aku siap menjawab semua pertanyaan kalian, termasuk pertanyaan besar kalian itu."     

Jenny dan Amina saling pandang beberapa saat. "Apa kakak mencintai kakak ipar? Apa yang dia lakukan padamu ini bukan cinta kak, dia mengurungmu seperti burung di rumah sebesar ini. Kalau dia mencintaimu tak mungkin dia akan setega ini padamu kak,"tanya kedua gadis itu kompak, kedua mata gadis pun juga nampak berkaca-kaca saat bicara seperti itu. Mereka tak tega melihat apa yang Fernando lakukan pada Viona, sebenarnya Jenny dan Amina ingin bertanya besok pagi namun mereka tak bisa menahan pertanyaan itu lebih lama karena shock melihat apa yang baru saja terjadi pada Viona.      

"Pertanyaan macam apa ini?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.